Tempat Doa Santo Antonius di Sri Lanka merayakan pesta pertamanya sejak dirusak dalam serangan bom Minggu Paskah yang menewaskan lebih dari 250 orang.
Tempat Doa itu berada di daerah Kochchikade di ibukota Kolombo diresmikan dan dibuka kembali untuk umum pada 12 Juni dan merayakan pesta tahunannya ke-185 pada 13 Juni.
Kardinal Malcolm Ranjith memimpin Misa konselebrasi dan mengatakan bahwa agama tidak dapat digunakan sebagai alasan pembunuhan.
“Jangan coba-coba menjadikan tanah ini tanah darah demi motif egoismu,” katanya dalam homilinya di depan para duta besar, politisi, prajurit angkatan laut, uskup, pastor, biarawati, dan umat awam pada 13 Juni.
“Seseorang menggunakan orang-orang ini untuk serangan karena mereka punya rencana untuk merusak negara kita atau budaya kita.”
Kardinal Ranjith mengatakan bahwa agama tidak pernah bisa membuat orang menjadi budak tetapi harus membimbing orang untuk mengikuti jalan yang benar.
“Umat Katolik kami membela orang lain secara disiplin. Umat Katolik kami tidak menyerang orang Muslim setelah serangan ini terhadap gereja. Kami melindungi umat Muslim. Itu disebut agama,” katanya.
“Kami meminta St Antonius untuk membantu kami memulihkan perdamaian, persatuan dan koeksistensi di negara ini. Ini adalah penting untuk iman dan kerukunan.
“Sembilan pelaku bom bunuh diri melancarkan serangan serentak pada enam sasaran termasuk tiga gereja pada 21 April, menewaskan 253 orang, hampir semua orang Kristen.
Mereka kemudian mengaku berafiliasi dengan kelompok teror ISIS.
Setelah diserang, Tempat Doa St. Antonius hanya bisa dibuka secara terbatas untuk umat, tetapi setelah direnovasi oleh angkatan laut Sri Lanka, sekarang Misa diadakan seperti biasa, dengan keamanan ditingkatkan di lokasi itu.
Perdana Menteri India Narendra Modi mengunjungi tempat doa itu pada 9 Juni untuk memberikan penghormatan kepada para korban pemboman.
Dia mengatakan dia yakin bahwa Sri Lanka akan bangkit kembali dan tindakan teror yang pengecut tidak akan mengalahkan semangat bangsa ini.
Pejabat tinggi Vatikan, Kardinal Fernando Filoni, prefek Kongregasi Evangelisasi Vatikan, mengunjungi tempat doa itu pada 22 Mei.
Dia mengatakan pemboman itu adalah serangan terhadap bangsa itu secara keseluruhan ketimbang kepada orang Kristen.
Tempat doa berusia 185 tahun ini berdiri sejak penjajahan Belanda. Patung Santo Antonius dibawa dari Goa di India tahun 1822. Pembangunan tempat doa itu dimulai tahun 1828 dan diberkati pada 1 Juni 1834.