UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gereja Menyerukan Pembebasan Uskup Cina yang Sakit

Juni 1, 2018

Gereja Menyerukan Pembebasan Uskup Cina yang Sakit

Kardinal Joseph Zen Ze-kiun, uskup emeritus Hong Kong, memegang poster dengan foto Uskup Cui Tai yang hilang, pada 29 Mei. (Foto: Facebook Kardinal Zen)

Seorang uskup Cina ‘bawah tanah’ dibawa pergi oleh otoritas sebagai tindakan keras Beijing terhadap agama yang menyatakan sudah  lebih banyak korban.

Uskup Coadjutor, Mgr Cui Tai, uskup  keuskupan Xuanhua, Hebei belum terlihat sejak pertengahan April dan keberadaannya tidak diketahui.

Komisi Keadilan dan Perdamaian (JPC) Hong Kong lewat pernyataan pada 29 Mei menyerukan kepada pemerintah Cina untuk membebaskan  Uskup Cui, yang memungkinkan dia  mendapat perawatan medis dan melepaskan seorang imam lain di provinsi Hebei.

Hebei baru-baru ini dilaporkan meningkatnya penindasan terhadap agama. Pemerintah kota Hejian menuntut semua siswa menghadiri kelas pada hari Ibu untuk mencegah mereka berpartisipasi dalam ziarah tahunan Ludezhuang; Faith Weekly, yang berpusat di Hebei juga diperintahkan untuk tidak melaporkan berita tentang ziarah Bulan Maria di seluruh negeri; dan sebuah patung  seorang martir disingkirkan dari gereja Katolik pada 8 Mei.

Pernyataan JPC mengatakan bahwa Uskup Cui sedang mengalami kondisi kesehatan  buruk dalam beberapa tahun terakhir, menderita gastritis berat, gangguan saraf dan pusing.

Komisi itu sangat khawatir tentang situasinya dan mengecam keras pemerintah Cina atas pelanggaran serius terhadap konstitusi dan konvensi internasional hak asasi manusia untuk melindungi hak-hak dasar warga negara dan kebebasan beragama.

Pernyataan itu mengatakan Uskup Cui menjunjung tinggi kebebasan berkeyakinan dan hati nurani, menolak kebijakan agama pemerintah yang melanggar prinsip iman, dan menolak  Asosiasi Patriotik Katolik Cina.

Sejak tahun 1993, uskup itu berulang kali mengalami penahanan dan tahanan rumah atau dikirim ke kamp kerja paksa oleh pihak berwenang karena secara tidak sah mewartakan atau mengadakan pertemuan agama secara ilegal.

Sebuah sumber Katolik yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada ucanews.com bahwa sejak tahun 2007, Uskup Cui hanya diizinkan pulang selama beberapa hari untuk mengunjungi kakak perempuannya, menghadiri festival termasuk  Tahun Baru Imlek.

Masih menurut  sumber itu, paroki yang dilayani oleh Uskup Cui mengatakan bahwa Uskup bawah tanah James Su Zhimin, uskup keuskupan Baoding, Hebei, juga masih hilang.

“Tetapi, intinya bahwa Uskup Cui bukanlah pemimpin Gereja Cina. Dia hanyalah seorang imam yang menjalani kehidupan yang sederhana dan saksama penuh dengan kebajikan. Dia tidak melakukan sesuatu yang ilegal. Saya tidak mengerti mengapa pemerintah menahannya secara ilegal  selama lebih dari satu dekade. Sungguh berlebihan,” kata sumber itu.

JPC meminta pemerintah membebaskan tanpa syarat Uskup Cui dan imam  lainnya termasuk Uskup Su dan Pastor Liu Honggeng dari keuskupan Baoding.

Uskup Cui lahir di Zhangjiakou, Hebei  tahun 1950 dan belajar di seminari Baoding. Dia ditahbiskan oleh Mgr Shi Enxiang dari keuskupan Yixian  tahun 1990. Tahun 2013, dia diangkat sebagai uskup koajutor Xuanhua oleh Takhta Suci, tetapi pemerintah  tidak mengakui status uskupnya.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi