Sejumlah aktivis Hindu memukul enam imam dan membakar kendaraan mereka di luar sebuah kantor polisi.
Para korban serangan itu tengah berusaha membantu 33 seminaris dan dua imam yang ditahan pada 14 Desember lalu karena diduga berusaha melakukan kristenisasi.
Masalah muncul ketika kelompok seminaris dan imam dari Kolese Teologi St. Efrem di Kota Satna, Negara Bagian Madhya Pradesh, itu pergi ke sebuah desa untuk menyanyikan lagu-lagu Natal.
Ketika mereka sedang bernyanyi, kata Pastor George Mangalappally, sekelompok orang mulai meneriakkan slogan-slogan menentang apa yang mereka sebut sebagai kegiatan kristenisasi itu.
“Salah satu di antara mereka memanggil polisi dan menuntut aksi menentang kami,” katanya.
Seorang polisi yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa setelah ditangkap, para seminaris dan imam itu ditahan sebagai bentuk ‘perlindungan’ karena khawatir mereka akan diserang jika segera dibebaskan.
Pastor Anish Emmanuel termasuk salah satu orang yang pergi ke kantor polisi untuk membantu para penyanyi lagu-lagu Natal itu.
Namun. sekitar 100 umat Hindu menyerang mereka di halaman kantor polisi, katanya.
“Kami dipukul di depan kantor polisi, tapi polisi tidak melakukan apa pun,” keluhnya. “Mereka membakar kendaraan kami, memaksa kami untuk berlindung di dalam kantor polisi.”
Pastor Maria Stephen, juru bicara dewan uskup regional, mengatakan bahwa serangan itu menimbulkan pertanyan serius tentang tidak adanya kebebasan beragama.
Umat Katolik itu ditahan atas tuduhan melanggar undang-undang yang melarang upaya konversi apa pun dengan menggunakan tipuan, bujukan atau iming-iming.
Uskup Satna Mgr Joseph Kodakkailil mengatakan kepada ucanews.com bahwa seorang warga desa telah salah mengklaim bahwa ia ditawari 5.000 rupee (sekitar 65 dolar AS) untuk masuk agama Katolik.
Menurutnya, para misionaris di keuskupannya mengalami permusuhan sejak dua tahun terakhir.
Shibu Thomas, pendiri Bantuan Persekusi atau sebuah forum ekumene yang mencatat persekusi terhadap umat Kristiani, mengatakan bahwa kekerasan yang terjadi baru-baru ini tersebut merupakan kekerasan ke-48 terhadap para penyanyi Kristiani di India selama masa menjelang Hari Raya Natal ini.
Secara keseluruhan, lebih dari 650 serangan terhadap umat Kristiani terjadi di negara mayoritas Hindu itu selama tahun 2017.