Kelompok-kelompok Gereja bergabung dalam protes di Lahore menentang serangan militer yang meningkat antara Pakistan dan India menyusul bom bunuh diri belum lama ini di Kashmir.
“Jika kita tidak mengakhiri perang, perang akan mengakhiri kita,” demikian tulisan di poster-poster yang dibawa oleh para staf dari Komisi Nasional untuk Keadilan dan Perdamaian (NCJP), sebuah Biro HAM Gereja Katolik di Pakistan, saat protes di depan Lahore Press Club pada 28 Februari.
Para aktivis perdamaian termasuk LSM Kristen juga menggelar protes “menentang perang” dan “ledakan bom” tersebut. Berbagai demonstransi secara simultan diadakan di press club di Islamabad dan Karachi.
Kedua negara tetangga itu mengadakan serangan udara di masing-masing wilayah pekan ini karena ketegangan meningkat setelah 40 pasukan paramiliter India tewas saat serangan bom bunuh diri pada 14 Februari. Kelompok teror yang berbasis di Pakistan – Jaish-e-Mohammad – mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Partai-partai berbasis agama di Pakistan mengadakan aksi menggunakan truk-truk dalam mendukung pasukan udara Pakistan dan meminta menutup operasi pesawat komersial hingga 1 Maret. Kereta api mingguan Samjhota Express yang melayani dari Lahore ke Attari, India, telah ditangguhkan.
Koordinator program NCJP Kashif Aslam memuji Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengumumkan pembebasan pilot pesawat Pasukan Udara India Abhi Nandan, yang ditangkap pada 27 Februari setelah jetnya ditembak jatuh. Sebuah video para tentara Pakistan sedang berupaya melindungi dia dari serangan warga desa yang viral di media sosial.
“Ini adalah sebuah upaya diplomatik. Kami berada di jalur moral yang tinggi saat ini. Kami menghargai langkah-langkah seperti itu oleh pemerintah Pakistan tetapi mengecam agresi yang sedang berlangsung,” kata Aslam kepada ucanews.com.
Mgr Sebastian Shaw, uskup agung Lahore juga mengungkapkan solidaritas dengan pasukan tentara Pakistan dalam sebuah konferensi pers antar-iman di Lahore Press Club.
“Semua harus diselesaikan melalui pembicaraan damai dan dialog. Perang bukan pilihan,” katanya.
Para imam Pakistan menggunakan mimbar dan platform media sosial untuk berdoa bagi perdamaian.
“Dalam nama Tuhan Yang Mahakuasa, semoga menganugerahkan perdamaian. Semoga mereka datang, berunding dan menemukan solusi untuk masalah tersebut yang tidak menyenangkan kita,” kata Pastor Abid Habib, mantan koordinator regional komisi keadilan dan perdamaian untuk Superior Religius Katolik, yang diposting di Facebook.
India menuduh Pakistan mendukung “perjuangan kemerdekaan” di Kashmir dan menentang pemerintah India. Sejumlah kelompok telah berjuang untuk memisahkan Kashmir dari India.
Sekitar 100.000 orang telah tewas termasuk warga sipil, militan dan personil militer, setelah militan Muslim mulai perjuangan bersenjata 1990 untuk membebaskan wilayah itu dari kekuasaan India.
Konflik mulai terjadi tahun 1947 ketika India dan Pakistan menjadi negara-negara terpisah setelah peran Inggris berakhir. Kedua negara itu mengklaim Kashmir adalah milik mereka masing-masing dan sedikitnya tiga perang besar terjadi dan saling serang artileri melintasi perbatasan yang disengketakan itu.