UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Rumah Sakit Katolik Bantu Korban Gempa di Lombok

Agustus 8, 2018

Rumah Sakit Katolik Bantu Korban Gempa di Lombok

Anggota Tim SAR mencari korban di reruntuhan sebuah mesjid di Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, pada 6 Agustus atau sehari setelah gempa bermagnitudo 7 mengguncang Pulau Lombok. Hingga Selasa (7/8), sedikitnya 105 orang tewas dan 236 orang mengalami cedera. (Foto: Adek Berry/AFP)

Sejumlah rumah sakit Katolik telah mengirimkan tim medis untuk melayani ratusan orang yang mengalami cedera akibat gempa bermagnitudo 7 yang mengguncang Lombok di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu (5/8) lalu.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban tewas hingga Selasa (7/8) mencapai 105 orang, sementara 236 orang lainnya menderita luka-luka. Ribuan bangunan mengalami kerusakan dan ribuan orang terpaksa mengungsi.

“Tenaga medis sangat dibutuhkan untuk menangani para korban,” kata Suster Paulina SSpS, kepala Bagian Humas RS St. Antonius di Ampenan, Mataram, ibukota Propinsi NTB, kepada ucanews.com.

Ia mengatakan rumah sakit merawat sekitar 12 pasien yang menderita luka-luka akibat gempa.

“Kami tempatkan di tempat parkir karena situasi tidak memungkinkan, gempa susulan masih terjadi. Baru setengah jam yang lalu kami masukkan ke ruang perawatan,” lanjutnya.

Lebih dari 176 gempa susulan terjadi setelah gempa mematikan itu.

Suster Paulina mengatakan rumah sakit telah mengirim satu tim perawat ke RSUD Propinsi karena rumah sakit yang dikelola pemerintah tersebut lebih membutuhkan bantuan untuk menangani operasi.

“Banyak relawan yang sudah menghubungi saya. Tapi saya tanya dulu kepada mereka, mau mengirim apa. Kalau bentuk medis oke, saya butuh tenaga dokter spesialis ortopedi dan bedah syaraf,” katanya.

Menurut biarawati itu, rumah sakit bekerjasama dengan RS St. Vincentius A Paulo di Surabaya, Propinsi Jawa Timur.

Dr. Agung Kurniawan Saputra, juru bicara RS St. Vincentius A Paulo di Surabaya, mengatakan rumah sakit mengirim tim medis beranggotakan tiga perawat pada Senin (6/8) atau sehari setelah gempa terjadi.

“Pagi tadi tambahan satu dokter dan satu perawat. Total ada empat perawat dan satu dokter. Untuk tim kedua ini, karena gempanya lebih besar dan sebagian besar infrastruktur rusak, sampai kemarin malam mereka stand by di RS St. Antonius untuk membantu menangani korban yang cukup membludak,” katanya.

Ia menambahkan tim medis biasanya melayani para korban selama satu minggu.

Sebelumnya, setelah gempa berkekuatan 6,4 skala Richter mengguncang wilayah yang sama pada 29 Juli, RS St. Vincentius A Paulo mengirimkan  satu tim medis beranggotakan dua dokter, tiga perawat dan satu tenaga farmasi ke lokasi kejadian. Mereka melayani para korban hingga Jumat (3/8).

“Mulai hari ini atau nanti siang, mereka akan menyusuri daerah-daerah di lapangan bekerjasama dengan aparat setempat, jika memungkinkan,” katanya, seraya menambahkan bahwa transportasi mengalami gangguan akibat gempa.

Dr. Felix Gunawan, direktur eksekutif Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdhaki), mengatakan lembaganya telah menyiapkan obat-obatan.

“Kami sudah menyiapkan obat-obatan untuk membantu para korban gempa dan akan disalurkan melalui RS St. Antonius,” katanya, seraya menambahkan bahwa rumah sakit itu anggota Perdhaki.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan telah mengirim 87 tenaga medis ke sejumlah wilayah yang terkena dampak paling parah yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur.

Menurut Kementerian Kesehatan, sebagian besar korban menderita trauma kepala dan fraktur terbuka.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi