UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Uskup Agung Tokyo Bingung Dengan Rencana Pembangunan Seminari Baru untuk Asia

Agustus 23, 2018

Uskup Agung Tokyo Bingung Dengan Rencana Pembangunan Seminari Baru untuk Asia

Uskup Agung Tarcisius Isao Kikuchi (kiri), ketua Caritas Jepang, menjelaskan kejadian nuklir Fukushima kepada Kardinal Fernando Filoni di Gereja Haramachi pada 22 September 2017. (Foto: ucanews.com)

Uskup Agung Tokyo, Mgr Tarcisius Isao Kikuchi, mengaku kebingungan setelah diberitahu bahwa seminari Katolik yang baru untuk Asia akan didirikan di ibukota Jepang.

Dia mengeluarkan pernyataan pada 15 Agustus yang mengatakan dia tidak tahu persis di mana seminari akan berada atau kapan akan beroperasi. “Saya sangat bingung dengan keputusan kongregasi,” kata pernyataan itu.

Uskup Agung Kikuchi mengatakan ia menerima surat dari Kardinal Fernando Filoni, prefek Kongregasi  Evangelisasi, yang secara sepihak mengumumkan bahwa seminari itu akan didirikan di suatu tempat di Keuskupan Agung Tokyo.

Konstitusi tentang seminari, yang dilampirkan pada surat kardinal, menyatakan bahwa tujuan dari seminari itu adalah  “mempersiapkan umat awam  tentang  Katekese Baru (Neocatechumenal Way) untuk imamat dan evangelisasi Asia.”

“Oleh karena itu, menanggapi ajakan yang diserukan oleh Paus untuk evangelisasi di Asia, setelah berkonsultasi dengan para uskup, imam, bruder dan suster, dan awam, yang sangat peduli pada evangelisasi benua Asia, dengan persetujuan dari Paus Fransiskus, saya mendirikan Seminari Mater Redemptoris untuk Asia, berkedudukan  di Tokyo, dan secara langsung bergantung pada konggregasi,” lanjut surat Kardinal Filoni.

Uskup Agung Kikuchi menyatakan terkejut bahwa para rohaniwan senior di Jepang termasuk dirinya belum diajak untuk diskusi tentang masalah ini.

Untuk sedikitnya, baik saya, uskup agung setempat, maupun Uskup Agung Okada, pendahulu saya, telah berunding,” katanya.

Sebuah seminari dengan nama Mater Redemptoris yang sama didirikan tahun 1990 di Keuskupan Takamatsu sebagai sebuah lembaga keuskupan tetapi ditutup  tahun 2009 setelah konflik dengan umat awam setempat karena  sistem keuangan  dibebankan kepada mereka.

Konflik itu menggelembung menjadi perselisihan antara kelompok-kelompok tertentu dan Uskup Satoshi Fukahori, perselisihan itu berujung pada gugatan pencemaran nama baik, dan uskup kalah.

Dalam pernyataannya, Uskup Agung Kikuchi mengenang “hari-hari kelam” itu.

“Saya tidak ingin menolak atau melarang sebuah gerakan yang disetujui oleh Takhta Suci. Selain itu, saya tidak akan pernah membatasi atau melarang gerakan-gerakan yang disetujui Vatikan ini,” katanya.

Namun, “sulit bagi saya untuk memahami pembentukan kembali seminari semata-mata untuk Neocatechumenal Way di Jepang tanpa refleksi dan belajar tentang sejarah ini,” tambahnya.

Pada  Maret, Jepang mengumumkan akan melakukan merger seminari nasional menjadi  dua kampus seminari Katolik Jepang di Tokyo dan di Fukuoka.

Uskup Agung Kikuchi diangkat oleh Paus Fransiskus pada 25 Oktober 2017. Mantan misionaris ke Afrika itu juga pernah menjabat sebagai presiden Caritas Jepang dan Caritas Asia.

Prelatus untuk keuskupan  itu bertanggung jawab atas 90.000 orang  Katolik di kota itu dengan lebih dari sembilan juta penduduk. Ada sekitar 500.000 umat Katolik di antara 127 juta orang Jepang.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi