Prosesi tahunan Black Nazarene melewati jalan-jalan di Manila, ibukota Filipina selama 21 jam tahun ini, meninggalkan ribuan ton sampah dan sejumlah orang luka-luka.
Jumlah devosan yang bertelanjang kaki yang mengambil bagian dalam prosesi itu antara satu juta hingga 1,3 juta.
Prosesi itu berjalan aman, tetapi keributan kecil dilaporkan ketika ribuan devosan menerobos barikade di sepanjang rute oleh pihak berwenang. Menurut polisi “tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan” terjadi.
Namun, kelompok advokasi lingkungan EcoWaste Coalition mengecam jumlah sampah yang ditinggalkan sepanjang rute prosesi.
“Seruan kami untuk mengurangi sampah sudah tak didengarkan lagi,” kata Daniel Alejandre, salah satu aktivis kelompok itu.
Perayaan Black Nazarene di Manila, yang menarik jutaan orang itu, dirayakan dengan penuh hikmat dengan membawa patung Yesus berwarna gelap menuju sebuah gereja di distrik Quiapo, Manila dari sebuah kapel di kota tua.
Para relawan memungut sampah seperti botol plastik, popok bekas, wadah makanan, puntung rokok, dan kantong plastik.
Alejandre mengatakan devosi kepada Black Nazarene menjadi refleksi bagaimana cara orang bertindak terhadap “lingkungan kita.”
“Kebiasaan lama sangat sulit,” katanya, “Meskipun ada upaya oleh penyapu jalanan untuk membereskan sampah para devosan masih dapat ditemukan di mana-mana.”
Dia mencatat bahwa orang-orang tampaknya tidak ragu membuang sampah sembarangan. “Mengotori, terutama dalam kegiatan keagamaan, benar-benar tidak dapat diterima,” katanya.
Hampir 2.000 devosan mencari bantuan medis untuk mengobatai luka-luka selama prosesi itu, demikian Palang Merah Pilipina.
Meskipun ada masalah yang mungkin dihadapi orang-orang, perayaan itu penuh dengan kisah berbagi.
Di salah satu sudut jalan, seorang wanita Muslim berjilbab yang memperkenalkan dirinya sebagai Nadya membagikan air mineral kepada para devosan.
“Mereka haus, maka saya memberikan mereka air minum,” kata wanita itu. “Orang-orang Kristen membantu kami ketika kami membutuhkan air,” katanya.
Perayaan Black Nazarene diadakan setiap tanggal 9 Januari yang dianggap sebagai salah satu acara keagamaan paling spektakuler di Filipina dan dirayakan oleh jutaan umat yang percaya bahwa patung seukuran tubuh manusia itu yang terbuat dari kayu dan telah berusia berabad-abad. Patung itu dibawa ke Filipina dari Meksiko oleh para biarawan Agustin tahun 1606, sangat ajaib.
Gambar seukuran tubuh Yesus Kristus yang memikul salib berat diyakini telah menjadi hitam setelah selamat dari kebakaran hebat di kapal yang membawanya ke negara itu.
Patung itu juga selamat dari kebakaran yang menghancurkan gereja di Quiapo tahun 1791 dan 1929, serta gempa bumi besar tahun 1645 dan 1863, dan kehancuran Manila dalam Perang Dunia II.
Selama prosesi, para devosan, banyak membawa handuk kecil atau sapu tangan, mencoba menyentuh patung itu atau memegang tali yang digunakan untuk menarik kereta yang membawanya untuk meminta bantuan dari Tuhan atau bersyukur atas anugerah-Nya.