UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gereja Katolik di Singapura luncurkan program untuk bantu umat yang cerai

Juni 30, 2022

Gereja Katolik di Singapura luncurkan program untuk bantu umat yang cerai

Singapura mengalami peningkatan kasus perceraian. (Foto: Unsplash)

Sebuah kelompok yang didukung oleh Gereja Katolik di Singapura meluncurkan dua program khusus untuk membantu umat Katolik yang cerai dengan penyembuhan dan pemulihan kehidupan pribadi dan keluarga mereka.

Kelompok Dukungan Perceraian Katolik (CDSG), sebuah afiliasi dari Komisi Kehidupan Keluarga Katolik Keuskupan Agung Singapura, ingin membantu umat Katolik mengatasi tekanan perceraian, menurut laporan Catholic News of Singapore pada 29 Juni.

Sebuah program 13 minggu, “Surviving Divorce,” akan berlangsung pada 5 Juli hingga 4 Oktober, sementara program tiga hari, “Beginning Experience Weekend,” dijadwalkan pada 9-11 September.

Kelompok ini berupaya  untuk membawa “harapan dan pemulihan” bagi mereka yang bercerai atau berpisah serta membantu mereka dan keluarga mereka menghayati panggilan universal menuju kekudusan.

CDSG mengacu pada seruan apostolik Paus Fransiskus “Amoris Laetitia” (Sukacita Kasih) tahun 2014 tentang ajaran Gereja mengenai pelayanan pastoral untuk keluarga dan pernikahan.

Paus mengatakan bahwa sementara ajaran Gereja tentang perceraian tetap tidak berubah, semua umat Katolik diajak untuk menjadikan pendampingan yang baik sebagai prioritas utama bagi mereka yang berpisah, bercerai atau ditinggalkan, kata kelompok itu.

“Penghormatan perlu ditunjukkan, terutama … kepada mereka yang telah dipaksa berpisah dari seorang suami atau seorang istri sehingga mengganggu kehidupan mereka bersama. Mengampuni ketidakadilan yang telah diderita tidaklah mudah, tetapi kasih karunia memungkinkan perjalanan ini. Pelayanan pastoral harus mencakup upaya rekonsiliasi dan mediasi,” tulis Paus Fransiskus dalam dokumen itu.

Kelompok itu berusaha mendukung umat Katolik yang bercerai dengan cinta, harapan, dan amal, kata fasilitator CDSG, John Ooi.

Istilah “Katolik yang bercerai” tampaknya bertentangan dengan ajaran Yesus tentang orang-orang yang menikah: “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6). Perceraian dan perpisahan hari ini adalah topik relevan yang berdampak pada masyarakat, dan khususnya Gereja, katanya.

“Umat Katolik yang bercerai hadir di semua bidang komunitas Gereja kita, dari para katekis anak-anak kita hingga pelayan persekutuan yang membawa Yesus kepada kita, serta umat yang duduk tepat di samping kita dalam Misa,” kata Ooi.

Ooi mengatakan bahwa Gereja diajak untuk mengakui perjuangan saudara dan saudari kita yang telah atau sedang menjalani perceraian dan berjalan bersama mereka saat mereka menjalani perjalanan penyembuhan dan pemulihan ini.

“Sama seperti Yesus datang untuk berjalan dengan hati yang hancur, Dia menyerahkan tanggung jawab dan panggilan ini kepada kita untuk menemani mereka yang hatinya membutuhkan penyembuhan hari ini,” tambahnya.

Kelompoknya menawarkan dukungan pastoral dan psikologis kepada umat Katolik yang bercerai sepanjang tahun, bekerja sama dengan para pakar perkawinan dan kehidupan keluarga.

Ini berusaha membantu umat Katolik yang bercerai dan kesepian dengan membantu mereka menemukan jawaban atas tiga pertanyaan dasar — bagaimana menuntun gejolak emosi untuk menemukan penyembuhan pribadi dan harapan; bagaimana menemukan pemahaman yang lebih dalam tentang kasih Tuhan; dan bagaimana melihat ke masa depan dengan harapan dan pengampunan.

Singapura telah menyaksikan peningkatan kasus perceraian dalam beberapa waktu terakhir, sebagian besar karena dampak sosial-ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Jumlah perceraian naik 2 persen tahun 2021 dari tahun 2020, lapor The Straits Times  pada Maret. Pada periode ini, pengadilan keadilan keluarga mengalami peningkatan dengan beban kasus sebesar 4 persen.

Setelah mempertimbangan selama bertahun-tahun, parlemen Singapura mengubah Piagam Perempuan pada 10 Januari untuk memperkenalkan perceraian dengan kesepakatan bersama. Perubahan tersebut berusaha menawarkan pasangan pilihan yang lebih bersahabat untuk berpisah secara hukum.

Singapura adalah negara multiagama dan multietnis dengan perkiraan populasi 5,6 juta. Sekitar 31,1 persen warga Singapura beragama Buddha, 18,9 persen Kristen, 15,6 persen Muslim, 8,8 persen Tao, dan 5 persen Hindu. Sekitar 20 persen tidak menganut agama apa pun.

Keuskupan Agung Singapura mencakup seluruh negara itu dan memiliki sekitar 360.000 umat Katolik yang tersebar di 32 paroki.

Sumber: Church programs to assist divorced Catholics in Singapore

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi