UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Tolak Bantuan UAE untuk Negara Bagian Kerala, India Dikritik 

Agustus 28, 2018

Tolak Bantuan UAE untuk Negara Bagian Kerala, India Dikritik 

Beberapa pria India mengangkut makanan dan air untuk mereka yang terisolasi karena banjir di Pandanad, Negara Bagian Kerala, pada 21 Agustus. Pemerintah India tengah dikritik karena menolak bantuan dari United Arab Emirates. (Foto: Manjunath Kiran/AFP)

Pemerintah pro-Hindu di India tengah menghadapi kritikan karena menolak dana bantuan senilai 100 juta dolar AS dari United Arab Emirates (UAE) untuk Negara Bagian Kerala yang dilanda banjir.

Banjir dan tanah longsor yang terjadi pada 14-18 Agustus di negara bagian di India bagian selatan itu menewaskan sekitar 400 orang dan memaksa 1,3 juta orang lainnya untuk mengungsi ke tenda-tenda darurat. Di sini mereka menjalani hidup dengan mengandalkan sumbangan makanan dan pakaian.

Bantuan mulai mengalir dari luar India ketika banjir terparah di negara bagian itu menjadi topik utama berbagai media internasional.

Namun pemerintah federal yang dipimpin oleh Bharatiya Janata Party (BJP) telah menolak tawaran bantuan dana dari UAE. Diduga penolakan ini untuk menjaga harga diri bangsa itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Raveesh Kumar, mengatakan kepada media bahwa “pemerintah berkomitmen untuk mematuhi persyaratan bantuan dan rehabilitasi melalui berbagai upaya dalam negeri.”

Sejumlah orang mengkritik keputusan pemerintah tersebut. Mereka menilai keputusan ini aneh karena pemerintah negara bagian itu telah memperkirakan bahwa negara bagian itu membutuhkan dana senilai 200 miliar rupee (sekitar 2,8 miliar dolar AS) untuk rekonstruksi.

“Satu alasan penolakan bantuan internasional bisa jadi karena hal ini problematis – orang asing menyelamatkan orang India – dan juga menodai harga diri bangsa,” kata Aakar Patel, direktur eksekutif Amnesty International India.

Menteri Keuangan Negara Bagian Kerala, Thomas Isaac, telah meminta 20 juta rupee untuk bantuan darurat. Namun pemerintah federal hanya bisa memberi enam juta rupee.

“Melihat situasi seperti itu, saya tidak tahu mengapa mereka menolak bantuan dari luar untuk negara bagian yang hancur karena banjir itu,” kata Patel.

Seorang tokoh awam Katolik, A.C. Michael, mengatakan kepada ucanews.com bahwa tidak ada alasan untuk menolak bantuan finansial dari sebuah negara di mana sedikitnya satu juta orang dari Negara Bagian Kerala bekerja di sana. “Ini bentuk persahabatan dari sebuah negara yang ramah. Saya tidak melihat ada yang salah untuk menerima uang dalam keadaan darurat seperti ini,” katanya.

Sekitar 2,8 juta orang India membentuk 27 persen dari penduduk UAE yang berjumlah 9,2 juta orang.

Khalid Rahmani, seorang ulama di Negara Bagian Jammu dan Kashmir, mengatakan dalam sebuah bencana alam, orang hendaknya mengabaikan perbedaan kasta dan kepercayaan agar bisa saling membantu. “Menolak bantuan untuk mereka yang menderita patut dikecam. Kemanusiaan hendaknya diutamakan … ini sangat wajar,” katanya.

Namun BJP menegaskan bahwa tawaran bantuan UAE itu hoaks karena tidak ada konfirmasi dari pejabat.

Pada Minggu (26/8), seorang anggota parlemen dari Partai Komunis, Binoy Viswam dari Negara Bagian Kerala, meminta Mahkamah Agung di India agar memerintahkan pemerintah untuk mengijinkan bantuan asing.

“Ini bukan saatnya untuk bermain politik terkait bantuan kemanusiaan,” katanya kepada jurnalis. Menurutnya, isunya bukan tentang tawaran UAE.

“Ini tentang bantuan – apakah dijanjikan oleh Pakistan, Banglades atau negara lain – untuk warga yang terdampak di Negara Bagian Kerala tanpa ada maksud apa pun,” lanjutnya.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi