UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kardinal Puji PM Kehendaki India yang Lebih Adil

Agustus 20, 2018

Kardinal Puji PM Kehendaki  India yang Lebih Adil

Partai Bharatiya Janata memberikan penghormatan kepada mantan pemimpin partai itu dan Perdana Menteri Atal Bihari Vajpayee, yang meninggal pada 16 Agustus. (Foto: IANS)

Atal Bihari Vajpayee, orang pertama yang memimpin pemerintahan India yang berasal dari Partai Bharatiya Janata yang pro-Hindu (BJP), meninggal pada 16 Agustus karena  usia di rumah sakit New Delhi. Dia berusia  93 tahun.

Ketua pendiri BJP, yang dikenal sebagai moderat, memiliki pendirian yang unik dalam memimpin negara demokrasi terbesar di dunia hanya selama 16 hari  tahun 1996.

“Bangsa akan mengingatnya sebagai pemimpin yang merindukan sebuah negara di mana semua orang hidup dalam damai dan harmonis,” kata Kardinal Oswald Gracias, ketua presidium Konferensi Waligereja  India.

India telah kehilangan “salah satu pemimpin tertinggi” yang memesona orang India selama beberapa dekade “dengan campuran puisi dan prosa yang luar biasa” yang disampaikan “dengan humor, kecerdasan dan suara yang dimodulasi dengan baik,” katanya.

Kardinal Gracias mengingat beberapa pertemuannya dengan Vajpayee dan mengatakan “setiap pertemuan menyenangkan karena kehangatannya, kecerdasannya dan kecintaannya pada negara.”

“Dia menginginkan India di mana tidak ada seorang pun yang diabaikan, tidak ada yang menderita dan semua orang menikmati manfaat dari kemajuan,” kata kardinal.

Bersama Vajpayee di pucuk pimpinan, BJP memperoleh keunggulan politik dan dia kembali berkuasa tahun 1998 selama lebih dari satu tahun dan kemudian  tahun 1999 untuk jangka waktu lima tahun penuh.

Fondasi partai yang diletakkan oleh Vajpayee membantu partai itu memenangkan kemenangan telak dalam pemilu 2014 di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.

Modi dan pemerintahnya dituduh oleh para pemimpin Kristen dan Muslim, secara diam-diam mengizinkan kelompok Hindu melakukan  pelecehan dan kekerasan secara terus-menerus terhadap minoritas dalam aktivitas mereka untuk menciptakan negara  Hindu.

Kardinal Gracias juga ingat “dengan sukacita dan nostalgia” pertemuan dengan Vajpayee dan Paus Santo Yohanes Paulus II selama kunjungan kepausan  tahun 1999 ke India.

Gereja Katolik di India juga akan mengingat kekaguman Vajpayee kapada  Santa Teresa dari Kolkata, kata kardinal. Dia mengutip Vajpayee yang mengatakan bahwa “di zaman sinisme dia adalah simbol kepercayaan pada iman.”

Pemimpin, yang dikenal karena keterampilannya dalam bahasa Hindi itu, akan dikenang karena “kehangatannya tanpa memandang perbedaan agama, politik atau daerah,” kata kardinal itu.

Vajpayee lahir pada Hari Natal tahun 1924. Putra seorang guru yang menyukai sastra Hindi, ia juga sebagai seorang penyair-politisi. Pengamat mengatakan dia sering berhasil menggunakan kecintaannya pada ayat-ayat dalam bahasa Hindi.

Pada pemerintahan Vajpayee juga terjadi kekerasan anti-Kristen termasuk pembunuhan misionaris Australia Graham Stuart Staines, yang dibakar sampai mati bersama putra-putranya, Philip, 10, dan Timotius, 6, oleh sekelompok radikal Hindu pada 23 Januari 1999, ketika mereka tidur di sebuah stasion, desa Manoharpur, negara bagian Odisha.

Tahun 2002, selama puncak kerusuhan anti-Muslim di Gujarat, Vajpayee telah menjatuhkan petunjuk untuk pemecatan  Modi, yang saat itu menjabat sebagai menteri utama negara bagian barat, tetapi Modi melanjutkan di tengah klaim bahwa Vajpayee telah menyerah pada tekanan dari ekstremis.

“Sekarang dia telah meninggal, kita seharusnya tidak berbicara buruk tentang dia, tetapi memang benar bahwa sebagai perdana menteri Vajpayee gagal melindungi misionaris Kristen seperti Staines atau melindungi umat Islam,” kata seorang pemimpin partai Kongres yang tidak mau namanya disebut.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi