Sedikitnya 127 orang tewas dan sekitar delapan juta orang lainnya kehilangan tempat tinggal setelah beberapa sungai di Nepal meluap akibat hujan lebat baru-baru ini dan menggenangi sejumlah desa di Negara Bagian Bihar di India bagian timur.
Sejumlah lembaga karya sosial Katolik di wilayah itu tengah menyediakan bantuan kepada para korban. Bantuan ini berupa tempat tinggal sementara, air minum dan fasilitas sanitasi.
“Jutaan orang terdampak setelah situasi banjir memburuk dalam sepekan lalu,” kata Uskup Muzaffarpur Mgr Cajetan Francis Osta.
Wilayah keuskupan itu merupakan wilayah terdampak paling parah.
Sekitar 11 dari 13 distrik yang terdampak berada di wilayah yang telah bekerjasama dengan Caritas India tersebut.
“Lembaga karya sosial kami tengah melakukan yang terbaik untuk menyediakan terpal, kelambu, sabun dan air minum,” kata prelatus itu.
Ratusan desa terisolasi dan “sulit menjangkau banyak wilayah terdampak karena jalanan tergenang dan beberapa terblokade karena pepohonan yang tumbang,” lanjutnya.
Ia mengatakan distribusi makanan dan bantuan darurat lainnya membutuhkan pengawalan polisi karena ada kemungkinan penjarahan – banyak orang hidup tanpa makanan yang cukup dan tempat tinggal selama berhari-hari.
Mgr Osta mengatakan musim hujan biasanya belum mulai di Negara Bagian Bihar. Namun negara bagian ini telah digenangi air akibat luapan sungai di Bagmati, Gandak dan Koshi yang terletak di Nepal.
“Hujan terus mengguyur Nepal sehingga sungai dan bendungan di sana kini penuh. Mengingat sungai kita tidak terlalu dalam, desa-desa yang terletak di dekat sungai tergenang dan menyebabkan kerusakan parah,” katanya.
Enam sungai yang terletak di Nepal mengaliri Negara Bagian Bihar. Tingkat kedalaman air di sungai ini berada di atas batas ketinggian selama hampir tiga minggu ketika wilayah-wilayah tangkapan air di Nepal diguyur hujan lebat.
Romo Peter Charles, direktur karya sosial keuskupan, mengatakan mereka “melakukan evaluasi atas situasi itu dengan bantuan dari Caritas India agar bisa memberi bantuan yang dibutuhkan.”
Romo Jose Vadasserry SJ, seorang aktivis sosial, mengatakan para imam Yesuit, kelompok kaum religius teraktif di negara bagian itu, telah mendistribusikan sekitar 800 paket makanan kering kepada masyarakat Musahar, satu dari komunitas terdampak paling parah di Distrik Madhubani.
Ratusan orang Musahar, sebuah komunitas Dalit yang miskin secara sosial, terdampar di wilayah rendah tanpa air minum dan kebutuhan pokok lainnya.
Nama Musahar secara literal berarti “pemakan tikus” karena kemiskinan memaksa mereka untuk terjebak dan memakan tikus.
Sebagian besar dari mereka selamat dan tinggal di tenda-tenda terpal yang disediakan pemerintah di pinggir jalan di dataran tinggi. Banyak bantuan darurat hanya dioperasikan di sekolah-sekolah dan bangunan-bangunan milik pemerintah dan belum menjangkau banyak wilayah lain termasuk kamp-kamp pengungsi.
“Hujan belum sering terjadi di sebagian besar negara bagian itu. Namun ke-13 distrik itu dilanda banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Romo Vadasserry.
Data resmi menyebutkan bahwa pada 27 Juli ada sekitar 8,5 juta orang yang terdampak banjir di Negara Bagian Bihar. Sementara sekitar 127 orang tewas.
Pemerintah negara bagian tengah mengelola sebanyak 885 dapur umum di wilayah-wilayah terdampak dan lebih dari 6.000 orang tinggal di tempat pengungsian di delapan kamp bantuan, demikian menurut departemen penanggulangan bencana.
Menurut otoritas setempat, makanan, obat-obatan dan bantuan darurat lainnya tengah disalurkan kepada para korban di wilayah-wilayah yang terisolasi.