UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Papua Meratapi Kepergian Mgr John Philip Saklil

Agustus 5, 2019

Umat Papua Meratapi Kepergian Mgr John Philip Saklil

Umat Katolik dari berbagai wilayah di Keuskupan Timika berbondong-bondong ke Gereja Katedral untuk melayat Mgr John Philip Saklil yang meninggal pada 3 Agustus 2019.

Umat di Keuskupan Timika berbondong-bondong mendatangi Gereja Katedral Tiga Raja Timika, tempat persemayaman jenazah Mgr John Philip Saklil, untuk memberi penghormatan terakhir.

Uskup yang dikenal karena keberpihakannya yang tegas terhadap hak asasi warga Papua itu meninggal dunia pada 3 Agustus dalam usia 59 tahun di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Caritas Timika.

Pemakaman dijadwalkan berlangsung pada Rabu, 7 Agustus setelah Misa Arwah yang akan dipimpin Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Ignatius Suharyo.

Kabar kepergian Uskup Saklil melahirkan dukacita mendalam bagi warga Papua.

Ronny Nakiaya, umat Paroki Katedral Tiga Raja Timika mengatakan, umat dari kampung-kampung berbondong-bondong datang untuk melihat uskup mereka untuk yang terakhir kali.

“Umat mencintai dia. Dia pejuang bagi rakyat Papua,” katanya.

“Kami sulit percaya bahwa ia bisa pergi secepat ini. Kami kehilangan tokoh yang memiliki hati untuk orang Papua. Tidak banyak tokoh agama yang mengambil jalan seperti beliau,” lanjutnya.

Ketegasan sikapnya itu tampak misalnya ketika bulan lalu, ia melayangkan protes keras kepada Pemerintah Kabupaten Mimika yang akan menarik guru-guru PNS dari sekolah swasta, hal yang ia sebut akan merugikan warga asli Papua.

Ia juga kerap mengkritik militer dan polisi dalam kasus kekerasan terhadap warga sipil dan berkali-kali menyerukan masyarakat untuk tidak menjual tanah ulayat mereka.

Saat tahun 2017 pemerintah Indonesia sedang melakukan renegosiasi terkait kepemilikan saham dengan perusahan tambang emas PT Freeport yang beroperasi di wilayahnya, ia menemui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignatius Jonan, memintanya memperhatikan hak-hak masyarakat asli Papua.

Pastor John Djonga Pr, aktivis HAM Papua mengatakan kepergiannya merupakan sebuah kehilangan besar di tengah perjuangan melawan pelanggaran hak asasi warga Papua.

“Beberapa bulan lalu, warga Papua meratapi kepergian Pastor Neles Tebay,” katanya, menyinggung imam asli Papua yang juga pejuang dialog damai yang meninggal pada 14 April.

“Kini, tokoh Papua lain harus pergi dengan begitu cepat. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi rakyat Papua,” katanya.

Ia menggambarkan Uskup Saklil tidak hanya berjasa bagi Gereja Katolik, “tapi bagi seluruh rakyat Papua.”

“Ia berbicara tentang isu-isu publik yang melampaui sekat-sekat agama,” katanya.

Frits Ramandey dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Wilayah Papua menyebut Uskup Saklil sebagai sosok yang “selalu berada di garis terdepan untuk membela hak masyarakat yang termarginalkan baik secara ekonomi, sosial, pendidikan dan kesehatan.”

Uskup Saklil meninggal sepekan setelah mendapat tugas baru dari Vatikan pada 27 Juli sebagai administrator apostolik Keuskupan Agung Merauke, menyusul pemberhentian Mgr Nicolaus Adi Seputra MSC karena dugaan mismanagemen keuskupan.

Romo Dominikus Hodo Pr Ketua Unio Imam Projo Timika mengatakan, dua jam sebelum meninggal, Uskup Saklil terjatuh di kantor keuskupan saat hendak makan siang dan langsung tidak sadarkan diri. 

Melihat hal itu, kata dia, sopir pribadinya bersama seorang pastor membawanya ke rumah sakit terdekat, Rumah Sakit Mitra Masyarakat.

“Pihak medis telah berusaha maksimal. Namun, seluruh umat harus menerima bahwa Tuhan lebih mencintai dia,” katanya.

“Saya meminta kepada seluruh umat Katolik dan masyarakat di Papua agar mengikhlaskan kepergiannya. Kami akan meneruskan perjuangan beliau untuk membela masyarakat kecil,” tutur Romo Dominikus.

Uskup Saklil memang memiliki riwayat penyakit diabetes, namun sebelumnya masih beraktivitas seperti biasa dan baru kembali dari Keuskupan Agung Merauke dua hari sebelumnya.

Uskup Saklil merupakan uskup pertama Keuskupan Timika sejak keuskupan itu lepas dari induknya, Keuskupan Jayapura pada 2004.

Ia merupakan Anggota KWI perwakilan regio Papua dan Ketua Komisi Pemberdayaan Sosial Ekonomi periode 2018-2021.

Sebelumnya pada periode 2009-2015, ia menjadi Ketua Komisi Kepemudaan KWI pada 2009-2015, di mana ia menyelenggarakann Indonesian Youth Day pertama di Sanggau, Kalimantan.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi