UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Para Pemimpin Gereja di Filipina Kecam Pembunuhan Imam

Juni 13, 2018

Para Pemimpin Gereja di Filipina Kecam Pembunuhan Imam

Anak-anak memberikan penghormatan terakhir kepada Pastor Richmond Villaflor Nilo pada 11 Juni, sehari setelah imam itu ditembak mati di Nueva Ecija, Filipina Pagina utara. (Foto: Basilio Sepe)

Para pemimpin Gereja Katolik di Filipina bersuara melawan serangan dan pembunuhan terhadap para imam dalam beberapa bulan terakhir.

Kardinal Luis Antonio Tagle, uskup agung Manila mengatakan “kebebasan adalah palsu” karena orang “bermain-main dengan keadilan” di tengah serentetan pembunuhan di negara itu.

“Kami ulangi: Ini bertentangan dengan kehendak Tuhan karena menghancurkan kehidupan. Membunuh bukanlah solusi untuk masalah pribadi dan sosial,” kata prelatus itu dalam pesan Hari Kemerdekaannya.

Filipina memperingati Hari Kemerdekaan ke-120 pada 12 Juni, dua hari setelah para pembunuh menembak dan membunuh  Pastor Richmond Villaflor Nilo.

Kardinal Tagle memohon kepada umat Katolik Filipina di Keuskupan Agung Manila  “memohon pengampunan Tuhan bagi dosa-dosa kita melawan kehidupan.”

Untuk mengenang dan berdoa bagi mereka yang meninggal, prelatus Manila itu memerintahkan membunyikan lonceng gereja setiap pukul delapan malam.

Mgr Socrates Villegas,  uskup agung  Lingayen-Dagupan mengutuk pembunuhan Pastor Nilo, yang oleh para uskup dinyatakan sebagai “sangat jahat”.

“Mereka membunuh kawanan kami. Mereka membunuh kami para gembala. Mereka membunuh iman kami. Mereka mengutuk Gereja kami. Mereka membunuh Tuhan lagi seperti yang mereka lakukan di Kalvari,” kata  pernyataan Uskup Agung Villegas.

Dia meminta Presiden Rodrigo Duterte “menghentikan serangan verbal terhadap Gereja Katolik karena serangan semacam itu dapat dengan sadar membesarkan lebih banyak kejahatan terhadap para imam.”

 

Menunjukkan protes

Para pemimpin Gereja menyatakan 18 Juni, hari kesembilan kematian Pastor Nilo, sebagai “hari pertobatan” dengan Misa yang berujudkan “untuk dosa-dosa penghujatan terhadap Tuhan, dosa-dosa penistaan ​​dan kesengsaraan yang menimpa para imam dan uskup kita, pembunuhan-pembunuhan itu  yang terus menerus tanpa akhir. ”

Lonceng gereja di Lingayen-Dagupan akan berdering selama 15 menit pada pukul 6 sore pada  18 Juni untuk menandai saat Pastor Nilo dibunuh. Patung  Kristus yang mati atau Black Nazarene juga akan dibawa dalam prosesi di paroki-paroki.

“Kami tidak takut. Kami percaya pada Tuhan. Kami siap bertempur demi kehormatan Tuhan,” demikian pernyataan para rohaniwan Lingayen-Dagupan.

“Mereka ingin mengubur kami para imam. Tetapi mereka lupa bahwa kami para imam adalah benih. Ketika Anda mengubur kami, kami akan tumbuh dan berkembang. Anda tidak dapat menghentikan Injil untuk tumbuh,” tambah mereka.

“Tanah yang berlumuran darah sedang menangis ke surga untuk keadilan. Keadilan Allah ada atas mereka yang membunuh orang-orang yang diurapi Tuhan. Ada tempat khusus di neraka untuk para pembunuh. Ada tempat yang lebih buruk bagi mereka yang membunuh para imam,” kata  pernyataan itu.

 

Pembunuhan para imam sebagai kasus prioritas

Istana kepresidenan telah memerintahkan Kepolisian Nasional Filipina untuk memprioritaskan penyelidikan atas pembunuhan Pastor Nilo.

Imam itu akan merayakan Misa di dalam kapel Nuestra Senora dela Nieve di kota Zaragoza ketika para penyerang menembaknya melalui jendela kapel.

Dia adalah imam ketiga dan kedua di provinsi Nueva Ecija dibunuh dalam tiga bulan terakhir.

Pastor Mark Ventura ditembak mati setelah merayakan Misa di Gattaran, provinsi Cagayan, pada April lalu. Pastor Marcelito Paez, dibunuh beberapa jam setelah membantu pembebasan seorang tahanan politik di kota Jaen, juga di Nueva Ecija, Desember lalu.

Pembunuhan para imam terjadi di tengah serentetan eksekusi ribuan tersangka pengedar narkoba dan pengguna di negara itu sejak 2016.

Para imam dan uskup  berada di antara para pengkritik vokal atas pembunuhan yang telah merenggut 23.000 jiwa dalam dua tahun terakhir.

Pembunuhan itu diperkirakan akan semakin memperburuk peringkat Filipina pada Indeks Perdamaian Global, yang dalam laporan terakhirnya telah menempatkan negara itu sebagai yang “paling tidak damai” kedua di Asia Pasifik, setelah Korea Utara.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi