UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Protes Uskup India Tidak Mengubah Penghargaan Kepada Kartunis

Juni 20, 2019

Protes Uskup India Tidak Mengubah Penghargaan Kepada Kartunis

Akademi Lalithakala Kerala di India telah menolak terkait penghargaan kartun. (Foto: Wikimedia Commons)

Sebuah akademi seni rupa di Negara Bagian Kerala, India, telah mengabaikan protes dari Gereja Katolik dan menolak untuk menarik penghargaan yang diberikan kepada seorang kartunis yang diduga merendahkan simbol-simbol Kristen.

Akademi Lalithakala Kerala yang dikelola pemerintah memberi penghargaan kepada K.K. Subhash terkait sebuah kartun yang menggambarkan Uskup Francand Mulakkal dari Jalandhar yang dituduh pemerkosaan sebagai ayam jantan. 

Dia ditampilkan memegang salib  dengan gambar pakaian dalam wanita menggantikan salib.

Para pejabat Gereja telah memprotes kartun itu sejak penghargaan itu diumumkan pada awal Juni, dengan mengatakan penghargaan itu menghina simbol-simbol agama.

“Akademi itu berpegang teguh pada penghargaan kartunis itu,” kata ketua Nemom Pushparaj kepada media pada 17 Juni. 

Dewan eksekutif akademi dengan suara bulat memutuskan untuk tidak mengubah keputusan juri yang independen, katanya.

Dewan Uskup  Kerala menuntut pencabutan penghargaan tersebut dengan alasan bahwa negara menghormati karya tersebut, tapi itu menghina simbol-simbol Kristen.

Namun, akademi itu menolak. “Jika kartun tersebut telah menghina sentimen agama siapa pun, aspek itu akan dipertimbangkan setelah melakukan konsultasi hukum, jika diperlukan,” kata Pushparaj.

Dewan uskup dalam pernyataan 11 Juni mengecam  penghargaan itu. Para uskup mengajukan keluhan kepada  pemerintah negara bagian itu dan mendesak akademi  menarik penghargaan dan meminta maaf.

Uskup Mulakkal yang karikatur menunggu persidangan di pengadilan Kerala setelah ia dituduh memperkosa seorang biarawati di selatan negara bagian itu. Dia tinggal di Punjab, negara bagian utara India.

Wakil sekjen dewan itu, Pastor Varghese Vallikkatt, mengatakan kepada ucanews.com pada 18 Juni bahwa Gereja “menuntut dan tidak ada perubahan di dalamnya.” 

Dia menegaskan bahwa Gereja telah secara resmi mendaftarkan keluhannya kepada pemerintah.

Pastor Vallikkatt mengatakan pemerintah yang terpilih secara demokratis di negara sekuler itu memiliki tanggung jawab untuk menghormati sentimen orang-orang dari semua agama. 

“Mari kita berharap akal sehat akan menang,” katanya.

Kartunis Subhash mengatakan kepada ucanews.com bahwa karyanya “tidak ditujukan untuk menargetkan agama atau simbol apa pun sebagaimana dibuat.”

Kartun itu diterbitkan hampir setahun  lalu di sebuah majalah lokal ketika kasus pemerkosaan yang melibatkan uskup adalah sebuah peristiwa besar pada periode itu, katanya. 

“Kartun harus dilihat sebagai kartun dan tidak boleh dilihat dengan cara lain,” katanya.

Subhash mengatakan dia menyesal mendengar bahwa kartun itu telah melukai perasaan keagamaan orang-orang Kristen. 

“Saya sama sekali tidak memiliki niat untuk melukai siapa pun,” katanya.

Sekretaris akademi Ponniam Chandran mengatakan akademi telah meninjau keputusannya mengikuti instruksi pemerintah tetapi memutuskan untuk tidak mengubahnya.

“Jika ada permintaan lebih lanjut dari pemerintah, kami akan memeriksanya lagi,” katanya kepada ucanews.com, seraya menunjukkan bahwa keputusan itu dapat berubah dengan tekanan pemerintah.

Akademi ini bekerja di bawah pemerintahan negara bagian itu sebagai organisasi budaya yang otonom. Didirikan tahun 1962, bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan seni visual.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi