UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Paus: ‘Dia yang Membangun Tembok akan Terpenjara di Balik Tembok’

April 1, 2019

Paus: ‘Dia yang Membangun Tembok akan Terpenjara di Balik Tembok’

Paus Fransiskus berdiskusi dengan awak media saat pulang ke Roma dari lawatan dua hari ke Maroko. (Foto oleh Andrea Tornielli/Vaticannews.va)

Selama penerbangan setelah kunjungan dua hari di Maroko kembali ke Roma, Paus Fransiskus menghabiskan lebih dari setengah jam mengobrol dan menjawab pertanyaan para wartawan.

Topik obrolan mencakup berbagai subyek, antara lain tentang konsekuensi dari kunjungan ini bagi perdamaian.

Dialog Kristen dan Muslim

“Saya akan mengatakan bahwa sekarang sudah ada bunga, buahnya akan datang kemudian,” kata paus.

Dia menyatakan kepuasan karena bisa berbicara tentang perdamaian, persatuan dan persaudaraan selama kunjungan ke Maroko dan juga selama kunjungan sebelumnya ke Abu Dhabi yang menghasilkan Dokumen tentang Persaudaraan Manusia yang dia tandatangani bersama dengan Grand Iman of Al -Ahzar.

Ia menjunjung tinggi kebebasan beragama yang ia saksikan di Maroko dan rasa hormat di mana semua saudara dan saudara diterima.

“Ini adalah bunga kehidupan bersama (koeksistensi) yang indah yang menjanjikan hasil. Kita tidak boleh menyerah!” kata paus seperti dikutip vaticannews.va.

Paus Fransiskus mengakui masih ada kesulitan karena di setiap agama selalu ada kelompok fundamentalis yang tidak ingin maju dan tetap hidup dengan kenangan pahit dari perjuangan di masa lalu, yang terus mencari perang dan juga menabur ketakutan.

Namun dia menegaskan kembali akan perlunya bekerja untuk dialog persaudaraan, dan mengatakan bahwa dialog hanya dapat berkembang ketika ada hubungan manusia di berbagai tingkatan.

“Jika itu untuk manusia, dilakukan dengan pikiran, hati, dan tangan, maka perjanjian ditandatangani,” kata paus.

Paus merujuk pada penandatanganan di Rabat tentang permohonan bersama untuk Yerusalem, yang menurutnya “merupakan langkah maju yang dibuat bukan oleh otoritas Maroko dan otoritas Vatikan, tetapi oleh saudara seiman yang melihat bahwa kota harapan ini masih belum seuniversal yang kita semua inginkan: Yahudi, Muslim dan Kristen.”

“Kita semua warga Yerusalem, semua orang percaya,” katanya.

Bangunlah jembatan, bukan tembok

Berbicara tentang mereka yang lebih memilih untuk membangun tembok daripada jembatan, paus mengatakan “mereka akan berakhir dipenjara oleh tembok yang telah mereka bangun” sedangkan mereka yang membangun jembatan akan melewatinya.

Paus Fransiskus mengakui bahwa membangun jembatan membutuhkan banyak upaya. Dia selalu tersentuh oleh ungkapan dari novel Ivo Andrich “The Bridge on the Drina” (Jembatan Drina) di mana dia mengatakan bahwa jembatan itu dibuat oleh Allah dengan sayap malaikat sehingga manusia dapat berkomunikasi ….”

Sebaliknya, tembok menentang komunikasi, mengisolasi manusia, dan mereka yang membangunnya akan menjadi tahanan.

Kebebasan beribadah dan hati nurani

Mengenai pertanyaan tentang umat Islam yang masuk agama Kristen dan yang merasa tidak aman di berbagai negara, Paus mengatakan bahwa 300 tahun yang lalu, Gereja Katolik telah menghapus hukuman mati bagi bidat dari Katekismus, karena Gereja telah tumbuh dalam kesadaran dan dalam kapasitas untuk memahami keyakinannya sendiri yang pada gilirannya mendorong penghormatan terhadap manusia dan kebebasan beragama.

Mengakui bahwa di beberapa negara terus ada masalah perpindahan agama, paus menjunjung tinggi contoh Maroko di mana, orang-orang dari semua agama dilindungi.

Tetapi dia juga menyoroti keterbatasan kebebasan hati nurani di beberapa negara Kristen di mana, misalnya, beberapa dokter kehilangan hak untuk menolak eutanasia.

“Bagaimana itu terjadi? Gereja telah melangkah maju sedangkan negara-negara Kristen malah melangkah mundur?” tanya paus.

Saat ini, orang Kristen dalam bahaya di mana pemerintah mengambil dari kita kebebasan hati nurani, yang merupakan langkah pertama menuju kebebasan beribadah, kata paus.

Sumber: Vatican News.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi