UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Milisi Dukungan China Mengusir Banyak Pastor di Myanmar

Oktober 17, 2018

Milisi Dukungan China Mengusir Banyak Pastor di Myanmar

Anggota UWSA sedang melakukan patroli di wilayah Poung Par Khem pada 26 Juni, 2017. Kelompok milisi itu memiliki anggota sekitar 30.000 dan dikenal sebagai gembong narkoba bersenjata terbesar di Asia dan mengklaim otonomi di perbatasan dengan China serta memiliki jaringan dengan Beijing. (Ye Aung Thu/AFP)

Kelompok kedua rohaniwan Katolik dan awam telah diusir dari negara bagian Shan di utara Myanmar oleh pasukan etnis minoritas yang didukung China.

Dua imam Salesian, tiga biarawati dari Lembaga Misionaris St. Paul dan tiga orang guru awam diperintahkan oleh  United Wa State Army (UWSA) untuk meninggalkan Bukit Wa, yang berbatasan dengan China.

Pastor Raymond Than, salah satu anggota klerus yang diusir yang tiba di kota Lashio negara itu pada 15 Oktober, mengatakan bahwa pejabat Wa tiga hari sebelumnya mengeluarkan perintah pengusiran untuk pastor yang tiba di wilayah itu tahun 1992.

Mereka hanya diperbolehkan mengambil apa yang bisa mereka bawa dan dikabarkan bahwa sekolah asrama setempat dan kapel Bunda Maria Ratu Rosario ditutup, kata Pastor Raymond Than kepada ucanews.com.

Orang Kristen setempat dilarang beribadah, bahkan di rumah mereka sendiri.

Para rohaniwan dan umat awam telah memberikan layanan pendidikan dan perawatan kesehatan bagi penduduk setempat dan tidak melakukan kesalahan apa pun, kata Pastor Than, yang telah melayani di paroki Wingko sejak 2016.

“Kami bukan pembuat masalah,” tambahnya.

Beberapa pejabat Wa dan sekutu China  percaya bahwa sekelompok warga Kristen memiliki anggota yang sejalan dengan organisasi intelijen Amerika.

Para pejabat Wa mengisyaratkan bahwa tidak ada kemungkinan orang Kristen yang telah diusir diizinkan untuk kembali melanjutkan kegiatan misi mereka.

Di Paroki Wingko, Salesian telah menjalankan sekolah asrama sejak tahun 1996 dan 56 siswa, dari tingkat  1 hingga matrikulasi, terdaftar di sana.

Sebagian besar adalah umat Katolik etnis Lahu, tetapi ada juga beberapa anggota non-Kristen dari kelompok etnis Wa.

Pastor Than mengatakan pengaturan telah dibuat bagi para siswa untuk mengikuti sekolah yang dikelola pemerintah dengan persetujuan kepala sekolah.

“Kami akan terus menyediakan makanan dan biaya sekolah para siswa,” kata imam itu.

Sekitar 14 siswa Lahu dari sekolah berasrama Wingko telah lulus dan satu ditahbiskan sebagai diakon pada awal Oktober ini.

Pejabat Wa yang mengundang gereja ke daerah ini dan para Salesian yang menjawab panggilan itu pada tahun 1992.

Sebelum 1960, Institut Kepausan untuk Misi Asing mulai beroperasi di bukit  Wa dan beberapa warga Lahu menjadi Katolik, demikian menurut catatan gereja.

Pada akhir September tahun ini, seorang imam, lima biarawati dan enam guru awam diusir sebagai bagian dari kampanye sejak 13 September di mana UWSA – yang tumbuh dari Partai Komunis dari apa yang dulunya dikenal sebagai Burma – menghancurkan gereja-gereja, Pastor ditahan. dan sekolah agama ditutup.

Pimpinan UWSA menganggap hanya gereja-gereja yang dibangun antara 1989 dan 1992 saja yang legal, serta melarang pembangunan gereja-gereja baru, dan melarang para pastor dari  luar bersama dengan ajaran agama di sekolah-sekolah setempat.

Wilayah Wa adalah rumah bagi kelompok etnis termasuk Wa, Kachin, Ta’ang, Lahu, Lisu, Kokang dan Shan yang menganut  agama Kristen, Budha, animisme, penyembah roh dan Islam. Umat ​​Kristen terdiri dari sekitar 30 persen dari sekitar 450.000 penduduk Wa.

30.000-pendukung kuat UWSA dituduh terlibat dalam perdagangan narkoba skala besar.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi