UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Polisi Peduli Pendidikan Raih Frans Seda Award 

Nopember 12, 2018

Polisi Peduli Pendidikan Raih Frans Seda Award 

Rektor Universitas Katolik Atma Jaya Agustinus Prasetiantoko menyerahkan Frans Seda Award kepada Brigadir Polisi Muhamad Saleh di Aula St. Yustinus, Universitas Katolik Atma Jaya, pada 26 Oktober 2018. (Foto: Panitia Frans Seda Award)

Setelah menerima Frans Seda Award dari Yayasan Atma Jaya di Jakarta atas andilnya dalam mendirikan gedung Sekolah Dasar (SD) bagi anak-anak dari orangtua mereka sebagai penambak ikan dan udang di  Sulawesi Tenggara, Brigadir Polisi Muhamad Saleh mengatakan suara hatinya mendorong  dia untuk membantu anak-anak agar mereka tidak putus sekolah.

Saleh, 34, yang bertugas di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara provinsi, mengatakan banyak anak dari desa Tunas Baru putus sekolah  mulai sejak   SD karena jarak sekolah mereka sangat jauh.

Anak-anak berusia 6-8 tahun dari desa itu harus berjalan kaki setiap hari sejauh lima kilometer untuk mencapai sekolah mereka.

Mereka berjalan melewati area-area  berbahaya seperti sawah, jalan berlumpur dan hutan, kata Saleh.

Dalam banyak kasus keluarga mereka memutuskan anak-anak mereka lebih aman tinggal di rumah karena tidak ada waktu bagi mereka untuk  mengantar anak-anak mereka ke sekolah.

Para orangtua mereka kebanyakan adalah penambak ikan dan udang, yang  waktunya bertepatan dengan anak-anak berangkat ke sekolah dan para orangtua lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka setiap hari.

“Banyak orang di desa  itu  tidak bisa membaca dan menulis karena mereka menyelesaikan Sekolah Dasar,” kata Saleh, bapak dari tiga anak kapad ucanews.com.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa sekitar 300.000 siswa SD putus sekolah setiap tahun. Kebanyakan mereka berasal dari desa-desa  terpencil.

Saleh memutuskan untuk membantu dengan menggunakan gajinya dan bantuan warga lokal untuk membangun sebuah sekolah dasar untuk mereka dekat dengan rumah mereka. Ia menamakan Sekolah Dasar Anak Soleh.

“Ini adalah panggilan saya untuk menyelamatkan generasi muda agar mereka memperoleh pendidikan yang baik,” katanya.

Dengan dukungan pemerintah lokal dan orangtua serta kelompok lain di Bombana, ia mendirikan sekolah itu di atas lahan  2.000 meter persegi.

Klas pertama dibuka tahun  2015 dengan 11 siswa dan saat ini kelas sekolah itu ditambah  menjadi tiga kelas dengan 41 siswa dari kelas I-III.  Mereka diajarkan oleh tiga guru termasuk istri Saleh.

Ia mengatakan ia dan istrinya mengambil perjalanan satu jam dengan sepeda motor setiap hari menuju sekolah itu untuk mengajar anak-anak itu.

“Saya juga membantu mengajar dan mengunakan gaji saya untuk membantu kebutuhan anak-anak,” katanya, seraya menambahkan ia sering mengajak masyarakat setempat terutama orangtua untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah.

“Sekarang saya senang karena kami tidak memiliki anak lagi yang putus sekolah di desa itu,” kata Saleh.

 

Tentang Penghargaan

Kepeduliannya terhadap pendidikan, Yayasan Atma Jaya memberikan Frans Seda Award, yang diadakan di Aula Yustinus, Universitas Katolik  Atma Jaya, Jakarta, pada 26 Oktober.

Saleh menerima uang 50 juta rupiah, yang mana ia mengatakan dana itu akan digunakan untuk membantu para siswanya seperti membeli buku-buku, tas sekolah, dan pakaian seragam serta fasilitas lainnya.

“Dengan menerima penghargaan ini mendorong saya untuk melanjutkan usaha saya untuk mendidik anak-anak di daerah  terpencil,” kata Saleh, seraya menambahkan penghargaan ini bisa memberikan inspirasi bagi orang lain untuk melakukan hal serupa.

Penghargaan itu diambil dari nama Franciscus Xaverius Seda, pendiri Universitas Atma Jaya  dan mantan Menteri Perkebunan dan Menteri Keuangan di era Soekarno serta  Menteri Perhubungan di era Suharto.

Ia lahir tahun 1926 di Maumere, Flores dan wafat tahun 2009 di Jakarta.

Penghargaan itu diberikan dua tahunan sekali sejak  2011 kepada individu terutama orang muda berusia maksimal 40 tahun yang berkontribusi dalam bidang pendidikan dan kemanusiaan.

 

Sumber Inspirasi

“Kepedulian dan komitment Saleh untuk bidang pendidikan layak diberikan penghargaan,” kata Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetiantoko.

Ia mengatakan mereka yang mendapat penghargaan ini adalah orang-orang yang tak dikenal tetapi mereka telah berhasil membantu orang lain.

Maria Rahayu, 21, mahasiswi universitas itu mengatakan Saleh menjadi contoh dan sumber inspirasi bagi para mahasiswa Unika Atma Jaya.

“Kita harus keluar dari zona aman di kota dan menjangkau mereka yang sedang menghadapi masalah pendidikan di daerah-daerah terpencil,” katanya.

Romo  Paulus Wiryono Priyotamtama SJ, ketua dewan yuri penghargaan itu mengatakan, para pemenang sebelumnya berasal dari daerah termasuk  Aceh dan Papua.

“Penghargaan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap kepedulian mereka terhadap generasi muda dan penghargaan ini diberikan tanpa melihat latar belakang mereka,” kata imam itu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati, yang menjadi pembicara utama sebagai bagian dari acara penghargaan itu mengatakan  penghargaan itu “mendorong orang muda Indonesia untuk peduli dengan orang lain.”

Ia mengatakan anggaran pendidikan dinaikan menjadi  10 persen dari 444 triliun rupiah tahun 2018 menjadi 487,9 triliun rupiah tahun 2019 untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan.

Saleh sangat mendukung anggaran tersebut, namun ia berharap sebagian dari anggaran tersebut bisa menjangkau desa-desa terpencil yang selama ini mengalami kekurangan fasilitas pendidikan.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi