Sejumlah organisasi Gereja yang diakui resmi pemerintah di Cina mengkritik Amerika Serikat yang menuduh otoritas komunis itu menekan kebebasan beragama.
Asosiasi Patriotik Katolik Cina dan Konferensi Waligereja Cina pada 20 Juli mengecam Departemen AS yang mengatakan bahwa negara itu tak menjamin kebebasan beragama sebagai “sensasi jahat” terkait kebijakan agama.
Pertemuan yang diadakan di Washington dari 16-18 Juli merupakan acara terbesar dunia terkait kebebasan beragama, dengan mengumpulkan 1.000 masyarakat sipil dan para pemuka agama dari 106 negara.
“Pemerintah Cina secara hati-hati mengimplementasikan kebebasan beragama, dan warga Cina menikmati kebebasan beragama sesuai dengan UU,” kata CPA dan BCCCC dalam pernyataan.
Pernyataan itu menambahkan umat Katolik di Cina telah maju luar biasa dalam karya pastoral dan evangelisasi seperti yang dilakukan agama-agama lain.
Pernyataan itu juga menyarankan AS menghentikan menggunakan agama untuk mengintervensi urusan internal Cina.
Namun, pernyataan itu dikeluarkan tanpa tanda tangan, atau menyebutkan nama pemimpin CPA atau BCCCC.
Sementara itu, Dewan Kristen Cina, Perhimpunan Islam Cina, Perhimpunan Buddha Cina dan Perhimpunan Taois Cina mengeluarkan pernyataan dengan mengecam serangan AS tentang Cina dalam nama kebebasan beragama. Semua organisasi ini diakui resmi oleh pemerintah.
Mantan Kongres dari Partai Republik Frank mengatakan kepada Konferensi Washington itu bahwa penganiayaan agama di Cina sangat buruk dalam 30 tahun terakhir.
Misalnya, katanya, termasuk memaksakan umat Katolik untuk menerima klerus yang diangkat oleh otoritas Cina dan penahanan massal dimana lebih dari 1 juta warga Uyghur dan minoritas Muslim lain di Xinjiang, wilayah bagian barat negara itu.
Sekretaris Negara AS Mike Pompeo menyampaikan dalam konferensi itu bahwa AS sedang membentuk Aliansi Kebebasan Beragama Internasional.
Juru Bicara Menteri Luar Negeri Cina Geng Shuang mengatakan pada 19 Juli bahwa serangan terhadap Cina dalam konferensi itu oleh Pompeo dan Wakil Presiden Mike Pence tidak berdasar.
“Bagi mereka, kebebasan beragama hanya sebuah dalih dan sarana untuk membuat fitnah, merusak kerukunan etnis dan mencampuri urusan internal negara-negara lain,” katanya.
Seorang anggota Gereja, yang tidak ingin menyebutkan namanya, mengatakan bahwa baik CPA atau BCCCC yang mengkritik AS secara langsung diperintahkan oleh biro urusan agama Cina.
Ia mengatakan kepada ucanews.com AS marah dengan pemerintah Cina dengan melibatkan para pembangkang pada pertemuan Washington itu.
Para peserta konferensi itu diterima oleh Presiden AS Donald Trump termasuk empat peserta dari Cina: Jewher IIham, putri dari cendikiawan terkenal Uyghur Ilham Toxti, Zhang Yuhua dari Falun Gong, Nyima Lhamo, seorang Buddhis Tibet, dan Ouyang Manping, seorang Kristen.