UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Prosesi  Maria  Berdoa untuk Perdamaian Kachin yang Terkoyak Perang  

Mei 31, 2018

Prosesi  Maria  Berdoa untuk Perdamaian Kachin yang Terkoyak Perang  

Umat Katolik Kachin mengusung patung Bunda Maria selama prosesi perdamaian yang diadakan di Myitkyina, Negara Bagian Kachin pada 28 Mei. (Foto: Hkun Awng Nlam)

Umat ​​Katolik yang terlantar akibat konflik yang sedang berlangsung di Negara Bagian Kachin, Myanmar, bergabung dengan ribuan warga lainnya dalam prosesi perdamaian Maria melintasi Myitkyina, ibukota negara bagian itu.

Sekitar 7.000 umat Katolik Kachin mengambil bagian dalam prosesi itu yang dipimpin oleh Mgr Francis Daw Tang, uskup Myitkyina pada 28 Mei.

Pastor Peter Hka Awng Tu, pastor Paroki  Santo Columban Myitkyina Katedral, mengatakan sekitar 1.000 pengungsi (IDP) yang kini tinggal di kamp-kamp di dekat tempat itu bergabung dalam prosesi itu.

“Kami berdoa Rosario kepada Bunda Maria, yang adalah Ratu Damai, untuk memohon perdamaian di Negara Bagian Kachin dan tempat-tempat lain di Myanmar,” kata Pastor Awng Tu kepada ucanews.com.

Imam itu mengatakan permusuhan antara pemberontak Kachin dan militer Myanmar sedang berlangsung. Dia mengatakan ada laporan bahwa beberapa warga sipil yang berusaha menghindari pertempuran sedang terjebak di dalam hutan.

Lebih dari 3.000 orang berlindung di gereja-gereja Katolik di Myitkyina, Tanai, Letwa, Namti dan Tangphre, kata Pastor Awng Tu.

 

Joseph Tang Sham, salah seorang pengungsi dari desa dekat kota Inngyanyan mengatakan dia berharap Tuhan akan mengabulkan doa mereka untuk perdamaian di Negara Bagian Kachin dan tempat-tempat  lain di Myanmar.

“Kami ingin kembali ke rumah tetapi saat ini kami tidak dapat kembali karena pertempuran bisa saja meletus lagi sewaktu-waktu,” kata Tang Sham, peserta dalam prosesi Maria itu.

Patrick Gum Seng, seorang umat Katolik yang bertanggung jawab atas kamp St. Joseph IDP di Maina, kota Waimaw, mengatakan umat Katolik di daerah itu memiliki iman yang kuat kepada Tuhan dan berharap doa-doa mereka akan dikabulkan.

“Kami belum kehilangan harapan akan perdamaian.  Kami terus berdoa untuk mengakhiri pertempuran,” kata Gum Seng kepada ucanews.com.

Secara keseluruhan, PBB mengatakan bahwa lebih dari 7.400 orang baru-baru ini mengungsi akibat pertempuran di delapan kota kecil termasuk Tanai, Ingyanyang dan Hpakant. Sejak saat itu mereka berlindung di gereja-gereja – Katolik dan Baptis.

 

Pertempuran yang mulai meletus lagi   tahun 2011 menyusul terjadinya gencatan senjata 17 tahun dan sejak itu, lebih dari 120.000 orang melarikan diri ke 179 kamp IDP di Negara Bagian Kachin dan Negara Bagian Shan yang berdekatan.

Militer Myanmar meningkatkan serangannya di Negara Bagian Kachin pada awal April dengan meluncurkan serangan terhadap pemberontak menggunakan artileri berat, helikopter dan jet tempur.

Pada 8 Mei, Uskup Agung Myitkyina Mgr Francis Daw Tang  dan dua uskup Kachin lainnya mengirimkan sepucuk surat yang melaporkan konflik itu kepada Paus Fransiskus saat kunjungan ad limina mereka ke Vatikan.

“Dalam surat itu, kami meminta Paus Fransiskus membantu upaya perdamaian Myanmar dan  memohon kepada para pemimpin negara – pemerintah sipil dan pemimpin militer,” kata Uskup Tang kepada ucanews.com. “Kami menekankan pentingnya perundingan dan dialog untuk mencapai perdamaian.”

Paus Fransiskus melakukan kunjungan tiga hari ke Myanmar pada November lalu dan mendesak  warga  di negara itu untuk bekerja membangun perdamaian dan rekonsiliasi.

Sebagian besar dari 1,7 juta penduduk negara bagian Kachin adalah orang Kristen, termasuk 116.000 umat Katolik.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi