UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Dalam Situasi Apapun Politisi Katolik Harus Menjadi Garam dan Terang

September 30, 2019

Dalam Situasi Apapun Politisi Katolik Harus Menjadi Garam dan Terang

Harry Tjan Silalahi mengatakan para politisi Katolik harus menjadi garam dan terang bagi orang lain. (Foto: Konradus Epa/ucanews.com)

Mantan politisi dan salah satu pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Harry Tjan Silalahi, mengatakan ia bangga dengan iman Katoliknya yang turut mempengaruhi karier politiknya.

Sepenggal nasehatnya kepada generasi muda bahwa dalam sistuasi apapun para politisi Katolik harus menjadi garam dan terang dunia.

Nasehat itu muncul bertepatan dengan momentum di mana para calon menyiapkan diri untuk bersaing dalam pilkada tahun depan di 270 provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.

Tjan, 85, memulai terlibat dalam politik ketika ia berusia 16 tahun, yang mana ia mengatakan iman Katolik mendorong dan membimbing dia melalui keterlibatannya dalam politik.

Ia mengatakan awalnya ia terlibat dalam politik karena ia ingin melawan penjajahan Belanda yang menduduki nusantara selama 3,5 abad (1602-1942), dan pendudukan Jepang selama Perang Dunia II.

“Saya belajar di sebuah sekolah Belanda, namun teman-teman saya dan saya tidak bisa bertahan dalam penderitaan akibat penjajahan Belanda dan Jepang ini,” kata Herry Tjan.

Ia bergabung dengan berbagai kelompok termasuk Chung Lien Hui, sebuah kelompok pemuda Cina, dan Persatuan Pelajar Sekolah Menegah Indonesia di Yogyakarta.

Setelah lulus SMA, ia pindah ke Jakarta untuk belajar hukum di Universitas Indonesia (UI). Sebagai mahasiswa ia bergabung dengan berbagai kelompok.

“Namun, saya tidak sadar bahwa dengan keterlibatan saya dalam berbagai kegiatan organisasi memperdalam pengetahuan saya dalam politik,” katanya.

Ketika menjadi mahasiswa, ia menjadi ketua Sin Ming Hui, sebuah organisasi Cina di Jakarta, dan ketua presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

Setelah lulus dari UI, ia bergabung dengan Partai Katolik dan menjadi sekjen partai tersebut. Ia menjadi anggota DPR RI (1967-1971) dan anggota DPA (1978-1983).

“Sebagai seorang Katolik, saya sangat bangga ketika saya terlibat dalam tugas-tugas tersebut,” katanya.

Berkenalan dengan para pastor

Melalui berbagai kegiatan, ia berkenalan dengan sejumlah imam Yesuit dan juga para imam lain yang juga terlibat dalam politik.

Ia mengatakan sejumlah imam berperan penting dalam politik, termasuk mending Pastor Josephus Gerardus Beek SJ (1917-1983).

Bersama dengan imam itu dan para tokoh lain, Harry Tjan mendirikan CSIS, yang sekarang adalah think-tank yang bukan hanya di Indonesia tapi juga seluruh Asia Tenggara.

Melalui Lembaga itu, Pastor Beek mendidik dan membina banyak umat awam Katolik dalam bidang politik.

Para tokoh Katolik lain yang ikut terlibat dalam mendirikan CSIS  seperti almarhum Jenderal LB Moerdani, Sofyan Wanandi, Jusuf Wanandi, yang juga memperngaruhi politik dalam era Orde Baru di bawah Suharto.

Meskipun sudah senior, ia masih aktif dan menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan konferensi terkait politik dan hukum.

Ia mengatakan ia tidak suka  dengan Partai Katolik adalah satu-satunya pilihan para politisi Katolik arena akan membuat orang Katolik menjadi eksklusif, sekarang banyak pilihan partai politik.

Mereka sekarang bisa bergabung dengan berbagai partai, baik partai yang berada dalam pemerintahan maupun yang oposisi. 

“Umat awam Katolik memiliki misi di partai-partai tersebut untuk menjadi garam dan terang bagi orang lain,” katanya.

Umat Katolik Indonesia perlu menggunakan kesempatan itu sehingga kehadiran mereka di partai lain lebih bermanfaat ketimbang partai berbasis agama, yang membuat mereka menjadi eksklusif, kata Tjan.

“Ini merupakan sebuah kesempatan yang paling baik bagi umat Katolik untuk bergabung dengan partai-partai yang ada,” katanya.

Harus dekat dengan Gereja

Dalam Gereja Katolik, katanya, hierarki (uskup dan imam) memiliki peran penting untuk memperkuat kehidupan rohani umat Katolik. Oleh karena itu, para politisi Katolik harus tetap dekat dengan Gereja, bekerja sama dengan organisasi-organisasi Gereja seperti Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Banyak politisi Katolik kini menonjol di dalam partai karena mereka selalu berpegang pada “nilai-nilai iman seperti cinta, persaudaraan, persatuan dan kedamaian.”

Gereja Katolik di bawah Paus Fransiskus, katanya, lebih menekankan nilai-nilai iman tersebut.

Para politisi Katolik harus mendukung misi Gereja Katolik Indonesia dalam dialog antaragama,  terutama dengan mayoritas Muslim.

Ini adalah tugas yang paling penting karena Indonesia menghadapi banyak tantangan dari kelompok radikal dan ekstrimis kini dan ke depan.

Bekerjasama dengan kelompok Muslim moderat merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen di negara mayoritas Muslim ini.

Inspirasi bagi politisi Muda

Stefanus Roy Rening, mantan ketua Partai Katolik Demokrat (PKD), sangat menghormati Harry Tjan dan menganggap dia sebagai seorang inspirator.

“Ia adalah seorang yang sering mendorong kami, orang muda, untuk bekerja bagi negara dan Gereja,” katanya.

Ketika banyak orang Katolik menolak untuk mendirikan Partai Katolik Demokrat tahun 1998 karena mereka berpandangan bahwa partai berbasiskan agama tidak diperlukan, namun  Tjan sangat mendukung partai tersebut.

“Ia selalu membantu kami bila kami menghadapi kesulitan,” katanya.

Vincentius Hargo Mandiraharjo, ketua presidium  Ikatan Sarjana Katolik (ISKA), mengatakan organisasinya menghormati Tjan sebagai tokoh yang konsisten dalam mempromosikan nilai-nilai Katolik.

Ia mengatakan Tjan telah menghidupkan moto Gereja Katolik Indonesia: 100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia.

Yoseph Belawa Liwun, ketua Yayasan Kasimo mengatakan Tjan merupakan seorang tokoh yang menginspirasi orang muda yang tetap bekerja untuk pluralisme.

“Ia adalah seorang yang memiliki integritas, peduli terhadap persatuan bangsa,” katanya. 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi