UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Pengungsi Hindu Bersiap untuk Kembali ke Myanmar

Januari 8, 2018

Pengungsi Hindu Bersiap untuk Kembali ke Myanmar

Seorang pengungsi Hindu di kamp Kutupalong di Ukhia, Bangladesh, pada bulan Oktober 2017. (AFP)

Pemerintah Myanmar akan memulai pemulangan lebih dari 450 pengungsi Hindu pada 22 Januari.

Aung Min, direktur Departemen Imigrasi dan Kependudukan Rakhine, mengatakan bahwa dua pusat penampungan pengungsi hampir selesai dan, sebagai langkah awal, lebih dari 450 pengungsi Hindu akan dipulangkan.

Pengungsi telah menerima formulir untuk diisi dan data mereka akan diperiksa oleh petugas, yang juga akan memeriksa pengungsi di penyeberangan perbatasan.

“Proses dan prosedur berlaku untuk semua pengungsi apakah mereka beragama Hindu atau Bengali (Rohingya) tapi kami akan memulai pemulangan pengungsi Hindu karena jumlah mereka hanya ratusan dan dapat diproses dengan cepat,” kata Aung Min kepada ucanews.com.

Pengungsi yang kembali perlu mengajukan permohonan untuk Kartu Verifikasi Nasional yang dikelola pemerintah sebagai bukti tinggal di Myanmar dan sebelum mendapatkan kewarganegaraan berdasarkan undang-undang kewarganegaraan 1982, menurut Aung Min.

Sedikitnya 3.000 dari sekitar 8.000 orang Hindu yang tinggal di Maungdaw, Buthidaung dan Sittwe melarikan diri selama eksodus Muslim Rohingya selama operasi “pembersihan” oleh militer Myanmar. Beberapa di antaranya mengungsi, sementara yang lainnya menyeberang ke negara tetangga Bangladesh.

Lebih dari 650.000 orang Rohingya pergi ke Bangladesh untuk menghindari tindakan keras dan brutal militer di Rakhine dalam rangka pembelasan terhadap serangan militan Muslim terhadap pos keamanan pada 25 Agustus.

Kekerasan tersebut berdampak pada ribuan umat Hindu Rohingya. Militer Myanmar dilaporkan menemukan dua kuburan massal Hindu. Hindu membentuk 0,5 persen dari populasi di Myanmar, sementara 89 persen adalah umat Buddha dan 4,3 persen adalah umat Islam, menurut sensus 2014.

Ni Maw, pemimpin masyarakat Hindu di Maungdaw, Rakhine utara, membenarkan bahwa lebih dari 450 umat Hindu akan dipulangkan akhir bulan ini.

Pemimpin Hindu Surendra Jain, sekretaris jenderal internasional dari Vishwa Hindu Parishad, mengatakan bahwa Myanmar telah “selalu siap untuk menarik kembali umat Hindu Rohingya karena seluruh dunia setuju bahwa orang Hindu adalah minoritas terbaik.”

“Dunia Islam sekarang harus memikirkan apakah hal yang disebut jihad berjalan baik atau tidak,” katanya.

Kyaw Min, ketua Partai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, sebuah partai Rohingya yang berbasis di Yangon, mengatakan bahwa rencana pemulangan tersebut tidak akan berjalan semana mestinya dan hanya merupakan pertunjukan untuk masyarakat internasional.

“Kebijakan diskriminasi yang telah berlangsung puluhan tahun terhadap Muslim Rohingya masih ada di Negara Bagian Rakhine, saya rasa tidak banyak orang yang akan kembali ke Rakhine,” katanya.

Kyaw Min mengatakan bahwa Rohingya memiliki harapan tinggi pada pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi namun dia menggunakan kebijakan yang sama dari mantan presiden yang didukung militer Thein Sein dalam masalah Rohingya, jadi hal-hal tidak akan membaik di Negara Bagian Rakhine.

Sultan, seorang warga Rohingya dari Maungdaw, Rakhine utara, mengatakan bahwa dia telah mendengar beberapa orang masih melarikan diri ke Bangladesh dan sekitar 1.500 Rohingya melarikan diri dari Rakhine pada bulan Desember.

“Semua pengungsi bersedia kembali ke Rakhine jika mereka mendapatkan hak kewarganegaraan mereka, yang merupakan penghalang utama bagi mereka untuk kembali ke rumah,” kata Sultan kepada ucanews.com.

Human Rights Watch yang berbasis di New York mengatakan bahwa rencana pemulangan harus ditunda karena “waktu yang tepat” untuk keamanan dan kepulangan yang  bersifat sukarela.

Kelompok pemikir International Crisis Group yang berpusat di Brussels percaya bahwa prospek untuk mengembalikan sejumlah besar pengungsi Rohingya dalam jangka pendek dan menengah masih kabur.

Kondisi di lapangan di Rakhine utara jauh dari kondusif dan eksodus pengungsi yang mengalami trauma terus berlanjut, kata kelompok tersebut dalam sebuah laporan pada 7 Desember.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi