UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kebijakan Agama Di Cina Jadi “Penghambat” Kesepakatan Vatikan 

Juni 26, 2018

Kebijakan Agama Di Cina Jadi “Penghambat” Kesepakatan Vatikan 

Paus Fransiskus mengatakan kepada Reuters bahwa ia optimis Vatikan dan Cina bisa mencapai sebuah kesepakatan tentang pengangkatan uskup. (Foto: AFP)

Seorang akademisi asal Taiwan yakin bahwa kebijakan keras soal agama di Cina bisa menjadi penghambat kesepakatan dengan Vatikan tentang pengangkatan uskup.

Suster Beatrice Leung Kit-fun, seorang peneliti dari Universitas Bahasa yang dikelola Ursulin di Wenzao, mengatakan kepada ucanews.com bahwa Tahta Suci menyebut kebijakan keras soal agama di Beijing dalam negosiasi baru-baru ini.

“Ini hambatan bagi sebuah kesepakatan antara kedua pihak,” katanya.

Pada Februari lalu, otoritas Cina menerapkan revisi undang-undang tentang agama untuk memperkuat pemantauan berbagai kegiatan keagamaan termasuk melarang anak-anak masuk ke dalam gereja dan memberi hukuman berat untuk berbagai kegiatan yang diadakan tanpa ijin.

Suster Leung mengatakan saling memahami dan memiliki itu sangat penting untuk pembicaraan tersebut meskipun jika sebuah kesepakatan ditandatangani, persyaratan itu akan sulit diterapkan.

Ia menceritakan bahwa pada awal 2008 Tahta Suci mengirim beberapa pejabat ke Taiwan untuk membicarakan hubungan non-diplomatik antara Vatikan dan Taiwan.

Hubungan Vatikan dan Taiwan, lanjutnya, semakin dekat dalam lima tahun terakhir khususnya di bawah kepemimpinan Mgr Paul Russell, mantan kepala Nunsiatur Apostolik di Taiwan. Sebuah kesepakatan tentang pendidikan tinggi ditandatangani sebagai bentuk pengakuan akan mandat akademisi, sementara pameran seni digelar untuk menjalin hubungan yang lebih baik.

Menurut Reuters, pembicaraan antara Vatikan dan Cina berlanjut pada minggu kedua bulan ini. Pertemuan ini merupakan pertemuan pertama sejak Desember lalu.

Paus Fransiskus mengatakan kepada media itu: “Saya kira masyarakat Cina layak mendapat Penghargaan Nobel atas kesabaran mereka. Mereka tahu cara menunggu. Waktu adalah milik mereka dan selama berabad-abad mereka memiliki budaya … Mereka adalah orang-orang bijak, sangat bijak. Saya sangat menghormati Cina.”

Paus Fransiskus diminta untuk menanggapi keprihatinan yang dirasakan oleh Kardinal Zen Ze-kiun dari Hong Kong.

Paus mengatakan ia sebelumnya menerima Kardinal Zen. Kardinal Zen adalah orang baik, tetapi ia merasa agak takut karena ia mengajar teologi di seminari milik Asosiasi Katolik Patriotik Cina.

Paus Fransiskus berbicara sangat positif tentang prospek dari sebuah kesepakatan. “Dialog merupakan sebuah resiko, tetapi saya memilih resiko dibanding kekalahan pasti yang muncul karena tidak adanya dialog,” katanya.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi