Para pemimpin Gereja di Mindanao turut serta menyelidiki penyebab banjir yang mengakibatkan ribuan keluarga dievakuasi dan menewaskan setidaknya 16 orang pekan lalu.
Longsor dan banjir yang dipicu oleh hujan deras yang diakibatkan oleh penurunan tropis Sanba mengakibatkan setidaknya 37.370 orang di wilayah Caraga, Filipina selatan dievakuasi ke tempat pengungsian.
Skala dan kecepatan banjir mengejutkan banyak orang.
Uskup Tandag Mgr Nereo Odchimar mengatakan bahwa bencana tersebut menyebabkan “begitu banyak orang menderita” di keuskupannya karena kehilangan tempat tinggal dan ternak mereka.
“Banyak warga menyerukan penyelidikan mengapa banjir terjadi begitu cepat,” kata prelatus tersebut. Dia mengatakan kolam lumpur di beberapa tambang roboh, sehingga terjadi banjir.
Kementerian sosial melaporkan setidaknya tujuh orang tewas dan 18 lainnya luka-luka di wilayah tersebut.
Dalam satu insiden, seorang anak tewas setelah sebuah kolam pengendapan di satu tambang meluap dan membanjiri desa-desa di hilir dan mengubur ratusan rumah.
Di wilayah propinsi Agusan del Norte dan Surigao del Norte, limbah tambang dialirkan ke sungai, menyebabkan sungai-sungai yang dilalui melua, dan menghancurkan jembatan serta membuat jalan tidak dapat dilalui.
Setidaknya tujuh perusahaan pertambangan besar beroperasi di propinsi Surigao del Sur dan Surigao del Norte di wilayah Caraga, yang dijuluki “ibukota pertambangan Mindanao”.
Pastor Raymond Ambray dari kelompok lingkungan Caraga Watch, mengatakan bahwa korban jiwa dapat diminimalkan jika pemerintah melarang pertambangan di daerah tersebut.
Dia mengatakan kurangnya informasi dan diamnya para pejabat pemerintah daerah tentang bencana tersebut “seakan mereka tidak mau peduli akan bahaya yang sedang terjadi.”
“Apakah karena menurut pejabat pemerintah daerah yang paling terkena dampak adalah penambang atau mereka malah mendukung penambang berskala besar?” kata imam itu.
Pastor Cambray mengatakan bahwa mereka terus menunggu kabar dari masyarakat pedalaman yang masih terkubur di bawah lumpur.
Badai tropis Sanba melanda bagian selatan negara itu pada 12 Februari. Filipina dihantam oleh 20 badai atau topan rata-rata setiap tahun, Badai tropis itu sangat mematikan.
Rekor paling mematikan di negara itu adalah Super Typhoon Haiyan, yang menyebabkan lebih dari 7.350 orang tewas atau hilang di Filipina tengah pada November 2013.