UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat ​​Katolik Vietnam Tetap Setia dalam Iman Meski Banyak Menderita

Agustus 24, 2018

Umat ​​Katolik  Vietnam Tetap Setia dalam Iman Meski Banyak Menderita

Umat Katolik Hmong membawakan lagu-lagu pujian selama sesi doa di kapel Ngon Lanh, Van Chan, Vietnam, 31 Maret. (Foto: Peter Tran)

Joseph Mua Vang Sang dan tujuh anggota keluarganya berkumpul di depan altar yang didirikan di dalam rumah mereka di Vietnam utara untuk berdoa dan Rosario dalam bahasa asli mereka Hmong, setiap hari setelah makan malam.

Orangtua dan ibu mertuanya juga ikut bergabung dalam doa  malam mereka, yang merupakan tradisi yang telah lama ada dalam rumah tangga ini dan rumah tangga Hmong lainnya di distrik Van Chan,  provinsi Yan Bai.

“Kami sudah membabtis semua anak-anak kami di gereja,” kata Sang. “Kemudian kami mengajari mereka cara membuat tanda salib, menghafalkan doa Bapa Kami sebelum makan dan mengucapkan doa harian sebelum tidur.”

Anak bungsunya berusia satu tahun, sementara yang tertua adalah 17 tahun. Empat putri tertua telah menerima Komuni pertama dan Krisma.

Mereka juga merupakan bagian dari paduan suara yang dipimpin oleh istri Sang di rumah mereka di dekat kapel Ngon Lanh, yang melayani 200 umat Katolik dari etnis Hmong di daerah terpencil ini.

“Kami berupaya  mengajar anak-anak kami  berlandaskan iman kristiani yang kami pelajari dari orang tua kami, yang mengalami kesulitan selama puluhan tahun dan mengalami banyak pembatasan karena agama mereka,” kata Sang, 37 tahun, yang melayani sebagai anggota dewan sub-distrik .

Orangtuanya termasuk di antara 20 umat Katolik Hmong yang menetap di daerah ini tahun 1993 dan masuk Katolik. Mereka buta huruf tetapi berhasil belajar doa-doa Gereja dan doa Rosario, kata Sang.

“Ketika saya berusia tiga tahun, mereka mengajari saya bagaimana membuat tanda salib sebelum makan dan sebelum tidur. Saya mulai berdoa Rosario ketika saya berusia lima tahun,” tambahnya.

Dia mengenang doa Rosario dan yanyian rohani yang ia lakukan bersama tiga saudara kandungnya di depan altar pada malam-malam gelap tanpa listrik. Anak-anak didorong untuk bersyukur kepada Tuhan – “uo trau” dalam bahasa Hmong –  membawa mereka ke dunia dan memberi mereka kesehatan, cuaca dan panen yang baik.

Istri Sang, Mary Ho Thi La, mengatakan leluhur mereka berpindah ke iman Katolik karena pengaruh para misionaris asing. Setelah itu iman kristiani diturunkan dari generasi ke generasi.

“Jadi sekarang kami memiliki tugas untuk mengajarkannya kepada anak-anak kami,” katanya.

La, yang mengenakan pakaian tradisional etnis dan fasih berbahasa Hmong dan Vietnam, mengatakan di masa lalu keluarganya harus berjalan 15 kilometer ke gereja Vinh Quang setiap kali imam mengunjungi daerah itu untuk merayakan Misa.

“Saya ingat suatu kali saya berjalan ke sana membawa bayi saya yang berumur tiga bulan. Sangat melelahkan tetapi saya senang karena dapat menghadiri Misa,” katanya.

La memimpin paduan suara dan mengajar pelajaran katekese. Dia mengatakan sebagian besar penduduk setempat memelihara ternak dan menanam tanaman di perbukitan untuk mencari nafkah. Banyak yang menderita kekurangan makanan yang parah pada sekitar seperempat tahun, tambahnya.

Joseph Mua Vang Sang, istri and anaknya  berdiri di depan rumah mereka di provinsi Yen Bai. (Foto: Peter Tran)

 

Hmong telah menyebarkan iman Katolik mereka dan menjaganya tetap hidup di wilayah ini selama beberapa dekade dengan sedikit bantuan dari para imam, kata La, ia menambahkan bahwa doa diwariskan secara lisan kepada generasi yang lebih muda. 

Yang berpendidikan lebih baik di antara mereka mengajarkan doa dalam bahasa Hmong untuk membantu melestarikan budaya mereka dan terutama bahasa tertulis mereka, yang diciptakan oleh misionaris asing. Bahasa Hmong tidak diajarkan di sekolah umum di Vietnam.

Banyak yang memakai rosario di leher mereka untuk menunjukkan pengabdian mereka kepada Bunda Maria.

Sejak 2011, umat Katolik di daerah itu mulai pergi ke rumah La pada hari Minggu untuk berdoa bersama. Mereka juga akan menghadiri Misa tidak teratur yang dirayakan dengan mengunjungi para imam secara bersama-sama, katanya.

Namun, pemerintah tidak mengakui mereka sebagai anggota yang sah dari kuasi paroki Ngon Lanh  hingga 2014. Sekarang mereka dikunjungi oleh para imam datang dari bagian lain negara itu untuk mengadakan Misa sebulan sekali atau dua kali sebulan di gereja kayu mereka, yang dibangun awal tahun ini dengan luas 3.000 meter persegi.

La mengatakan keluarganya menyumbangkan tanah dan sebagian dari rumah mereka sehingga gereja dapat didirikan. Sekarang mereka tinggal di dapur.

Dia mengatakan penduduk setempat berkumpul di sana untuk berdoa pada akhir pekan tetapi berdoa di rumah pada hari kerja. Di musim panas, biarawati dan seminaris juga mengajar kelas katekismus untuk anak-anak dan membantu pasangan mempersiapkan pernikahan mereka.

Sang mengatakan bahwa orang-orang Hmong yang masuk agama Katolik segera meninggalkan kehidupan lama mereka seperti tidak menggunakan jasa para dukun untuk mengobati pasien yang sakit atau tidak melakukan pemakaman mewah.

Mereka adalah komunitas yang sangat rukun yang saling  menghormati dan membantu satu sama lain, dan saling mengucapkan selamat kepada tetangga mereka untuk rumah barunya, pernikahan atau kelahiran, katanya. 

Sang, seorang anggota kelompok evangelisasi dari kuasi paroki, mengatakan bahwa mereka juga menjalankan program untuk mengevagelisasi orang-orang dari berbagai distrik. Hasilnya, 31 Hmong dari distrik Mu Cang Chay dibaptis pada hari raya Paskah.

Suster Dominikan Mary Cu Thi Huynh Hoa, seorang Hmong dari Paroki Giang La Pan, mengatakan dia berterima kasih kepada orang tuanya karena mengajarkan berdoa dan membawanya ke panggilan religius. Ibunya berusia 83 tetapi masih mengunjungi penduduk desa dan berbagi iman Katolik dengan mereka.

Suster Hoa, 41, mengatakan umat Katolik Hmong setempat biasa mendengarkan program radio Kristen dari luar negeri dan diam-diam mempraktekkan iman mereka di rumah tanpa bantuan para imam karena mereka bermigrasi di sana pada tahun 1960-an sampai seorang imam ditugaskan ke daerah itu ptahun 2003.

Pastor Peter Phan Kim Huan, pastor paroki Lai Chau, mengatakan 2.300 umat Katolik termasuk 800 etnis Hmong tinggal di 15 komunitas di provinsi Lai Chau yang berdekatan.

Ia dilarang oleh pihak berwenang untuk memberikan layanan pastoral bagi 10 komunitas tersebut karena pemerintah tidak mengakui komunitas mereka.

Pada  Juli 2017, parokinya menawarkan pelajaran katekismus, keterampilan hidup dan akomodasi untuk 60 anak-anak Hmong di pastoran paroki. Pastor Huan mengatakan banyak yang kekurangan gizi.

Dua paroki lain dari Dien Bien dan provinsi Lao Cai juga menyelenggarakan program musim panas dan kursus bahasa Hmong untuk anak-anak setempat.

Pastor Huan mengatakan imam setempat berdialog dengan pemerintah untuk mendapat persetujuan resmi untuk menawarkan kegiatan keagamaan kepada komunitas yang tidak diakui secara resmi oleh pemerintah.

Keuskupan Hung Hoa mencakup delapan provinsi di Vietnam termasuk bagian dari Hanoi, di mana banyak kelompok etnis tinggal. Keuskupan Ini melayani 250.000 umat Katolik termasuk 20.000 etnis Hmong, Dao, Tay, Thailand dan Muong. Mereka kebanyakan tinggal di stasiun misi dan kuasi paroki yang tidak memiliki imam yang menetap.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi