UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Paus Bertukar Cinderamata dengan Pemimpin Militer Myanmar

Nopember 28, 2017

Paus Bertukar Cinderamata dengan Pemimpin Militer Myanmar

Paus Fransiskus melambaikan tangan kepada warga Myanmar yang ingin melihatnya di sepanjang jalan di Yangon pada 27 Nov. Pada malam harinya Paus Fransiskus bertemu pemimpin militer Jenderal Min Aung Hlaing. (Ye Aung Thu/AFP)

Disambut oleh puluhan anak-anak yang mengenakan pakaian tradisional dan oleh uskup negara tersebut, Paus Fransiskus tiba di Myanmar pada 27 November untuk kunjungan empat hari.

Upacara kedatangan di bandara Yangon berlangsung singkat dan dipimpin oleh seorang utusan presiden, karena sambutan formal dijadwalkan keesokan harinya di Naypyitaw, yang telah menjadi ibukota Myanmar sejak tahun 2005.

Namun, Paus Fransiskus memiliki “kunjungan kehormatan” dengan pemimpin militer yang memiliki pengaruh kuat di negara tersebut. Paus dan Jenderal Min Aung Hlaing, yang didampingi oleh tiga jenderal lainnya dan seorang letnan kolonel, bertemu pada Senin (27/11) malam di kediaman uskup agung Yangon, tempat paus menginap.

Greg Burke, direktur kantor pers Vatikan, mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuan tersebut berlangsung selama 15 menit. Setelah diskusi tentang “tanggung jawab besar pemerintah negara ini pada saat transisi,” keduanya saling bertukar hadiah.

Paus memberi jenderal sebuah medali untuk memperingati kunjungannya ke Myanmar dan jenderal tersebut memberi paus “sebuah kecapi dalam bentuk perahu dan mangkuk nasi hiasan,” kata Burke.

Paus Fransiskus dijadwalkan bertemu dengan Jenderal itu pada 30 November, pagi terakhirnya di Myanmar. Meskipun negara ini beralih dari pemerintahan militer ke demokrasi, jenderal memiliki kekuatan untuk menunjuk sebagian anggota legislatif dan untuk menominasikan beberapa menteri pemerintah.

Meskipun digambarkan oleh Burke sebagai “kunjungan kehormatan” dan bukan sambutan resmi, kunjungan tersebut tampaknya bertentangan dengan protokol yang biasa, yang mengindikasikan bahwa pertemuan pertama paus dengan pihak berwenang akan dilanjutkan dengan kepala negara dan kepala pemerintahan.

Burke tidak mengatakan apakah Paus Fransiskus telah menyinggung situasi Rohingya, sebuah minoritas Muslim dari negara bagian Rakhine Myanmar, yang diperlakukan sebagai orang asing di negara tersebut. Jenderal Min Aung Hlaing telah dikritik oleh kelompok hak asasi manusia karena tindakan keras yang telah dilakukan secara tidak proporsional terhadap seluruh masyarakat Rohingya menyusul serangan terhadap pos keamanan oleh sekelompok militan Rohingya.

Menurut laman Facebook jenderal tersebut, dia mengatakan kepada Paus Fransiskus bahwa tidak ada diskriminasi agama di Myanmar.

Paus tiba di Myanmar setelah terbang lebih dari 10 jam pada malam hari dari Roma. Anak-anak yang menggunakan pakain adat, yang mewakili sebagian dari kelompok etnis Myanmar, bergabung dengan 100 anak sekolah lainnya yang mengenakan celana panjang putih dan kaos putih dengan logo kunjungan paus.

Spanduk dan papan iklan di sepanjang jalan dari bandara ke kota memproklamasikan: “ucapan Selamat datang yang paling tulus kepada Bapa Suci, Paus Fransiskus.”

Karena penerbangan lepas landas larut malam, Paus Francis menghabiskan lebih sedikit waktu dengan wartawan daripada biasanya. Dia tidak berkomentar mengenai harapannya untuk perjalanan tersebut, hanya menyebutkan bahwa dia diberitahu bahwa di Yangon sangat panas dan dia berharap para wartawan tidak akan terlalu menderita.

Seperti kebiasaan, paus mengirim telegram kepada kepala dari negara dari 13 negara yang dia lalui dalam perjalanannya, termasuk Italia.

Dalam pesannya kepada Presiden Italia Sergio Mattarella, Paus Fransiskus mengatakan bahwa dia melakukan perjalanan ke Myanmar dan Bangladesh pada 27 November-2 Desember sebagai “peziarah perdamaian, untuk mendukung komunitas Katolik kecil tapi kuat dan untuk bertemu dengan orang-orang yang percaya dari berbagai agama.”

Mayoritas orang di Myanmar adalah Budha, sementara mayoritas orang Bangladesh beragama Islam. Paus Fransiskus mengadakan pertemuan dengan para pemimpin agama yang dijadwalkan di kedua negara.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi