UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Uskup Myanmar Memimpin Pembangunan Perdamaian

Agustus 3, 2018

Uskup Myanmar Memimpin Pembangunan Perdamaian

Uskup Raymond Sumlut Gam mengambil istirahat makan siang dalam sebuah pertemuan Karuna di Mandalay pada 10 Juli. (Foto: ucanews.com)

Uskup Raymond Sumlut Gam berkomitmen pada pembangunan sosial dan mencurahkan sebagian besar waktunya untuk kegiatan itu.

Kursus dua bulan di Filipina tahun 2004 memungkinkan prelatus Myanmar untuk mempelajari konsep dasar pembangunan.  Belajar dan langsung berpraktek meningkatkan pengetahuannya.

Mgr  Gam, Uskup keuskupan Banmaw  berusia  65 tahun di Negara Bagian Kachin mengatakan kepada ucanews.com menjelaskan  tentang arti pembangunan dan perdamaian.

Pembangunan tidak hanya mencakup proyek-proyek material seperti gedung-gedung tinggi atau jalan. “Ada aspek fisik, mental, dan spiritual. Pembangunan adalah nama lain untuk perdamaian dan harus berkelanjutan,” kata Mgr Gam, seorang etnis Kachin.

Ketika dia menjadi uskup Keuskupan Banmaw – setelah ia belajar dari Keuskupan Myitkyina tahun 2006 – dia memilih motto “Pembangunan dan Perdamaian” dari ajaran sosial Gereja Katolik.

“Tanpa keadilan dan perdamaian, tidak akan ada pembangunan,” kata Mgr Gam, yang juga ketua Karuna (Caritas) Solidaritas Sosial Myanmar, kelompok sosial Gereja.

Negara Bagian Kachin adalah zona konflik dan perang sipil telah melanda negara bagian utara yang bergunung-gunung dan berbahaya  sejak Myanmar memperoleh kemerdekaan dari Inggris  tahun 1948.

Pertempuran yang dimulai lagi   tahun 2011 antara Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) dan militer Myanmar memaksa lebih dari 100.000  warga masuk ke kamp pengungsi internal di negara bagian Kachin dan Shan.

Sejak itu, Gereja Katolik memainkan peran  memberikan tidak hanya dukungan spiritual tetapi juga bantuan kemanusiaan kepada para warga di kamp-kamp.

Mgr Gam menyadari bahwa organisasi Karunanya terus  sibuk dengan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi selama lebih dari tujuh tahun tetapi mereka perlu melanjutkan misi pembangunan mereka, pemberantasan kemiskinan dan warta gembira bagi yang termiskin dari yang miskin.

“Ini tidak cukup  membangkitkan harapan bagi  orang-orang di kamp karena banyak orang yang tidak terpengaruh oleh perang sipil hidup dalam kemiskinan. Kita juga perlu fokus pada itu,” kata Mgr Gam.

Mgr Gam lahir pada 23 Juni 1953, di Sadung, Paroki Panghkak. Anak tertua dari sembilan bersaudara dalam keluarga Katolik, ia belajar di Seminari Tinggi St. Joseph Yangon dan ditahbiskan menjadi imam pada 29 Maret 1981.

Tahun 1991, ia ditugaskan  di  tempat kelahirannya  Panghkak sebagai pastor paroki. Tahun 2004, ia ditunjuk sebagai direktur cabang Myitkyina Karuna dan pada 18 November 2006, ia ditahbiskan menjadi Uskup Banmaw setelah pembentukan keuskupan itu pada 28 Agustus tahun itu.

Keuskupan itu kini memiliki 23 imam, 64 biarawan-biarawati, dan 187 katekis yang melayani hampir 30.000 umat Katolik dengan jumlah penduduknya 300.000 orang, menurut direktori Gereja Katolik Myanmar.

Pada 1-8 Juli, Mgr Gam pergi ke Sri Lanka untuk belajar bagaimana proses perdamaian itu berjalan dan pemukiman kembali berkembang setelah perang saudara yang panjang di negara itu dari tahun 1983 hingga 2009.

“Kami memperoleh pengalaman berharga dari perjalanan, terutama untuk negara kami dan bagaimana kami perlu mengambil langkah dalam menempatkan pemukiman kembali pengungsi,” kata Mgr Gam.

Selain penbangunan, uskup berfokus pada pentingnya evangelisasi di keuskupannya, yang berbatasan dengan Cina.

Paus Fransiskus menekankan evangelisasi dan bagaimana orang harus menunjukkan kasih dan belas kasihan kepada para warga  yang masih terpengaruh oleh perang selama kunjungan  ad limina kepada Paus di  Roma pada Mei.

Mgr Gam mengatakan dia menekankan penginjilan di antara mayoritas umat Buddha setelah mendapatkan pengalaman dalam evangelisasi ketika ia melayani di Panghkak, dekat perbatasan Cina, dari tahun 1991 hingga 2004.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi