UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Pejabat Vatikan Puji Media Katolik Terkait Liputan Pelecehan Seksual

Juni 24, 2019

Pejabat Vatikan Puji Media Katolik Terkait Liputan Pelecehan Seksual

Juru bicara untuk upaya mengakhiri pelecehan seksual para imam Amerika Serikat, Peter Isely (kanan) berbicara kepada media di Vatikan pada bulan Februari. (Foto oleh Vincenzo Pinto/AFP)

Dalam pidato yang sangat jujur dan terperinci, pejabat Vatikan yang mengepalai departemen yang ditugasi meninjau tuduhan pelecehan seksual klerus mengatakan kepada para wartawan Katolik bahwa para penyelidiknya dan wartawan memiliki tujuan yang sama, yaitu melindungi anak di bawah umur, dan menciptakan dunia yang lebih baik.

Msgr. John Kennedy, yang sejak 2017 memimpin bagian disiplin dari Kongregasi Vatikan untuk Ajaran Iman, menggambarkan ke-17 orang di kantornya telah meninjau kasus-kasus yang melibatkan pelecehan seksual rohaniwan atau terkait kejahatan yang terus bertambah.

“Aku bisa dengan jujur mengatakan kepada kalian bahwa, ketika membaca kasus-kasus yang melibatkan pelecehan seksual oleh klerus, kamu tidak pernah terbiasa dengan hal itu, dan kamu dapat merasakan hati dan jiwamu terluka,” kata Msgr. Kata Kennedy.

“Ada saat-saat ketika saya menuangkan kasus-kasus itu, saya ingin bangun dan menjerit, dan bahwa saya ingin mengepak barang-barang saya dan meninggalkan kantor dan tidak kembali.”

Imam kelahiran Irlandia ini telah bekerja dan belajar di Roma sejak tahun 1998. Berbicara dengan aksen Irlandia yang lembut dan nada yang datar, ia memberikan penilaian yang manusiawi dan kadang-kadang menyedihkan tentang pekerjaannya, melihat kembali kengerian pelecehan seksual dan upaya menutupinya.

Msgr. Kennedy memandang pekerjaannya sebagai hak istimewa dan beban. Dia juga menyadari betapa pentingnya pekerjaan itu.

“Topik krisis pelecehan seksual para klerus menjadi yang utama dan pusat dalam budaya kita,” katanya. “Tentu saja, tidak ada topik teologis atau jenis bid’ah lainnya yang mendekati kasus ini.”

“Bagi saya kasus pelecehan ini melukai hati, dan beberapa orang bahkan mengatakan bahwa hati gereja telah hancur dalam krisis ini,” katanya.

Dia mengatakan itu juga telah memakan korban banyak uskup.

“Saya telah melihat para uskup yang dulunya tersenyum sebagai gembala berubah menjadi sosok yang murung dan terbebani,” katanya.

Dia menggambarkan para uskup yang menangis ketika melaporkan kasus-kasus dan para uskup yang merasa benar-benar sendirian dalam menghadapi skandal.

“Seorang uskup yang baru terpilih, tetapi sampai saat ini belum ditahbiskan, mengatakan kepada saya bahwa dia mengetahui bahwa ada banyak kasus pelecehan dalam sejarah yang harus ditangani di keuskupannya. Tidak ada yang memberitahunya sebelum mereka memintanya untuk menerima tanggung jawab itu. Sekarang sudah terlambat untuk mengatakan tidak,” kata Kennedy.

Akan tetapi, rasa sakit atau penderitaan yang ia dan orang lain rasakan, “tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka yang telah menanggungnya selama bertahun-tahun dalam keheningan,” katanya tentang korban pelecehan seksual.

“Bagaimana dengan ayah, ibu atau saudara kandung dari anak yang menjadi korban? Apa yang bisa mereka katakan? Semuanya telah direnggut dari mereka. Kalian harus percaya pada hal-hal yang saya sampaikan. Bisakah kamu bayangkan seperti apa rasanya tidak dipercaya oleh otoritas gereja? Bagaimana rasanya tetap diam karena seseorang tidak memiliki keberanian untuk tampil ke depan dan memberitahu nama pelakunya?”kata imam itu.

Dia mengatakan kantornya sekarang telah melampaui doktrin sebagai yang terbesar dari empat kantor yang membentuk Kongregasi untuk Ajaran Iman. Tanggung jawabnya untuk memeriksa kasus-kasus pelecehan seksual para klerus diberikan oleh Paus St. Yohanes Paulus II kepada Kardinal saat itu, Joseph Ratzinger, prefek untuk kongregasi iman.

“Ketika paus mempercayakan pekerjaan itu ke kantor Kardinal Ratzinger, dia secara naluriah sadar akan dampak dari kasus-kasus ini pada kredibilitas misi gereja tetapi lebih penting lagi pada kehidupan iman seseorang yang telah dilecehkan,” kata Msgr. Kennedy.

Dia mengatakan bahwa mandat kantornya tidak hanya seputar pelecehan seksual para rohaniwan. Kantornya juga menyelidiki kejahatan yang dilakukan oleh klerus yang melibatkan perayaan sakramen, seperti pengakuan dosa, dan penanganan atau kesalahan penanganan dugaan pelecehan seksual.

Msgr. Kennedy memuji “Vos Estis Lux Mundi,” motu proprio Paus Fransiskus baru-baru ini yang dibuat oleh dekrit paus tentang peraturan baru yang mengatur pelecehan seksual dan penyembunyiannya.

Perkembangan ini disambut baik yang sekarang menjadikan penolakan kejahatan seksual sebagai kewajiban dan bahwa gereja tidak harus menunggu sampai pers mengungkap kasus-kasus pelecehan.

Mengenai pers, imam itu mengatakan bahwa kantornya memiliki keinginan yang sama dengan wartawan yakni untuk berbicara tentang kebenaran untuk kebaikan bersama.

“Jika kita menganggap tujuan jurnalisme adalah untuk memberikan warga negara informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan terbaik tentang kehidupan, komunitas, masyarakat dan pemerintah mereka, maka kita dapat memahami bahwa proses hukum dan misi gereja memiliki tujuan untuk memberikan peluang terbaik kepada para juri untuk dapat memberikan keadilan dalam aspek khusus ini,”katanya.

Sepanjang pidatonya, yang mendapatkan tepuk tangan meriah dari para jurnalis yang hadir, Msgr. Kennedy kembali ke tantangan kasus baru yang terus-menerus mengalir ke kantornya.

“Kami mendapat hak istimewa untuk memiliki pandangan unik tentang seluruh situasi global,” katanya.

Dia membandingkan pekerjaan timnya dengan pekerjaan dokter di ruang gawat darurat atau pusat trauma.

“Seorang kardinal berkata kepada saya ketika dia melihat tumpukan berkas kasus disiplin bahwa kami hanya berurusan dengan masalah. Sebagian yang dia katakan benar. Saya mengatakan kepadanya bahwa penting untuk diingat bahwa kita mungkin menerima masalah tetapi tugas utama kita adalah menawarkan solusi, ” kata Msgr Kennedy.

Dia menyatakan harapan bahwa suatu hari nanti layanan kantornya tidak akan ada dalam permintaan seperti itu, “sehingga para imama sahabat saya dapat kembali pada tujuan mereka ditahbiskan.

“Sejujurnya, pekerjaan ini telah mengubah saya dan semua yang bekerja dengan saya”

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi