UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kerja Keras dan Devosi Jadi Sumber Berkat Bagi Orang Filipina

Januari 21, 2019

Kerja Keras dan Devosi Jadi Sumber Berkat Bagi Orang Filipina

Sebuah 'altar' patung Kanak-kanak Yesus di dalam bengkel milik Virgilio Oracion di Manila. (Foto: Mark Saludes/ucanews.com)

Virgilio Oracion, seorang penjahit berusia 59 tahun di Manila, percaya pada apa yang disebut sebagai keberuntungan. Namun, ia juga mengakui bahwa “kerja keras dan ketekunan” adalah penting agar bisa sukses.

Di bengkelnya, ada mesin jahit, kain, benang serta pakaian dan gaun milik kliennya. Sementara di atas ‘altar di salah satu sudut, ada Patung Kanak-Kanak Yesus, yang di Filipina dikenal dengan sebutan Santo Nino.

“Mereka mengatakan bahwa (patung) itu untuk keberuntungan,” katanya.

Santo Nino di bengkel itu mengenakan jubah hijau karena, kata Oracion, “hijau adalah warna yang mendatangkan kekayaan dan uang dalam bisnis.”

Ia mengatakan semua harta yang ia miliki adalah hasil dari bengkelnya.”Saya tidak punya banyak (harta), tetapi saya bisa mengatakan bahwa keluarga dan para karyawan saya tidak kelaparan.”

”Saya berdoa kepada Santo Nino agar mendapat berkat dan meminta bimbingan dari Tuhan,” katanya.

“Tapi saya berpikir apa yang saya miliki sekarang adalah buah dari kerja keras, disiplin dan ketekunan.”

Ia mengatakan “doa harus disertai dengan kerja nyata.”

“Iman harus disertai dengan dedikasi dan dorongan untuk mencapai hal-hal yang kamu doakan,” ungkapnya.

Di banyak perusahaan bisnis, bahkan di kendaraan umum, gambar atau patung Santo Nino adalah pemandangan umum di Filipina.

Devosi warga negara tersebut kepada Kanak-kana Yesus sama tuanya dengan kehadiran Agama Kristen di negara mayoritas Katolik itu.

Patung Santo Nino pertama dibawa ke Filipina oleh penjelajah Portugis Ferdinand Magellan yang memberikannya kepada ratu di Pulau Cebu sebagai hadiah ketika ratu itu dibaptis sebagai seorang Katolik.

“Devosi rakyat Filipina (kepada Santo Nino) adalah sebuah perayaan terhadap kelahiran Agama Kristen di Asia,” kata Suster Arlyne Casas dari Kongregasi Putri Sion.

Patung Santo Nino dari Cebu adalah salah satu peninggalan Katolik tertua yang masih ada di Filipina.

“Sejarah (Patung Santo Nino) adalah sebuah sejarah bagaimana Agama Katolik dibawa ke belahan dunia ini,” kata Suster Casas.

Patung itu dianggap sebagai ikon keagamaan paling terkenal di Filipina.

Profesor Jayeel Serrano Cornelio, yang mengajar sosiologi agama di Universitas Ateneo, Manila, mencatat bahwa devosi kepada Santo Nino “kadang-kadang disalahartikan sebagai fanatisme.”

“Sekian lama disebut sebagai religiositas populer,” katanya. “Tetapi, tidak ada praktik yang salah dalam ekspresi iman seperti itu karena orang-orang yang berdevosi itu percaya pada Tuhan yang sama.”

Suster Casas mengatakan “devosi yang mendalam… adalah cerminan dari kondisi sosial dan ekonomi negara saat ini” di mana orang berpegang teguh pada iman dan menyerahkan hidup mereka kepada Yang Ilahi “karena mereka tidak memiliki orang lain yang bisa diandalkan.”

Sebagian orang memandang gambar Kanak-kanak Yesus sebagai “jimat untuk keberuntungan”. Dalam tradisi Filipina, anak-anak dipandang sebagai hadiah dan pembawa keberuntungan bagi keluarga.

Bagi Oracion, ungkapan kesalehanya adalah dengan menggunakan keterampilan bekerja demi kesejahteraan keluarganya dan orang-orang yang bergantung padanya.

Orang bisa menyebutnya keberuntungan, atau juga berkat dari Santo Nino, tetapi bagi dia semuanya adalah buah dari kerja keras yang dimungkinkan oleh Tuhan.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi