UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gereja Rusak Akibat Gempa Palu, Umat Katolik Misa Minggu di Gazebo  

Oktober 9, 2018

Gereja Rusak Akibat Gempa Palu, Umat Katolik Misa Minggu di Gazebo  

Reruntuhan gedung Gereja Kristen Indonesia di Desa Wouw, Kabupaten Sigi. (Foto: Gomos Gabriel)

Ratusan umat Katolik di Palu, ibukota Propinsi Sulawesi Tengah, menghadiri Misa Minggu di gazebo yang terletak di halaman gedung gereja paroki terbesar di sana setelah gedung gereja itu mengalami kerusakan akibat gempa bermagnitudo 7,4 yang memicu gelombang tsunami setinggi hingga tiga meter.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa yang mengguncang Kota Palu serta Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong pada 28 September lalu itu sejauh ini menewaskan 1.948 orang dan merusak hampir 70.000 bangunan.

Selain itu, sekitar 2.600 orang mengalami luka parah dan lebih dari 62.300 orang mengungsi. Sebanyak 5.000 orang diperkirakan hilang.

“Gempa memang mengguncang (banyak bangunan) termasuk gedung gereja. Tetapi lebih dari itu, (gempa) mengguncang Gereja dalam arti umat Allah. Sehingga keduanya saling mendukung dan menjadi satu yaitu trauma,” kata Pastor Johanis Salaki MSC, pastor Paroki St. Maria Bunda Hati Kudus di Palu, kepada ucanews.com via telepon pada Senin (8/10).

“Jadi mereka menyaksikan gedung gereja mereka diguncang dan ada kerusakan. Jiwa mereka juga terbawa oleh peristiwa ini. Sehingga mereka – dengan menyaksikan sebagian besar bangunan yang rusak – berusaha menghindar dan tidak mau masuk ke dalam bangunan yang rusak,” lanjutnya.

Menurut imam itu, gempa susulan masih terus terjadi. Dan setiap ada getaran, umat Katolik berlari menuju halaman terbuka.

BNPB mencatat 546 gempa susulan sejak gempa mematikan mengguncang wilayah itu. Bahkan pada Selasa (9/10), wilayah itu kembali diguncang oleh gempa bermagnitudo 5,2.

“Trauma ini menjadi  sangat kompleks. Bukan hanya ketakutan, tetapi dengan memandang bangunan yang rusak mereka ingin menjauh dari pandangan itu. Sehingga jangan heran, sebagian besar umat saya di sini memilih untuk keluar dari zona penglihatan bangunan yang rusak itu,” kata Pastor Salaki.

Oleh karena itu, setelah berkonsultasi dengan Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC, Pastor Salaki memutuskan untuk mengadakan Misa Minggu di gazebo yang terletak di halaman gereja paroki.

“Demi keamanan bersama, maka Misa Minggu dialihkan dari dalam gedung gereja menjadi di luar gedung gereja sehingga umat menjadi lebih tenang dalam beribadah,” lanjutnya, seraya mengatakan bahwa Misa Minggu di gazebo sudah diadakan sejak dua minggu lalu.

Selain Misa Minggu, Misa harian juga diadakan di gazebo pada pagi hari. “Pada sore hari jam 18.00 WITA ada doa Rosario untuk pengungsi. Doa ini diadakan selama bulan ini. Sembari mereka diobati secara jasmani, kebutuhan rohani juga dipenuhi. Jadi ada keseimbangan,” katanya.

Pastor Salaki menambahkan bahwa setiap Misa Minggu di gazebo dihadiri oleh sekitar 150 umat Katolik. “Gazebo ini beratapkan multi-roof, berkerangka besi baja, berpilar besi kuat. Lantainya tetap keramik. Gazebo ini tidak terdampak oleh gempa.”

Sementara itu, katanya, gedung gereja paroki mengalami kerusakan. Ada sekitar empat tiang yang miring dan ada keretakan di beberapa bagian tertentu. Selain itu, ornamen marmer yang terletak di bagian atap di atas panti imam juga roboh.


Suasana di dalam gedung gereja Paroki St. Maria Bunda Hati Kudus di Palu pasca-gempa. (Foto: Romo Johanis Salaki MSC)

 

“Saya bisa mengatakan dan ini sesuai data, gereja St. Maria Bunda Hati Kudus Yesus di Palu adalah gereja terbesar di Keuskupan Manado. Gereja ini memiliki tiang-tiang yang besar,” katanya.

Keuskupan Manado memiliki 62 paroki di delapan kevikepan. Di Kota Palu saja terdapat dua paroki: Paroki St. Maria Bunda Hati Kudus dan Paroki St. Paulus.

Pastor Salaki mengatakan ia akan meminta bantuan pemerintah setempat untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi gedung gereja sebelum melakukan renovasi.

Hal serupa dialami oleh umat Protestan di Kota Palu.

Menurut Pendeta Samuel Seri dari Gereja Pentakosta Indonesia di Kota Palu, kebaktian Minggu diadakan di bawah tenda yang didirikan di halam gereja yang mengalami kerusakan akibat gempa.

“Plafon gereja ambruk dan dinding retak-retak,” katanya kepada ucanews.com via telepon.

Trauma pun  masih menghantui jemaat gereja tersebut. “Hanya 30-an jemaat yang hadir. Sebagian besar telah mengungsi ke daerah lain seperti Manado dan Makassar,” lanjutnya.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi