UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gerakan “3 Bulan Bersih Sampah” Rangkul Tokoh Agama 

Januari 24, 2018

Gerakan “3 Bulan Bersih Sampah” Rangkul Tokoh Agama 

Tempat pembuangan sampah di Koja, Jakarta Utara. (Foto: Katharina R. Lestari/ucanews.com)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan gerakan “3 Bulan Bersih Sampah” pada Minggu (21/1) dengan merangkul para tokoh agama. Gerakan yang akan berakhir pada 21 April ini merupakan bagian dari peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap tahun pada 21 Februari.

“Gerakan ini sudah ada edaran dari Menteri LHK Siti Nurbaya kepada gubernur, bupati dan walikota agar setiap propinsi dan kabupaten/kota melakukan sosialisasi kebijakan program pengelolaan sampah, kebersihan di kantor pemerintah hingga desa, pelabuhan, sungai, pasar tradisional, kawasan pemukiman, pelaksanaan car free day tanpa sampah dan pelaksanaan Pilkada tanpa sampah serta memfasilitasi kegiatan masyarakat dalam gotong royong bersih sampah,” kata Djati Witjaksono, humas KLHK, kepada ucanews.com, Selasa (23/1).

Ia mengatakan kewenangan pengelolaan sampah ada di daerah. “Menurut UU No.18/2008  tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah dilakukan di propinsi dan kabupaten/kota. Pemerintah pusat, dalam hal ini KLHK, menyiapkan software atau kebijakan pelaksanaannya: bagaimana aturan harus dilakukan di daerah.”

Sampah merupakan masalah serius di Indonesia. Produksi sampah rumah tangga dan industri mencapai 65 juta ton per tahun. Setiap individu memproduksi sekitar 0,7 kilogram sampah per hari. Selain itu, sampah dibuang tidak hanya di daratan tapi juga di laut.

Menurut Djati, sebelum peluncuran gerakan bertema “Sayangi Bumi, Bersihkan Dari Sampah” itu, Menteri Siti sudah melakukan audiensi dengan sejumlah tokoh agama.

“Kita menggunakan beberapa jalur, pendekatan keagamaan sehingga para pastor, pendeta, biksu, ulama – pada saat ibadah – bisa menyisipkan pesan tentang kebersihan sampah serta penanaman pohon,” katanya.

Direktur JPIC-OFM Indonesia Pastor Peter C. Aman OFM mengatakan gerakan itu akan menciptakan sebuah kebiasaan dalam masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan baik.

“Paus sendiri menyebut bahwa kita hidup dalam budaya konsumerisme dengan kecenderungan untuk membeli, konsumsi, buang. Akibatnya bumi penuh dengan sampah,” katanya.

Ia mendukung gerakan tersebut. “Namun ini bukan soal gerakan sesaat, tapi harus menjadi habit setiap orang. Ini tidak bisa sebagai sebuah aturan, himbauan atau gerakan pada waktu tertentu. Tidak mudah menciptakan sebuah kebiasaan itu, hal yang sering diabaiakan,” lanjutnya.

Gereja Katolik sudah lama peduli soal sampah. “Tentu program pemerintah sejalan,” katanya.

Sementara itu, Dwi Sawung, pengkampanye perkotaan dan energi dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), mengkritik gerakan tersebut. “Kalau hanya sekedar 3 bulan saja tidak akan menyelesaikan persoalan sampah, hanya soal kebersihan dan pengelolaan saja,” katanya.

Menurut Dwi, gerakan itu hanya sebagai program awareness. “Pemerintah seharusnya tidak sekedar edukasi. Harus ada peraturan menteri untuk produsen, misalnya kantong plastik berbayar,” lanjutnya.

Katharina R. Lestari, Jakarta 

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi