UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Warga Filipina Peringati Revolusi Damai ‘People Power’

Pebruari 28, 2018

Warga  Filipina Peringati Revolusi Damai ‘People Power’

Para imam dan biarawati bergabung bersama para aktivis dalam sebuah reli menandai 32 tahun revolusi People Power di Manila tuna memperbaiki demokrasi di negara itu. (Foto: Mark Saludes)

Warga  Filipina memperingati ulang tahun revolusi damai yang memulihkan demokrasi  tahun 1986 dengan demonstrasi di jalan dan akan berakhir pada akhir pekan.

Para imam dan suster berbaris bersama  para aktivis untuk menyuarakan keprihatinan mereka mengenai apa yang mereka gambarkan sebagai kebangkitan kediktatoran di bawah Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Pada  22-25 Februari yang dikenal dengan revolusi “People Power” 32 tahun silam yang mengakibatkan tumbangnya mantan Presiden Ferdinand Marcos dan perumusan sebuah konstitusi baru tahun 1987.

Namun, proposal terakhir untuk amandemen undang-undang dasar negara tersebut,  telah menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu mungkin “membuka jalan bagi kediktatoran lain.”

Suster Benediktin, Mary John Mananzan, seorang yang vokal mengkritik pemerintah, mengatakan  pemerintahan saat ini mencoba  “memusatkan semua kekuatan ke dalam tangan satu orang.”

Dia mengatakan  usulan revisi konstitusi adalah “formula untuk melanggengkan tirani dan kekuasaan diktator.”

“Kita tidak bisa membiarkan era kegelapan lagi,” kata biarawati itu, salah satu pemimpin dari gerakan yang baru terbentuk untuk melawan tirani.

Para Uskup  telah mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa meskipun konstitusi 1987 tidak sempurna, itu “konsisten dengan Injil.”

Konstitusi saat ini melarang perceraian, hukuman mati dan penggunaan alat kontrasepsi buatan.

Dalam pernyataan mereka, para uskup mengatakan  upaya  merevisi konstitusi tersebut harus mewajibkan “partisipasi masyarakat luas dan konsultasi.”

Pastor Bilbert Billena, juru bicara kelompok aktivis Rise Up for Life, mengatakan  peringatan revolusi “People Power” adalah pengingat akan kewajiban orang Filipina untuk melindungi demokrasi.

“Banyak orang telah menyerahkan hidup mereka untuk demokrasi yang kita nikmati hari ini. Adalah tanggung jawab kita untuk melawan ancaman apapun,” kata pastor tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Dewan Gereja Nasional di Filipina mengatakan keadilan sosial tetap sulit dipahami dengan pembunuhan dan pemindahan orang-orang di daerah pedesaan.

Kelompok Protestan mengatakan bahwa ini adalah tanggung jawab Gereja “untuk menempatkan prioritas tinggi pada keadilan sosial untuk mencapai kualitas hidup yang lebih adil dan lebih tinggi yang telah lama diabaikan.”

Uskup Agung Manila Kardinal Luis Antonio Tagle  menekankan  perdamaian  “membuahkan keadilan, kebenaran, cinta dan rasa hormat.”

“Sebarkan damai dan Anda akan menuai kedamaian,” kata prelatus tersebut dalam homilinya dalam sebuah Misa untuk memperingati ulang tahun revolusi tersebut.

“Cinta menghasilkan cinta, keadilan menghasilkan keadilan, kebenaran menghasilkan kebenaran, penghormatan menghasilkan rasa hormat dan perdamaian menghasilkan kedamaian,” kata Kardinal Tagle.

Dia mengatakan satu cara untuk mencapai kedamaian adalah “dengan mencintai bahkan musuh Anda sekalipun karena inilah yang Yesus ingin kita lakukan.”

Asosiasi Pemimpin Religius  Filipina mengatakan dalam pernyataannya bahwa revolusi  tahun 1986 menunjukkan kepada dunia bahwa kediktatoran dapat digulingkan dan tirani bisa runtuh.

Kelompok tersebut mengatakan  masyarakat sekali lagi dipanggil “untuk terus bermimpi dan bekerja keras …  membebaskan orang-orang dari kemiskinan dan kekurangan.”

“Benci dan perpecahan mencengkram politik, budaya dan kehidupan sosial kita. Memang ada kebutuhan mendesak untuk mengubah diri dan masyarakat kita,” tambah asosiasi  tersebut.

Dalam pesannya saat peringatan revolusi “people power”, Presiden Duterte meminta warga Filipina untuk “memperkaya demokrasi kita” dengan memberdayakan warga negara dan membela hak-hak mereka.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi