UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Konferensi Waligereja Filipina  Marah Para Imam Mempersenjatai Diri

Juni 19, 2018

Konferensi Waligereja Filipina  Marah Para Imam Mempersenjatai Diri

Para imam mengusung peti jenazah Pastor Richmond Villaflor Nilo pada 15 Juni, lima hari setelah ia ditembak mati provinsi Nueva Ecija, bagian utara Filipina. (Foto: Vincent Go)

Para pemimpin  Gereja terkemuka Filipina menyatakan kekecewaan dan kemarahan  mereka atas laporan bahwa para imam Katolik mempersenjatai diri mereka sendiri setelah terbunuhnya beberapa imam  dalam beberapa bulan terakhir.

Mgr Pablo Virgilio David, uskup keuskupan Kalookan mengatakan dia “sangat kecewa”, seraya  menambahkan  para imam yang ingin membawa senjata  melindungi diri harus meninggalkan imamat dan bergabung dengan polisi atau militer.

“Kami bahkan tidak perlu memikirkan dari sudut pandang moralitasnya. Ini sangat tidak pantas,” kata prelatus ini sambil melaporkan bahwa beberapa imam di Laguna, bagian selatan Filipina diam-diam memperoleh senjata api setelah pembunuhan tiga imam dan melukai beberapa umat  lain dalam enam bulan terakhir.

Namun, Uskup David, mengatakan laporan yang keluar dalam harian nasional pada 17 Juni kemungkinan  adalah “berita palsu” yang dimaksudkan untuk memancing reaksi negatif terhadap para imam.

“Ini bagaikan menggosok garam di luka yang masih sakit yang disebabkan oleh pembunuhan brutal terhadap para  imam, saudara kita,” kata prelatus itu,  wakil ketua konferensi waligereja Filipina.

Namun, uskup itu mengatakan bahwa jika laporan itu benar, para imam yang memutuskan untuk membawa senjata api membutuhkan “konseling serius.”

Mgr Romulo Valles, uskup agung Davao, ketua presidium konferensi waligereja Filipina, sebelumnya menolak gagasan para imam mempersenjatai diri.

“Kita adalah umat Tuhan, umat Kristiani, dan itu adalah bagian dari pelayanan kami untuk menghadapi bahaya,  menghadapi kematian jika seseorang menghadapi jalan seperti itu,” katanya dalam sebuah wawancara.

Pastor Jerome Secillano, sekretaris eksekutif Dokpen Konferensi Waligereja Filipina, mengatakan posisi Gereja itu jelas, tetapi dia menambahkan bahwa para imam yang ingin membawa senjata harus mendapatkan izin dari uskup mereka.

“Mereka milik keuskupan, yang merupakan wilayah independen yuridis yang dikepalai oleh seorang uskup.  Uskup, dalam penilaiannya yang bijak dan bijaksana, secara yuridis bertanggung jawab atas apa yang dilakukan  para imamnya,” kata Pastor Secillano.

Dia mengatakan dengan mempersenjatai diri  “sangat tidak pantas” bagi para imam, yang “terus mengkhotbahkan  Firman Tuhan dan bukan penegak hukum yang memegang senjata api”.

“Mereka adalah pembawa damai dan bukan pendukung kekerasan,” kata Pastor Secillano.

 

Belajar  bela diri sebagai gantinya

Pemimpin Gereja lain mengatakan alih-alih mempersenjatai diri, para pastor harus belajar  bela diri seperti karate untuk membela diri.

“Anda juga harus membela diri,” kata Mgr Rolando Tirona, uskup agung Caceres, seraya  menambahkan bahwa mempelajari keterampilan membela diri seharusnya hanya  menjadi tindakan pencegahan.

“Imam tidak bisa seperti Superman atau Spiderman dimana mereka akan berada di sana di setiap  masalah,” kata prelatus itu bercanda.

Pastor Edwin Gariguez dari sekretariat Aksi Sosial Konferensi Waligereja Filipina, mengatakan seorang imam perlu berhati-hati “dan belajar seni bela diri adalah salah satu cara untuk melindungi diri sendiri.”

Dia mengatakan  para imam yang mempersenjatai diri, “bertentangan dengan arti imamat, yang merupakan kehidupan cinta yang memberikan cinta secara total, dan keterlibatan tanpa kekerasan dalam membangun perdamaian.”

“Seorang imam harus siap untuk mati sebagai martir dalam membela hak-hak orang miskin, untuk membela apa yang benar dan adil. Pembelaan diri tidak dapat membenarkan tindakan kontra-kekerasan,” kata Pastor Gariguez.

Kepala Kepolisian Nasional Filipina Oscar Albayalde pekan lalu mengatakan dia bersedia membantu para imam dengan cara legal untuk mempersenjatai diri mereka sendiri jika mereka memintanya.

Dia mengatakan bahwa para imam bisa mempersenjatai diri mereka sendiri untuk melindungi diri sendiri selama mereka memperoleh senjata dan izin secara hukum dan belajar bagaimana menangani senjata dengan benar.

“Akan ada rasa aman tambahan jika mereka memiliki senjata api, berlisensi resmi,” katanya.

“Kami akan membantu mereka untuk melalui proses perizinan agar mereka merasa aman,” katanya seraya meyakinkan publik bahwa tidak ada alasan untuk khawatir atas pembunuhan para imam.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi