UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Peace Trip Tumbuhkan Toleransi Di Kalangan Anak-Anak 

April 12, 2018

Peace Trip Tumbuhkan Toleransi Di Kalangan Anak-Anak 

Anak-anak peserta peace trip mengunjungi gereja Paroki St. Petrus dan Paulus di Temanggung. (Foto: SEJUK)

Jaringan Narasi Damai Nusantara (NDN) dan Laskar Bersenyum tengah berusaha mengatasi meningkatnya gelombang intoleransi dengan menjauhkan anak-anak dari sektarianisme.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh kedua organisasi itu adalah mengadakan peace trip atau jalan-jalan damai di Temanggung, Jawa Tengah, pada Sabtu (7/4) lalu.

Sebanyak 50 pelajar taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) dari berbagai agama seperti Buddha, Islam, Katolik dan Protestan mengikuti program yang berlangsung selama sekitar tujuh jam itu.

Mereka mengunjungi berbagai tempat ibadah seperti Klenteng Cahaya Sakti, Gereja Kristen Indonesia (GKI), Vihara Surya Putra, Masjid Menggoro dan Paroki St. Petrus dan Paulus. Di sana mereka belajar tentang nilai-nilai agama dan bermain sejumlah permainan yang mengangkat pesan toleransi.

“Kami prihatin dengan intoleransi. Kami melihat intoleransi meningkat bukan saja karena ada kepentingan jangka pendek, tetapi karena ada informasi yang tidak tersampaikan dengan baik. Informasi ini salah satunya justru menimbulkan kecurigaan dan ketakutan berlebihan,” kata Khoirul Anam, sekjen NDN, kepada ucanews.com.

Ia merujuk pada masa kampanye menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak yang akan digelar pada Juni nanti di 171 daerah di Indonesia. Ada kecenderungan kampanye semakin sektarian.

“Kalau (intoleransi) dibiarkan, bisa berbahaya bagi Indonesia ke depan,” lanjutnya.

Ia juga menjelaskan alasan mengapa program itu menyasar anak-anak.

“Anak-anak masih jujur, tidak ada kepentingan pura-pura. Pengalaman terhadap keberagaman ini memang harus ditanamkan sedini mungkin,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa tujuan dari program itu adalah mengajak anak-anak untuk bersyukur bahwa mereka lahir di negara yang kaya akan agama dan untuk berani berteman dengan lebih banyak orang dari berbagai latar belakang agama.

Sementara itu, Pastor Johanes Baptista Ibnu Fajar Muhammad MSF dari Paroki St. Petrus dan Paulus di Temanggung turut terlibat secara aktif dalam mempersiapkan program tersebut.

Ia mengatakan Kabupaten Temanggung pernah mengalami kekerasan sektarian pada 2011.

Saat itu tiga gereja termasuk gereja paroki itu diserang oleh sekelompok orang setelah pengadilan setempat menjatuhi hukuman penjara lima tahun kepada seorang penulis beragama Kristen karena terbukti melakukan penodaan agama.

“Kita mulai dengan Temanggung, dari kota kecil, untuk bisa menebarkan benih-benih (toleransi) dan bisa memberikan sesuatu yang bermakna. Mau kita tularkan ke Indonesia,” lanjutnya.

Banyak orangtua mendukung program itu.

Diah Krisnawati mengatakan ia ingin agar anak laki-lakinya yang berumur 6,5 tahun mengenal agama-agama lain.

“Anak saya sekolah di TK Muhammadiyah. Tapi saya ingin ia jadi tahu agama lain dan tidak merasa eksklusif,” katanya.

“Buat anak saya, saat ia besar, ini bisa jadi pengalaman. Orang Jawa bilang ‘sangu urip’ (bekal hidup). Agamanya Islam, tapi kelak ketika ia dewasa, ia tidak berteman hanya dengan orang Islam saja. Membangun rasa itu memang harus sejak kecil,” lanjutnya.

Orangtua lainnya, Emy Zulhijayanti, mengaku bahwa program itu membantu  anaknya untuk lebih saling menghormati satu sama lain.

“Belajar bertoleransi, saling menghormati … ,” katanya.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi