UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Katolik Indonesia Rayakan Bulan Misi Luar Biasa

Oktober 3, 2019

Umat Katolik Indonesia Rayakan Bulan Misi Luar Biasa

Patung Santo Fransiskus Xaverius, Santa Teresa dari Kanak Yesus dan Bunda Maria dibawa untuk prosesi menjelang Misa di Gereja Katedral Maria Diangkat ke Surga Jakarta pada 1 Oktober, untk menandai dimulainya Bulan Misi Luar Biasa. (Foto oleh Katharina R. Lestari / ucanews.com)

Umat Katolik di Indonesia telah menyusun serangkaian program untuk merayakan Bulan Misi Luar Biasa yang telah ditetapkan Paus Fransiskus untuk membarui semangat misioner di Gereja universal.

Bulan istimewa tersebut dimulai pada 1 Oktober, bertepatan dengan Hari Raya St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, pelindung misi.

Semua keuskupan di Indonesia merayakan Bulan Misi Luar Biasa dengan sejumlah program khusus, kata Romo Markus Nurwidi Pranoto, sekretaris eksekutif Komisi Karya Misioner Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Romo Nurwidi – juga direktur Karya Kepausan Indonesia (KKI) – menyampaikan dalam kotbahnya saat Misa pembukaan Bulan Misi Luar Biasa di Katedral St. Perawan Maria Diangkat ke Surga di Jakarta bahwa umat Katolik hendaknya membarui semangat misioner mereka.

Bulan Misi Luar Biasa menandai peringatan ke-100 surat apostolik Paus Benediktus XV yang dikeluarkan pada 1919, yakni Maximum Illud.

Dokumen kepausan itu mendapat signifikansi sebagai catatan Vatikan pertama yang menetapkan prinsip-prinsip misi moderen, memisahkannya dari kegiatan kolonial yang Eurosentris.

Paus Fransiskus pada Minggu Misi Sedunia 2017 menetapkan Oktober 2019 sebagai Bulan Misi Luar Biasa dengan tema global “Dibaptis dan Diutus Menginjili Dunia.”

Beberapa program yang diadakan di Indonesia antara lain pendarasan doa secara intensif untuk misi, permenungan ajaran Katolik tentang misi, aksi konkret seperti karya amal kasih dan solidaritas dengan sesama, kata Romo Nurwidi.

Mengawali Bulan Misi Luar Biasa pada Hari Raya St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus itu sangat penting karena orang kudus itu adalah Doktor Gereja dan pelindung misi meskipun ia tidak pernah pergi ke negara asing sebagai seorang misionaris.

“Apa yang dilakukan untuk bermisi? St. Theresia bermisi dengan doa-doanya, mendoakan karya misi,” kata imam diosesan itu.

Biarawati asal Perancis yang juga dikenal sebagai St. Theresia dari Lisieux itu dianugerahi gelar Doktor Gereja oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1997, atau 100 tahun setelah kematiannya pada usia 24 tahun.

Romo Nurwidi juga mengajak umat Katolik di Indonesia untuk meneladani St. Paulus yang menegaskan bahwa pewartaan Injil “adalah keharusan, bukanlah suatu pilihan dan setiap orang Katolik, setiap orang yang dibaptis, mewartakan Injil adalah keharusan (dan) bukan satu pilihan karena mewartakan Injil mengalir dari rahmat baptisan kita,” katanya.

Sementara itu, Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko Pr mengatakan dalam surat gembalanya bahwa karya misi tidak selalu berarti pergi ke negara asing dan mewartakan Injil.

Karya misi, seperti yang ditegaskan oleh Paus Fransiskus, juga berarti “berbuat sesuatu agar warta sukacita keselamatan sampai kepada semua orang,” kata Mgr Rubiyatmoko.

Bernadette Setiadi, seorang umat Paroki St. Yakobus di Kelapa Gading, Jakarta Utara, telah melakukan karya misi selama 19 tahun di Indonesia.

“Keluar masuk kampung, keliling Indonesia. Tidak hanya karya kesehatan, kami melakukannya melalui pintu kemanusiaan, tentunya satu melalui karya kesehatan. Harus iman nyata dalam perbuatan, tanpa perbuatan adalah mati,” kata umat awam yang berprofesi sebagai dokter itu.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi