UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Katolik Hong Kong Menandai Tragedi Tiananmen

Mei 23, 2019

Umat Katolik Hong Kong Menandai Tragedi  Tiananmen

Pastor Louis Ha dan Biddy Kwok yang secara aktif mendukung protes mahasiswa pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen, Beijing, pada pertengahan 1989 ketika mereka ditembaki oleh pasukan pemerintah Komunis. Sekarang mereka berpartisipasi dalam sebuah pameran untuk memperingati peristiwa-peristiwa itu dan peran pendukung Gereja Katolik. (Foto: ucanews.com)

Umat Katolik di Hong Kong mulai mengadakan pameran khusus untuk memperingati tindakan represif rezim komunis Cina terhadap para demonstran pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen, Beijing, pada 4 Juni 1989.

Banyak orang tewas ketika militer dengan senapan menyerbu dan tank-tank menembaki ratusan ribu demonstran yang sebagian besar mahasiswa.

Kini para korban berbagi cerita tentang perlakuan brutal mereka, khususnya anggota generasi muda, akan mendapatkan wawasan tentang apa yang terjadi.

Penyelenggara Katolik dari pameran 18-26 Mei di Hong Kong ingin menunjukkan bahwa Gereja mendukung gerakan pro-demokrasi.

Mereka mengundang Biddy Kwok, ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Hong Kong, dan Pastor Louis Ha juga dari Keuskupan Hong Kong.

Kwok dengan cermat mengikuti apa yang terjadi di Tiongkok setelah kematian Hu Yaobang pada April 1989, yang merupakan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok.

Para mahasiswa  di Beijing pada waktu itu berduka cita atas Hu Yaobang sebagai seorang reformis dan mengkritik korupsi pemerintah. Mereka berkumpul di Lapangan Tiananmen mencari dialog dengan pemerintah dalam upaya untuk mencapai reformasi demokratis.

Kwok kini mengenang kembali bahwa hierarki Partai Komunis yang berkuasa telah mematahkan hatinya dengan memberlakukan darurat militer pada 20 Mei, sehari setelah Zhao Ziyang, penerus Hu, mengunjungi para mahasiswa yang melakukan mogok makan di Lapangan Tiananmen.

Pengumuman itu mendorong ribuan orang Hong Kong mendukung protes mahasiswa di Beijing meskipun cuaca sedang badai, kenang Kwok sambil menangis.

“Begitu saya keluar dari rumah  bergabung dengan protes itu, hidup saya berubah,” katanya, seraya menambahkan umat Katolik lainnya turun ke jalan.

“Pada saat itu, walaupun saya  basah di bawah guyuran hujan, saya masih merasa hangat karena saya menyadari bahwa ada teman yang memiliki iman yang sama dengan saya,” kata Kwok saat itu.

Pastor Ha mengatakan pada waktu itu ada acara Gereja Katolik seperti pertemuan doa dan Misa untuk mendukung gerakan demokrasi.

Pastor Ha saat itu adalah direktur Kantor Komunikasi Sosial Keuskupan  Hong Kong dan ia menawarkan ruang bagi para jurnalis yang kembali dari Beijing untuk menulis laporan dan mengedit rekaman film. Itu termasuk mengedit catatan film tentang pembantaian yang terjadi pada 4 Juni 1989.

Imam itu menambahkan bantuan seperti itu diberikan, karena warga Hong Kong tahu bahwa Gereja bekerja untuk keadilan dan perdamaian.

Pastor Ha juga mengenang bahwa Kardinal Joseph Wu, mantan uskup Hong Kong, menganggap gerakan mahasiswa dilakukan secara  damai dan rasional menuntut reformasi demokrasi serta mengakhiri korupsi.

Kardinal Wu merilis pernyataan ketika darurat militer diberlakukan dan juga setelah pembantaian.

Dia meminta rezim Partai Komunis Cina  mengakhiri penindasan dengan kekerasan dan meminta umat Katolik di Hong Kong  berdoa bagi para korban.

Selama peristiwa tragis itu, Paus St. Yohanes Paulus II juga berbicara tentang pembunuhan para pengunjuk rasa dan berdoa untuk orang-orang Cina.

Pastor Ha percaya bahwa penting bagi orang untuk belajar dari nilai-nilai para mahasiswa Beijing yang menantang status quo 30 tahun  lalu.

“Gereja bukan merupakan sebuah entitas politik,” kata Pastor Ha. Sebaliknya, misinya adalah membantu umat beriman belajar tentang nilai-nilai dan masalah sosial, tambahnya.

Clement Wong, seorang Katolik, mengatakan kepada ucanews.com bahwa pameran Lapangan Tiananmen bulan ini menunjukkan bahwa Gereja penuh dengan kemanusiaan dan “sangat cerah” tahun 1989.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi