UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Katolik di Keuskupan Ruteng kenang karya Suster Virgula di bidang kesehatan

Juni 28, 2022

Umat Katolik di Keuskupan Ruteng kenang karya Suster Virgula di bidang kesehatan

Suster Virgula Maria Schmitt, SSpS meninggal dunia pada 27 Juni dalam usia 94 tahun di biara pusat kongregasi di Steyl, Belanda. (Foto: Disediakan)

Umat Katolik di Keuskupan Ruteng, Pulau Flores berduka atas meninggalnya seorang biarawati kelahiran Jerman, Suster Virgula Maria Schmitt yang selama lebih dari empat dekade mendedikasikan hidupnya bagi pelayanan di bidang kesehatan.

Suster anggota Kongregasi Abdi Roh Kudus atau SSpS itu meninggal dunia pada 27 Juni dalam usia 94 tahun di biara pusat kongregasi di Steyl, Belanda.

Suster itu membantu mendirikan Rumah Sakit St Rafael pada 1965, tahun yang sama saat ia tiba di Flores. Setahun setelahnya ia mendirikan Pusat Rehabilitasi St Damian untuk Orang Kusta dan Penyandang Disabilitas.

Kedua fasilitas itu yang berlokasi di Cancar, Kabupaten Manggarai merupakan lembaga sosial pertama Gereja Katolik di bidang kesehatan di Flores bagian barat.

Pusat rehabilitasi serupa untuk penyandang disabilitas juga ia dirikan di Binongko, dekat pantai di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat pada 2006.

Suster ini meninggalkan tanah misinya pada 2014 dan mulai menetap di Steyl.

Selama 49 tahun berkarya di Flores, ia sangat popular di kalangan orang Katolik karena keramahan dan kesahajaannya.

Kematiannya membuat banyak orang yang mengenal dan pernah dilayaninya menyampaikan ungkapan dukacita di media sosial.

“Santa Virgula. Itulah julukan yang pas bagi saya ketika mendengar kabar kematiannya, Ya, bagiku, Suster Virgula adalah orang kudus,” tulis Elias Sumardi Dabur, yang berasal dari Cancar dan kini tinggal di Jakarta.

Suster Maria Yohana Momas, Provinsial SSpS di Flores Barat mengatakan, mereka mengadakan Misa khusus di biara-biara mereka, panti dan rumah sakit yang dirintis Sr Virgula untuk mengenangnya.

Ia menggambarkan rekannya itu sebagai religius yang tangguh dan mampu menerobos berbagai tantangan untuk menjalankan tugas pelayanannya.

“Dalam tahun-tahun awal karyanya, ada banyak tantangan, termasuk terkait finansial dan aturan-aturan pemerintah yang berbelit-belit. Namun ia menerobos semua itu,” katanya kepada UCA News.

Ia juga mengatakan, suster itu memiliki semangat kolaborasi dalam karya, dengan merangkul pemerintah, swasta, para donator, juga orang-orang kecil yang diyalani.

“Ia juga seorang misionaris yang sungguh-sungguh masuk ke dalam budaya setempat. Ia sangat fasih berbahasa daerah Manggarai dan mengenal dengan baik adat istiadat umat setempat,” katanya.

Ia juga menyatakan, suster itu juga menghayati dengan baik semangat lepas bebas, “tidak terikat dengan karya besar yang dirintisnya.”

“Ia bisa saja tetap tinggal di Flores dan dikeliling oleh orang-orang yang pernah dilayaninya yang sangat mencintainya. Namun, ia memutuskan kembali ke Eropa dan meniggalkan warisan karyanya untuk dilanjutkan oleh kami sesama susternya. Dia tidak cari popularitas,” katanya.

Dalam salah salah satu wawancara untuk buku menyambut usia 50 tahun Panti St Damian pada 2016, Suster Virgula mengatakan bahwa ia hanya “melaksanakan apa yang Tuhan mau.”

“Tiap pagi saya selalu berdoa, ‘Tuhan tunjukkan apa yang Engkau kehendaki untuk saya lakukan hari ini dan bantulah aku untuk dapat melaksanakannya,’” katanya, sambil menambahkan, “Tuhan harus berada di tengah kehidupan dan karya kita, bukan di pinggiran.”

Ia juga menggambarkan bahwa, pada periode-periode awal pelayanana, ia dan rekan-rekannya menggunakan alat seadanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

“Misalnya, ketika belum ada gips, kami pakai bambu sebagai alat terapi untuk meluruskan kaki dan punggung dan berhasil,” katanya.

Ia juga mengatakan, pernah menggunakan air hujan yang disaring karena tidak ada cairan infus untuk membantu menyembuhkan seorang pasien sekarat karena kolera.

BACA JUGA: Indonesian Catholics mourn death of German-born nun

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi