UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Organisasi Katolik Terafiliasi Pemerintah Bela Cina Terkait Kebebasan Beragama

Juli 25, 2019

Organisasi Katolik Terafiliasi Pemerintah Bela Cina Terkait Kebebasan Beragama

Umat Katolik menghadiri misa pada Kamis Putih di katedral yang diakui pemerintah di Beijing pada 29 Maret 2018. (Foto: Greg Baker/AFP)

Sejumlah organisasi Gereja yang diakui resmi pemerintah di Cina mengkritik Amerika Serikat yang menuduh otoritas komunis itu  menekan kebebasan beragama.

Asosiasi Patriotik Katolik Cina dan Konferensi Waligereja Cina pada 20 Juli mengecam Departemen AS yang mengatakan bahwa negara itu tak menjamin kebebasan beragama sebagai  “sensasi jahat” terkait kebijakan agama.

Pertemuan yang diadakan di Washington dari  16-18 Juli merupakan acara  terbesar dunia terkait kebebasan  beragama, dengan mengumpulkan 1.000 masyarakat sipil dan para pemuka agama dari 106 negara.

“Pemerintah Cina secara  hati-hati mengimplementasikan kebebasan beragama, dan warga Cina menikmati kebebasan beragama sesuai dengan UU,”  kata CPA dan BCCCC dalam pernyataan.

Pernyataan itu menambahkan umat Katolik di Cina telah maju luar biasa dalam karya pastoral dan evangelisasi seperti yang dilakukan agama-agama lain. 

Pernyataan itu juga menyarankan AS menghentikan menggunakan agama untuk mengintervensi urusan internal Cina.

Namun, pernyataan itu dikeluarkan tanpa tanda tangan, atau menyebutkan nama pemimpin CPA atau BCCCC.

Sementara itu, Dewan Kristen Cina, Perhimpunan Islam Cina, Perhimpunan Buddha Cina dan  Perhimpunan  Taois Cina mengeluarkan pernyataan dengan mengecam serangan AS  tentang Cina dalam nama kebebasan beragama. Semua organisasi ini diakui resmi oleh pemerintah.

Mantan Kongres dari Partai Republik Frank mengatakan kepada Konferensi  Washington itu bahwa penganiayaan agama di Cina sangat buruk dalam 30 tahun terakhir.

Misalnya, katanya, termasuk memaksakan umat Katolik untuk menerima klerus yang diangkat oleh otoritas  Cina dan penahanan massal dimana lebih dari 1 juta warga Uyghur dan minoritas  Muslim lain di Xinjiang,  wilayah bagian  barat negara itu.

Sekretaris Negara AS  Mike Pompeo menyampaikan  dalam konferensi itu bahwa AS sedang membentuk Aliansi Kebebasan Beragama Internasional.

Juru Bicara Menteri Luar Negeri Cina Geng Shuang mengatakan pada  19 Juli  bahwa serangan terhadap Cina dalam konferensi itu oleh  Pompeo dan Wakil Presiden  Mike Pence tidak berdasar.

“Bagi mereka, kebebasan beragama hanya sebuah dalih dan sarana  untuk membuat fitnah, merusak kerukunan etnis dan mencampuri urusan internal negara-negara lain,” katanya.

Seorang anggota Gereja, yang tidak ingin menyebutkan namanya, mengatakan bahwa baik  CPA atau  BCCCC yang mengkritik AS secara langsung diperintahkan  oleh biro urusan agama Cina.

Ia mengatakan kepada ucanews.com  AS marah dengan pemerintah Cina dengan melibatkan  para pembangkang pada pertemuan  Washington itu.

Para peserta konferensi itu diterima oleh  Presiden AS Donald Trump termasuk empat peserta dari  Cina: Jewher IIham, putri dari cendikiawan terkenal Uyghur Ilham Toxti, Zhang Yuhua dari Falun Gong, Nyima Lhamo, seorang Buddhis Tibet, dan Ouyang Manping, seorang  Kristen.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi