UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Katolik Indonesia Menandai 100 Tahun Pergerakan Dalam Politik

Januari 28, 2019

Umat Katolik Indonesia Menandai 100 Tahun Pergerakan Dalam Politik

Harry Tjan Silalahi, tokoh Katolik senior, menyampaikan kata sambutan pada acara pembukaan menandai 100 tahun Pergerakan Masyarakat Katolik Indonesia di aula katedral Jakarta pada 26 Januari 2019. (Foto: Siktus Harson/ucanews.com)

Gereja Katolik di Indonesia menandai 100 tahun pergerakan politik dengan mengadakan berbagai kegiatan dengan tujuan untuk mendorong lebih banyak umat Katolik berperan aktif dalam politik dan berkontribusi bagi bangsa dan negara.

Pada 26 Januari, sekitar 1.000 umat Katolik menghadiri acara pembukaan yang dimulai dengan Misa di Gereja St Perawan Maria Diangkat ke Surga Katedral di Jakarta yang dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, ketua presidium Konferensi Waligereja Indonesia.

Acara itu diadakan oleh Yayasan Kasimo untuk menghormati Ignatius Joseph Kasimo (1900-1986), seorang tokoh Katolik and  dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 2011. Didirikan tahun 1973, yayasan itu menjadi sebuah wadah untuk pendidikan dan pembinaan politik bagi umat Katolik.

“Acara ini tidak hanya dirayakan di Jakarta tepapi juga perlu diadakan di keuskupan-keuskupan lain di Indonesia. Ini bertujuan untuk mendidik umat Katolik untuk belajar dari sejarah dan para tokoh Katolik, dan mendorong lebih banyak melibatkan umat Katolik,” kata Uskup  Agung Suharyo.

Prelatus itu juga mengundang umat Katolik untuk menyampaikan syukur dan belajar dari para tokoh  Katolik seperti Kasimo dan Romo Franciscus Gregorius Van Lith (1863-1926), yang telah “menunjukan kita jalan” untuk berkontribusi bagi pembangunan bangsa.

Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, ketua presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) memukul gong uituk meluncurkan kegiatan untuk menandai 100 tahun ‘Pergerakan Masyarakat Katolik Indonesia di aula katedral, Jakarta, 26 januari 2019. (Photo: Siktus Harson/ucanews.com)

 

“Ini adalah sebuah warisan bagi kita. Kita diwariskan dengan tugas untuk mencintai tanah air, menjaga dan mempertahankan persaudaraan sejati bangsa kita,” kata Uskup Agung Suharyo.

Harry Tjan Silalahi, seorang tokoh Katolik senior yang juga salah satu pendiri the Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mengatakan kegiatan ini penting untuk membantu generasi muda untuk mengetahui tentang gerakan Katolik di masa lalu.

“Umat Katolik hendaknya mengetahui perjuangan umat Katolik sebelum kemerdekaan,” katanya kepada ucanews.com.

“Acara seperti ini akan membantu mereka memahami dan dapat menginspirasi generasi muda saat ini,” katanya.

Ia mendorng umat Katolik untuk maju dan mempertahankan toleransi dan keragaman yang sering diancam oleh kelompok tertentu.

Joseph Belawa Liwun, ketua Yayasan Kasimo, mengatakan bahwa peran umat Katolik dalam politik menurun.

“Ini adalah tugas generasi kita untuk melanjutkan perjuangan yang telah dirintis para pendahulu kita,” katanya kepada ucanews.com.

Ia  mengenang  bahwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 dimulai dari aula katedral  Jakarta dimana para pemuda dari berbagai etnis menggunakan untuk kongres. Mereka kemudian mendeklarasikan Sumpah Pemuda: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa, yang menandai cikal bakal gerakan politik saat ini.

“Mari kita bersama dengan saudara saudari kita sebangsa dan setanah air bergandengan tangan, bersatu hati, kita memupuk persaudaraan, bukan hanya muka dengan muka, tapi lebih dari itu adalah hati dengan hati.”

Franciscus Xaverius Dodi Laksono, calon legislatif dari Partai Perindo berharap bahwa peringatan ini bisa menjadi kesempatan untuk menyatukan umat Katolik dan menghasilkan para pemikir Katolik dan politisi serta melakukan aksi konkrit bersama.

“Pergerakan Katolik harus terjun ke masyarakat untuk melakukan perubahan misalnya pembenahan ekonomi karena dari pemilu ke pemilu nasib rakyat masih memilukan akibat kemiskinan,” katanya.

Stefanus Roy Rening, salah satu, mengatakan panitia akan mengadakan acara serupa di keuskupan agung dan keuskupan lain sepanjang tahun ini untuk menyediakan pendidikan politik bagi Katolik.

“Umat Katolik jangan diam. Kita memiliki tanggung jawab moral untuk bangsa dan negara ini,” katanya.

Dalam kegiatan itu, panitia melibatkan Ikatan Sarjana Katolik (ISKA), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik, dan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI).

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi