UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Relawan HAM Filipina Dibunuh

Agustus 10, 2018

Relawan HAM Filipina Dibunuh

Keluarga dan teman para korban pembunuhan terkait perang pemerintah Filipina melawan narkoba bersatu dalam unjuk rasa di Manila pada Juli lalu. (Foto: Jire Carreon)

Seorang relawan untuk kelompok hak asasi manusia (HAM) Rise Up for Life and for Rights di Propinsi Cebu, Filipina bagian tengah, ditembak dan tewas di tengah jalanan kota yang ramai pada Rabu (8/8).

Korban diidentifikasi sebagai Butch Rosales (42). Ia ditembak di kepala beberapa kali oleh seorang pria bersenjata yang menaiki sepeda motor yang dikendarai oleh seorang pria lainnya.

Kelompok HAM Karapatan mengutuk pembunuhan itu, seraya mengatakan “angka pembunuhan meningkat karena adanya impunitas di Cebu.”

Cristina Palabay dari Karapatan mengatakan pembunuhan Rosales “mengungkap perilaku kurang ajar dari para pelaku” yang mungkin dijamin oleh “adanya impunitas.”

“Rosales dibunuh dengan cara yang sama seperti para terduga pengguna narkoba dibunuh,” katanya.

Pembunuhan aktivis HAM seperti Rosales dan beberapa serangan baru-baru ini terhadap para tokoh politik sayap kiri dipandang oleh Karapatan sebagai bagian dari “upaya terkoordinasi” pemerintah untuk melawan orang-orang yang mengkritisi mereka.

“Kita dihadapkan pada situasi di mana represi pemerintah diam-diam diijinkan oleh peraturan yang juga represif,” kata Palabay.

Ia menuduh pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte menjadikan pelanggaran dan perampasan hak sipil dan hak politk warga negara sebagai sesuatu yang legal.

“Baik dalam perang melawan narkoba maupun dalam operasi melawan pemberontakan, pelanggaran HAM berat terus terjadi,” lanjutnya.

Sejak 1 Juli 2016, ketika Presiden Duterte mulai berkuasa, Kepolisian Nasional Filipina mengatakan lebih dari 4.500 orang dibunuh dalam perang melawan narkoba yang dilakukan oleh pemerintah secara intensif.

Namun kelompok-kelompok HAM mengatakan lebih dari 23.000 orang tewas dalam pembunuhan terkait perang melawan narkoba yang dilakukan pemerintah sejak 2016.

Pada 9 Agustus saja, tiga tersangka pengguna narkoba dibunuh dan 15 orang lainnya ditahan di Propinsi Bulacan, sebelah utara Manila.

Sementara itu, pemerintah Filipina mengungkapkan optimisme bahwa negara itu akan memiliki hubungan yang lebih baik dengan lembaga HAM PBB di bawah pemimpin baru yakni mantan presiden Chile, Michelle Bachelet.

Bachelet akan menggantikan Zeid Ra’ad al-Hussein, seorang warga negara Yordania yang cukup vokal yang akan mengakhiri masa jabatannya pada akhir bulan ini setelah menjabat selama empat tahun.

Zeid membuat Presiden Duterte marah setelah ia menyarankan presiden Filipina agar menemui psikiater. Ia menyampaikan pernyataannya ketika ia mengkritisi sejumlah aksi yang diambil oleh pemerintah Filipina untuk menentang pelapor khusus PBB Agnes Callamard dan Victoria Tauli Corpuz.

Pemerintah Filipina menyebut Zeid sebagai salah satu alasan mengapa Filipina menarik ratifikasinya atas Statuta Roma yang membentuk Mahkamah Pidana Internasional.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi