UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kristen, Muslim Protes Praktek ‘Perlindungan’ Sapi di India

April 18, 2019

Kristen, Muslim Protes Praktek ‘Perlindungan’ Sapi di India

Para pengunjuk rasa di dekat gedung Jharkhand Bhawan di New Delhi pada 15 April menunjukkan plakat dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah setelah gerombolan Hindu membunuh seorang Katolik di Jharkhand atas tuduhan penyembelihan sapi. (Foto oleh Bijay Kumar Minj / ucanews.com)

Lima hari setelah sekelompok orang beragama Hindu memukul mati seorang pria beragama Katolik atas tuduhan penyembelihan sapi di negara bagian Jharkhand, India, para aktivis Kristen dan Muslim berkumpul di New Delhi untuk memprotes kekerasan terhadap kaum minoritas.

Massa menyerang Prakash Lakra dan tiga orang lainnya pada 10 April setelah mencurigai mereka menyembelih sapi di Desa Jhurmu di Distrik Gumla, negara bagian timur. Lakra meninggal karena luka-lukanya beberapa jam setelah serangan itu, kata sejumlah sumber dari gereja.

Sekitar 100 pengunjuk rasa berkumpul di depan gedung Jharkhand Bhawan di New Delhi pada 15 April, meneriakkan slogan-slogan menentang pemerintah negara bagian yang dijalankan oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) yang pro-Hindu.

“Kekerasan semacam itu tidak lain adalah strategi untuk menteror minoritas dan mempolarisasi negara atas nama agama untuk kepentingan pemungutan suara,” kata Tokoh Kristen, A.C. Michael, yang memimpin aksi itu.

Mereka mengatakan kekerasan atas nama perlindungan terhadapsapi, yang merupakan hewan yang dihormati dalam agama Hindu, telah meningkat sejak BJP berkuasa di New Delhi.

Kelompok-kelompok Hindu meningkatkan kekerasan terhadap umat Kristen dan Muslim karena mereka menganggap kemenangan BJP sebagai mandat bagi mereka untuk mendorong tujuan mereka mendirikan bangsa yang hanya beragama Hindu, kata para aktivis.

“Kami belum pernah mendengar orang membunuh atas nama agama di daerah kami. Kami suku di sini saling menghormati terlepas dari kepercayaan kami. Sangat disayangkan dan mengejutkan, ”kata Pastor Cyprian Kullu, Vikjen Keuskupan Gumla di Jharkhand.

Dia mengatakan kepada ucanews.com bahwa Lakra dan teman-temannya tidak menyembelih seekor sapi. Seekor sapi tua tergelincir di lubang dan mati, lalu penduduk desa memutuskan untuk mengambil kulitnya.

Tetapi beberapa orang dari desa tetangga Jairagi yang melewati desa Lakra melihat kejadian itu dan melaporkannya kembali di desa Hindu mereka sebagai pembantaian sapi, kata imam itu.

“Sekelompok orang kembali pada malam hari dan mulai memukuli empat orang yang terlibat. Mereka juga dibawa ke kantor polisi terdekat, di mana kondisi Lakra memburuk. Dia dilarikan ke rumah sakit terdekat tetapi dinyatakan meninggal, ”kata Pastor Kullu.

Keuskupan mencurigai sejumlah orang dengan kepentingan pribadi memicu pembunuhan itu dan menyerukan penyelidikan menyeluruh, kata imam itu.

Pejabat senior polisi M.L. Meena mengatakan kepada media pada 13 April bahwa para penyerang menggunakan besi dan tongkat, lalu menyerang para korban secara brutal.

Dua pria telah ditangkap karena tuduhan pembunuhan dan lima lainnya dalam pelarian, kata Meena.

“Sejauh ini investigasi menunjukkan sapi itu mati secara alami. Kami sedang melakukan penyelidikan menyeluruh, ” katanya.

Pembantaian sapi dan konsumsi daging sapi adalah ilegal di Jharkhand dan 19 negara bagian lain di India, tetapi pembantaian terbatas pada binatang serupa seperti kerbau diperbolehkan. Pelanggar menghadapi hukuman 10 tahun penjara dan atau denda 10.000 rupee, setara dua juta rupiah di Jharkhand.

Pada tahun 2017, pemerintah BJP mencoba untuk melarang penyembelihan ternak untuk perdagangan nasional, tetapi rencana itu ditolak oleh Mahkamah Agung.

Praktek perlindungan sapi mendapat perhatian luas ketika Mohammad Akhlaq, seorang petani Muslim dari Dadri di Uttar Pradesh, digantung karena diduga memiliki daging sapi di rumahnya pada September 2015. Namun, tes laboratorium membuktikan bahwa daging itu bukan daging sapi.

Sejak Mei 2015, setidaknya 12 orang tewas dalam kekerasan terkait sapi, sementara setidaknya 25 orang tewas dalam insiden seperti itu sejak 2010 dan 21 di antaranya adalah Muslim, menurut laporan terbaru oleh IndiaSpend, sebuah situs data.

Setidaknya 139 orang juga terluka dalam serangan-serangan ini. Lebih dari setengah serangan berdasarkan pada rumor, katanya.

“Ini adalah masalah yang mengkhawatirkan bahwa ini terjadi di desa suku terpencil … karena itu adalah hal baru di sana dan itu membuktikan bahwa orang-orang fanatik telah merambah bahkan di desa-desa terpencil di negara ini,” kata Mukti Prakash Tirkey, editor surat kabar mingguan terkait warga suku yang diterbitkan dari New Delhi.

Mohamed Asim, seorang siswa yang bergabung dengan protes New Delhi, mengatakan bahwa “pemerintah saat ini memperlakukan Muslim, Kristen, Dalit dan orang-orang suku sebagai warga negara kelas dua. Karenanya pendukung mereka tidak ragu untuk menyerang mereka kapan saja. ”

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi