UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Misionaris Yesuit Ini Mampu Wujudkan Mimpinya di India

Januari 5, 2018

Misionaris Yesuit Ini Mampu Wujudkan Mimpinya di India

Pastor Bob Slattery SJ sedang membaca surat kabar di kediamannya di Hazaribag. (Foto: ucanews.com)

Tinggi dan kurus. Berkacamata bundar. Selalu mengenakan tas selempang. Inilah sosok Pastor Bob Slattery SJ yang tidak asing lagi bagi masyarakat adat di Propinsi Hazaribag di India bagian timur.

Imam Yesuit asal Australia berusia 83 tahun itu berada di India sudah hampir 60 tahun. Namun ia terus melayani warga Dalit yang tertindas dan warga suku lainnya yang merupakan kelompok minoritas di propinsi tersebut.

Ia menginjakkan kaki pertama kali di wilayah itu – sekarang Negara Bagian Jharkhand – pada tahun 1958. Wilayah ini merupakan basis Provinsialat SJ Propinsi Hazaribag.

“Saya memilih India karena – sebagai seorang Yesuit – melayani orang miskin itu baik,” katanya.

Ia kini menjabat sebagai direktur Provinsialat SJ Propinsi Hazaribag.

Pastor Slattery biasanya mengawali hari dengan doa dan karya hingga larut malam. Ia punya banyak agenda. Ia juga tengah mencari sumber daya demi kesejahteraan warga suku dan warga Dalit.

Pada dasarnya pekerjaannya adalah “mengemis, sebuah tugas yang menantang,” katanya.

Ia memulai karya misinya di Hazaribag dengan menjadi guru di Sekolah St. Xaverius yang menampung banyak anak warga Dalit dan kelompok minoritas etnis lainnya. Prioritasnya adalah pendidikan.

“Yang saya rasakan pertama kali adalah tantangan dan sekaligus diterima oleh para siswa dan imam Yesuit di sini. Saya senang karena saya menikmati pekerjaan saya sebagai guru,” katanya.

Negara Bagian Jharkhand memiliki 32 kelompok etnis, baik besar maupun kecil. Etnis Santal merupakan suku terbesar. Menurut sensus 2001, semua komunitas etnis ini memiliki tujuh juta anggota. Sementara total penduduk negara bagian itu sendiri adalah 26 juta orang.

Pastor Slattery berbicara dalam berbagai bahasa warga suku seperti Santal dan Oraon. Baginya, ini membantu menjalin relasi yang baik dengan warga suku. Ia sering mengunjungi sejumlah desa karena ini memberi kesempatan baginya untuk bertemu para tokoh masyarakat.

Ia pun memilih transportasi umum di wilayah miskin itu. Dengan demikian, ia punya banyak kesempatan untuk berkomunikasi dengan warga setempat dan mengetahui masalah mereka, katanya.

Imam-imam Yesuit Australia memfokuskan pendidikan sejak kedatangan mereka ke India tahun 1951. Karya misi mereka antara lain membangun sekitar 13 sekolah menengah atas (SMA), tujuh sekolah menengah pertama (SMP), 12 sekolah dasar (SD) dan beberapa sekolah kecil di desa.

Karya misi yang tersebar di tujuh distrik di Negara Bagian Jharkhand itu membantu pendidikan sekitar 25.000 siswa SD hingga perguruan tinggi.

Selain itu, imam-imam Yesuit juga mengelola sebuah universitas dan kolese untuk mendidik para guru SD. Rencananya, mereka akan membangun sebuah kolese lagi untuk mendidik para guru.

Tanggung jawabnya adalah mencari dana untuk proyek ini, kata Pastor Slattery.

Ia menjadi guru cukup lama dan kemudian menjadi kepala sekolah di beberapa sekolah di Propinsi Hazaribag. Ia selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan staf dan “saya belajar banyak dari mereka.”

Berkat Pastor Slattery, kehidupan warga desa selalu menjadi lebih hidup. “Saya suka karena warga desa sangat baik. Kami biasanya meluangkan waktu bersama di desa dan duduk bersama saat malam hari dan bergegas ke hutan sekitar keesokan harinya karena tidak ada toilet saat itu,” katanya.

Tahun 1978, ia diangkat sebagai direktur pendidikan di propinsi itu. Sejak 1993 hingga 1999, ia berkarya sebagai sekretaris pendidikan Yesuit untuk Asia Selatan dan terlibat dalam peluncuran beberapa sekolah di India, Pakistan dan Nepal.

Ia hanya makan makanan ringan seperti nasi, roti India, kacang-kacangan dan telur. “Saya diberkati dengan makanan sehat, inilah yang saya dapat dari orangtua saya. Jika Anda menikmati makanan sehat, secara alami Anda akan berumur panjang,” katanya.

Komitmen Pastor Slattery untuk melayani warga suku dan warga Dalit di Propinsi Hazaribag begitu kuat. Ia pun meninggalkan kewarganegaraan Australia dan menjadi warga negara India pada tahun 1993.

‘Saya kira jika saya memperoleh kewarganegaraan India, saya punya kesempatan baik untuk tinggal di India,” katanya, seraya menceritakan bahwa seorang imam Yesuit asal Australia “diusir karena ia menentang keras kasus korupsi di negara itu.”

Pastor Slattery juga menjaga hubungan baik dengan banyak siswa, bahkan sebagian siswa yang pernah diajarnya pada tahun 1958. Baginya, bertemu mereka dan mengetahui bahwa mereka baik itu sangat membahagiakan.

Ia pun menikmati waktu bersama dengan para siswa, guru dan sesama imam Yesuit.

“Saya akan terus menjalankan karya misi yang telah diberikan kepada saya karena untuk itulah saya berada di sini,” katanya.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi