Srawung Orang Muda Lintas Agama 2018 resmi ditutup pada Minggu, 28 Oktober 2018. Sendratari berjudul “Klawung “ yang dimainkan oleh FKT Kulon Progo memuncaki acara penutupan dengan pembacaan Langkah Pemuda sebagai pamungkasnya.
Dalam pidatonya Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko mengungkapkan kegembiraannya, karena orang muda dari berbagai latar belakang agama atau kepercayaan dan daerah dapat berkumpul dalam kegembiraan, merayakan kebhinekaan dan meneguhkan persatuan Indonesia.
Mgr. Ruby berharap agar apa yang dialami oleh para peserta dapat diteruskan di tengah kehidupan bersama masyarakat di wilayah masing masing, agar persatuan menjadi nyata dan muncul beragam komunitas yang mampu menjalin persaudaraan, menciptakan harmoni selaku satu bangsa,” kata Mgr. Ruby.
” Jejaring penting dirawati untuk menyebarkan kabar baik di antara kita. Sekat-sekat akan teretas jika orang muda mampu bersinergi bersikap dan melakukan hal-hal konkret untuk kehidupan bersama,” katanya.
“Orang muda memiliki peran yang sangat luar biasa, orang muda adalah kunci utama karena daya kritis dan keberaniannya untuk melangkah. Orang muda harus diberi kesempatan untuk mewujudkan cita-cita mulianya,” kata Mgr Ruby.
Hal senada disampaikan Romo Budi Purwantoro, Pr. selaku ketua Organising Comitte. Ia menegaskan betapa kesatuan pemuda Indonesia akan dapat mengguncangkan dunia.
Seusai acara penutupan diadakan konferensi pers sama di mana sejumlah peserta mengungkapkan perasaannya.
Misalnya Gita dari SMA Van Lith Muntilan mengatakan sangat bersyukur dan senang karena dapat terlibat berjumpa dengan teman-teman muda dan bersaudara lintas agama.
Muhammad Rizal dari Gusdurian Magelang merasa bangga sebagai orang muda Indonesia karena dapat merasakan kesetaraan, tidak ada mayoritas dan minoritas. Demikian pun Evi dari Semarang bersyukur karena menemukan banyak pengalaman dan teman.
Sejumlah rencana tindak lanjut dilahirkan dalam acara srawung tersebut. Mella Kristina dari Wonogiri mengatakan bahwa para peserta dari Wonogiri berkomitmen untuk menjalin interaksi antar mahasiswa dari berbagai sekolah tinggi di Wonogiri agar dapat melangkah maju bersama.
Sementara peserta dari wilayah Kedu Magelang berkomitmen untuk menghidupkan budaya tradisional. Gita secara pribadi berkomitmen untuk mengajak teman temannya untuk lebih berpikrian terbuka.
Romo Joko Lelono mewakili komunitas Jogja menceritakan ada 10 kegiatan konkret yang akan segera dilakukan bersama untuk membawa berita baik kepada masyarakat.
Sementara itu Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr selaku Ketua Komisi Hubungan Antar-Agama Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengatakan akan terus mengawal komitmen para peserta dari berbagai komunitas dan daerah tersebut.