UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Katolik Filipina Minta Pemimpin Gereja Perhatikan Orang Muda

Maret 16, 2018

Umat Katolik Filipina Minta Pemimpin Gereja Perhatikan Orang Muda

Pastor Conegundo Garganta (tengah), ketua Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Filipina, berbicara dengan Alyana Therese Pangilinan dan Gerald Rey Coquia yang akan mewakili Filpina dalam pertemuan pra-sinode di Roma pada 19-24 Maret. (Foto: Jire Cerreon)

Delegasi Filipina untuk pertemuan pra-sinode di Roma mengatakan para pemimpin Gereja Katolik perlu memahami bagaimana orang muda menjalani hidup, berpikir dan berkomunikasi agar bisa mewartakan Injil.

Sekitar 300 orang muda dari seluruh dunia akan berkumpul di Vatikan pada 19-24 Maret untuk mengikuti pertemuan persiapan Sinode Para Uskup yang akan digelar pada Oktober dengan tema orang muda.

“(Para pemimpin Gereja perlu) memahami dan berjalan bersama orang muda sehingga (mereka) akan memiliki rasa memiliki dan dukungan,” kata Alyana Therese Pangilinan, 23, dari Filipina.

Tokoh orang muda dari Keuskupan Bacolod itu mengatakan penting bagi Gereja dan para pemimpinnya “untuk mendengar dan menanggapi” keprihatinan orang muda karena mereka menghadapi banyak persoalan.

Beberapa orang muda telah menyampaikan keprihatinan mereka terkait resiko yang dihadapi mereka dari kelompok-kelompok ekstremis.

“Sangat penting untuk menjadi Gereja yang menerima dan yang mendengarkan,” kata anggota Gerakan Keluarga Kristen Keuskupan Bacolod itu.

Ia mengatakan para pemimpin Gereja perlu memahami “pertanyaan, harapan, ketakutan dan luka-luka yang dialami orang muda agar mampu melayani generasi masa depan secara efektif.”

Sinode Para Uskup akan memfokuskan tema “iman dan penajaman panggilan religius” di kalangan orang muda.

Gerald Rey Coquia, 29, menyebut ada kebutuhan mendesak bagi para imam dan kaum religius untuk melibatkan generasi muda.

Tokoh orang muda dari Keuskupan Agung Palo itu mengatakan Gereja seharusnya menjadi “pelayanan kehadiran” dan seharusnya memiliki “pelukan yang agresif namun lembut” bagi anggotanya.

“Pelukan ini seharusnya tidak menimbulkan rasa sakit, pelukan ini seharusnya tidak terlalu kuat sehingga menyakiti orang muda,” kata karyawan di sebuah sekolah setempat itu.

“Kita seharusnya menyebarkan ajaran Gereja, tapi jika tidak ada orang yang tahu atau tidak ada yang mengajari (orang muda) tentang ajaran Gereja ini, maka sudah tentu akan ada kebingungan di kalangan orang muda,” katanya.

Konferensi waligereja di seluruh dunia diharapkan akan mengirim peserta untuk pertemuan persiapan itu.

Pangilinan dan Coquia melewati proses seleksi yang ketat untuk mewakili Filipina.

Pastor Conegundo Garganta, sekretaris eksekutif Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Filipina, mengatakan para pemimpin Gereja telah menggunakan “segala cara yang mungkin dilakukan” untuk mendengar orang muda.

Ia mengatakan sinode tahun ini merupakan kesempatan untuk mengklarifikasi konsep Gereja tentang orang muda dan “memunculkan bahasa yang tepat untuk mengatasi keprihatinan mereka.”

“Kita bicara dengan bahasa yang sama tapi bagaimana bahasa ini digunakan atau disampaikan merupakan penyebab dari hambatan bagi Gereja dan orang muda untuk bertemu,” katanya.

Kardinal Luis Antonio Tagle dari Manila mengatakan meskipun Gereja memiliki pandangan sendiri tentang sikap orang muda jaman sekarang, penting untuk mendengar pendapat langsung dari mulut orang muda.

“Ini akan menjadi sinode yang menarik karena para uskup akan mendengar orang muda supaya mereka bisa secara aktif membantu dalam membentuk misi Gereja dan arah dunia,” kata prelatus itu.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi