UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Paroki Katedral Jakarta Terapkan Registrasi Misa Malam Natal

Desember 21, 2017

Paroki Katedral Jakarta Terapkan Registrasi Misa Malam Natal

Sejumlah anggota kepolisian menjaga Misa Natal di katedral, Jakarta. (Foto: ucanews.com)

 

 Paroki Katedral St. Perawan Maria Diangkat ke Surga di Jakarta meminta umat Katolik yang ingin merayakan Misa Malam Natal di dalam gedung gereja untuk melakukan registrasi terlebih dahulu.

 

Dalam lembaran yang dibagikan oleh paroki seusai Misa Minggu sejak awal bulan ini menyebutkan bahwa paroki ingin memberikan pelayanan yang lebih baik dan menciptakan perayaan Natal yang lebih tertata, aman, nyaman, beradab dan manusiawi.

 

Selama ini umat Katolik harus mengantri selama beberapa jam sampai pintu gereja dibuka supaya mereka mendapat tempat duduk di dalam gedung gereja. Ketika pintu gereja dibuka, umat berdesak-desakan untuk masuk ke dalam gedung gereja, dan tidak jarang ada umat Katolik yang terjatuh.

 

Selain itu ada juga praktek tidak sehat seperti mengeblok, atau ngetek, tempat duduk.

 

Menurut Harley Wahyudi, anggota Dewan Pengurus Harian, sistem registrasi mengacu pada “tahun evangelisasi kita tahun ini: Amalkan Pancasila: Makin Adil dan Makin Beradab.”

 

“Begitu banyak umat Katolik, baik dari katedral maupun dari luar katedral, ingin sekali merasakan Misa Malam Natal di dalam gedung gereja. Artinya demand-nya tinggi, tapi kuota hanya 800 orang,” katanya kepada ucanews.com, Rabu (20/12).

 

Untuk Misa Malam Natal pukul 17.00 WIB, katanya, tempat duduk sudah penuh terisi mengingat registrasi sudah dilakukan pada 18 Desember lalu. Sementara tempat duduk untuk Misa Malam Natal pukul 20.00 WIB masih tersedia hingga kemarin siang.

 

“Registrasi ini pilihan. Kami memberikan pilihan kepada umat Katolik yang ingin sekali (merayakan Misa Malam Natal di dalam gedung gereja). Dengan mendaftar, mereka dapat kepastian tempat duduk dibandingkan tanpa registrasi,” lanjutnya.

 

Dikatakan, registrasi juga berdampak positif terhadap keamanan. “Dengan registrasi, otomatis sudah di-filter soal keamanan.”

 

Seorang umat paroki, Monica Noni Wijaya, menyambut kebijakan tersebut. 

 

“Saya tidak perlu datang terlalu cepat. Dari segi antrian, nanti juga akan ada jalur sendiri,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia sudah melakukan registrasi untuk empat orang.

 

Namun ia mengakui bahwa registrasi merupakan hal baru bagi umat Katolik. 

 

“Waktu itu masih ada umat Katolik yang mengantri untuk registrasi, cukup lama. Untuk tahun-tahun selanjutnya, registrasi bisa diteruskan tapi sistemnya lebih ditata lagi supaya umat Katolik bisa lebih gampang dalam melakukan registrasi,” lanjutnya.

 

Hal senada disampaikan oleh Maria Magdalena Rini Damayanti dari Paroki Kristus Raja di Pejompongan, Jakarta Pusat.

 

“Tahun lalu saya dua jam sebelum Misa sudah mulai datang, berdesak-desakan. Saya dapat tempat duduk, tapi saya lihat sebelah saya sudah diblok. Masak mau berdoa koq seperti ini?” katanya.

 

Ia pun sependapat bahwa registrasi bisa menciptakan rasa aman. “Jangan sampai terjadi apa-apa. Kalau sudah terdata, tempat duduk teratur, ini bisa mengantisipasi ancaman teror,” katanya.

 

Sementara itu, Romo Albertus Hani Rudi Hartoko SJ, pastor paroki, mengatakan pro dan kontra merupakan hal biasa.

 

“Kami tidak bisa menyenangkan semua orang. Kami belum menemukan cara yang lebih baik dan beradab. Kalau ada, tolong kasih tahu kami,” katanya.

 

 Oleh Katharina R. Lestari, Jakarta 

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi