UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Korban Berjatuhan Menyusul Aksi Mogok  Makan Para Guru di Banglades

Januari 31, 2018

Korban Berjatuhan Menyusul Aksi Mogok  Makan Para Guru di Banglades

Puluhan guru Banglades jatuh sakit bahkan  “pingsan”  karena aksi mogok makan di ibukota Dhaka menyusul tuntutan pengakuan pemerintah terhadap pekerjaan mereka dan gaji yang lebih baik.

Sedikitnya 134 guru SMA jatuh sakit dan pingsan pada 26 Januari setelah beberapa minggu melakukan demonstrasi duduk di depan Klub Pers Nasional di Dhaka.

Mereka dibawa ke berbagai rumah sakit di Dhaka untuk perawatan.

Sejak 10 Januari, lebih dari 1.000 guru dari sekolah menengah swasta di seluruh negeri melakukan aksi demonstrasi menuntut pemerintah untuk menasionalisasi sekolah dan pekerjaan mereka segera.

Karena pemerintah sepertinya tidak terpengaruh oleh seruan mereka, para guru memulai mogok makan  sampai mati pada 15 Januari.

Dengan banyaknya guru yang absen, puluhan sekolah ditutup sebagian atau seluruhnya sejak aksi mogok  dimulai.

Guru, yang kebanyakan dari daerah pedesaan, mengatakan bahwa mereka telah berjuang untuk menghidupi keluarga mereka dengan gaji dan tunjangan rendah selama bertahun-tahun.

“Saya memiliki gelar master dan mendapatkan gaji 12.000 taka (US $ 145) per bulan, sementara seorang penjaga di sebuah sekolah pemerintah mendapatkan 14.000 taka. Ini bukan hanya diskriminasi tapi juga penghinaan terhadap profesi guru dan pengajar,” kata Sajedul Islam, seorang guru dari sebuah sekolah di distrik Brahmanbaria timur-tengah,  kepada ucanews.com.

Nasionalisasi sekolah dan gaji guru yang lebih baik tidak hanya menguntungkan kita tapi juga seluruh bangsa, katanya.

“Siswa tidak dapat mengharapkan pendidikan yang baik dari guru yang miskin dan selalu khawatir akan pemenuhan  kebutuhan keluarga.  Dengan memperhatikan tuntutan kami, pemerintah akan membuka jalan bagi pendidikan yang lebih baik bagi siswa,” tambah Islam.

Abdus Salam, seorang guru dari Distrik Barguna bagian selatan, mengatakan bahwa gaji dan tunjangan yang rendah telah menempatkan keluarganya dalam perjuangan hidup yang tidak pernah berhenti.

“Saya menyuruh anak saya bekerja untuk mendukung keluarga kami setelah lulus kelas 12 karena saya tidak mampu membayar biaya pendidikan yang lebih tinggi. Di Banglades, 97 persen siswa masuk  ke sekolah swasta untuk belajar namun secara mengejutkan, kita adalah orang yang paling tertinggal  dan terdiskriminasi,” kata Salam kepada ucanews.com.

“Jika pemerintah ingin menyelamatkan sistem pendidikan dari kerusakan, sekolah kita harus dinasionalisasi dan  diskriminasi atas gaji kita harus diakhiri. Kita akan mati di perjalanan jika pemerintah tidak memperhatikan seruan kita.”

Abdul Khalek, koordinator lapangan, Forum Komunikasi untuk Nasionalisasi Sekolah Swasta, mengatakan bahwa pejabat tersebut berusaha untuk berbicara dengan Perdana Menteri Sheikh Hasina untuk menyelesaikan kebuntuan tersebut.

“Punggung kami menempel di dinding. Tanpa ada respon positif, kami tidak akan berhenti berjuang,” kata Khalek kepada ucanews.com.

Pemerintah mempertimbangkan masalah ini, kata Abdul Kuddus, seorang anggota parlemen Awami League yang berkuasa dan anggota Komite Tetap Parlemen Bidang Pendidikan.

“Kami akan berbicara dengan perdana menteri dan menteri pendidikan mengenai masalah ini, dan kami akan segera mengambil keputusan,” kata Kuddus.

Gereja mendukung guru

Bruder Nirmol F. Gomes OSC, Koordinator Tim Guru Katolik, mendukung tuntutan para guru yang melakukan demonstrasi.

“Tidak diragukan lagi, para guru di sekolah swasta pedesaan menghadapi diskriminasi dan ketimpangan mengenai gaji dan tunjangan . Kami mendukung tuntutan mereka dan pemerintah harus berinisiatif untuk menawarkan kesempatan untuk mengajar dan hidup dengan bermartabat,” kata Bruder Gomes kepada ucanews.com.

Bruder Gomes, kepala sekolah di Sekolah Tinggi dan Perguruan Tinggi St. Philip Dinajpur, mengatakan bahwa nasionalisasi mengancam institusi pendidikan yang dikelola Gereja.

“Jika dinasionalisasi, para guru akan mendapatkan gaji ganda, dan ini bisa menyebabkan frustrasi di antara guru-guru di sekolah-sekolah yang dikelola Gereja yang telah menikmati gaji yang baik. Kami mengurangi biaya kuliah dari siswa miskin di daerah pedesaan sehingga permintaan kenaikan gaji yang tidak realistis akan membuat kita bermasalah,” tambahnya.

Di Banglades, pendidikan dasar berasal dari Kelas 1 sampai 5 dan pendidikan menengah dari Kelas 6 sampai 10. Pendidikan dasar benar-benar gratis tetapi pada tingkat menengah hanya gratis di sekolah pemerintah.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi