UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Katolik India Buka Gereja untuk Ribuan Korban Banjir

Agustus 6, 2019

Umat Katolik India Buka Gereja untuk Ribuan Korban Banjir

Sebuah bus umum melintasi di jalan berbanjir setelah hujan lebat di Mumbai pada 4 Agustus. (Foto: Indranil Mukherjee/AFP)

Keuskupan-keuskupan di Mumbai, India, yang dilanda banjir telah membuka gereja-gereja dan institusi mereka untuk menampung ribuan orang yang terlantar di kota itu akibat hujan lebat dan jalanan banjir.

Kardinal Oswald Gracias, uskup agung Bombay dan Uskup Thomas Elavanal, uskup Keuskupan Kalyan meminta para imam paroki mereka pada 5 Agustus untuk membantu orang-orang yang terlantar dan tunawisma karena hujan lebat terus berlanjut di India bagian barat itu.

Ribuan penumpang kereta api terlantar di berbagai wilayah kota, ibukota keuangan India itu, dan di pinggiran kota-kota lain di Negara Bagian Maharashtra ketika dua hari hujan terus menerus mulai menenggelamkan rel kereta api, memaksa pemerintah untuk membatalkan atau mengalihkan layanan.

“Sejumlah gereja dan institusi lain di Mumbai dan sekitarnya telah sebagian tenggelam akibat banjir setelah hujan tak henti dalam beberapa hari terakhir di kota ini,” kata Pastor Nigel Barett, juru bicara Keuskupan Agung Bombay.

“Orang-orang disarankan untuk pindah ke tempat yang lebih aman, atau ke gereja dan sekolah kami di tempat yang lebih tinggi,” katanya.

Tiga sungai utama di tiga wilayah itu – Godavari, Krishna dan Tapi – ditambah sepuluh anak sungainya banjir setelah pihak berwenang melepaskan air dari bendungan yang meluap setelah wilayah itu menerima rata-rata sekitar 160-200 mm hujan dalam 24 jam sejak 1 Agustus, kata laporan itu.

Lima orang dilaporkan tewas bulan ini dalam insiden terkait banjir. Lebih lanjut 35 orang meninggal selama musim hujan yang dimulai di wilayah itu pada Juli, menurut laporan media.

Bantuan untuk orang yang tinggal di dalam ruangan terbuka, namun pihak berwenang Mumbai mengatakan “tidak ada alasan untuk panik dan kebanyakan orang tetap di dalam rumah” pada 5 Agustus setelah peringatan luas akan hujan “sangat deras” di kota itu.

Pastor Barret mengatakan kota itu macet setelah penangguhan layanan kereta api, yang ia sebut sebagai “jalur kehidupan Mumbai.”

“Hanya mereka yang berani keluar yang terdampar di peron stasiun kereta api lokal dan tempat-tempat umum lainnya setelah penangguhan layanan kereta api,” katanya.

Gangguan lebih lanjut disebabkan oleh penghalang jalan yang disebabkan oleh genangan air dan keputusan pihak berwenang untuk mematikan listrik di banyak bagian kota.

“Kami telah membuka semua gereja kami untuk menampung orang-orang yang terkena dampak banjir,” kata Pastor Emmanual Kadankavil, vikjen Keuskupan Kalyan.

Keuskupan ritus Timur menulis nama dan nomor kontak para pastor paroki di media lokal dan platform media sosial “untuk memungkinkan orang-orang yang terdampar mencari bantuan,” kata Pastor Kadankavil kepada ucanews.com.

Umat paroki menyediakan makanan dan mengurus kebutuhan mendesak mereka yang berlindung di gereja-gereja, tambah imam itu.

Institusi pendidikan di Mumbai dan distrik-distrik tetangga ditutup pada 5 Agustus setelah peringatan dari biro cuaca.

Suster Molly Thomas, pemimpin Biara Hati Kudus Yesus, mengatakan banjir itu tiba-tiba dan tidak terduga.

Ketika mereka pergi Misa Minggu pada 4 Agustus di Katedral St. Thomas, Keuskupan Kalyan, “tidak ada air di halaman gereja tetapi pada saat kami pulang, halaman gereja sudah kebanjiran,” kata suster itu.

Gereja di lantai pertama tidak banjir tetapi lantai dasar benar-benar banjir pada hari berikutnya, tambahnya.

Pusat Retret Ilahi Tabor, yang dikenal sebagai Tabor Ashram, di desa Raite, di pinggiran kota Kalyan, termasuk dampak yang paling parah.

“Kami telah kehilangan hampir semuanya,” kata Pastor Jacob Vattaparambil CM.

“Banjir mendadak pada 1 Agustus malam menghanyutkan lebih dari 300 tempat tidur, kursi, buku doa, komputer dan 10 AC.”

Pusat itu menangguhkan program-programnya tanpa batas waktu, katanya.

“Tidak ada korban jiwa manusia, tetapi sekitar 400 orang yang menghadiri retret telah pergi hanya sehari sebelum banjir,” katanya. “Demi mencegah tragedi kemanusiaan yang lebih besar.”

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi