UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kemdikbud Ristek cabut buku pelajaran yang muat informasi ‘sesat’ soal Agama Katolik dan Protestan

Juli 28, 2022

Kemdikbud Ristek cabut buku pelajaran yang muat informasi ‘sesat’ soal Agama Katolik dan Protestan

Bagian dari isi buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang dianggap berisi informasi sesat soal Agama Katolik dan Protestan. (Foto: Ist)

Pemerintah Indonesia mencabut sebuah buku pelajaran untuk anak sekolah menengah menyusul protes dari orang-orang Katolik dan Protestan karena isinya yang “sesat” termasuk soal ajaran terkait Trinitas.

Dalam sebuah pernyataan resmi pada 26 Juli, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) menyatakan akan segera merevisi isi buku itu dengan melibatkan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

“Buku yang saat ini beredar dengan format elektronik tengah kami tarik dan akan segera kami ganti dengan edisi revisi. Untuk versi cetak kami sudah menghentikan proses pencetakan versi lama, dan pencetakan selanjutnya akan menggunakan edisi revisi,” demikian pernyataan kementerian.

“Kami juga akan segera mengedarkan suplemen perbaikannya bagi yang sudah menerima buku tersebut.”

Kementerian itu menyebutkan bahwa mereka “mengapresiasi masukan, saran, dan koreksi untuk perbaikan berkelanjutan terkait buku pendidikan” karena buku yang mereka terbitkan “merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki dan dimutakhirkan.”

Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarnegaraan untuk murid SMP Kelas VII itu yang ditulis dua penulis Muslim dan terbit pada tahun lalu ramai dibicarakan pada 26 Juli setelah halaman yang berisi penjelasan singkat tentang Agama Katolik dan Protestan menjadi viral di media sosial.

Dalam uraian tentang Agama Protestan, ditulis bahwa: “Tuhan Agama Protestan adalah Allah, Bunda Maria, dan Yesus Kristus sebagai tiga yang tunggal atau Trinitas. Injil menjadi kitab sucinya. Umat Kristen Protestan wajib beribadah setiap akhir pekan di gereja masing-masing.”

Sementara pada bagian tentang Katolik, dinyatakan bahwa: “Tuhannya sama dengan Kristen Protestan, yakni Trinitas Allah, Bunda Maria, dan Yesus Kristus. Kitab sucinya juga Injil. Dengan peribadatan tersendiri yang berbeda dengan Protestan, umat Katolik wajib beribadah setiap akhir pekan di gereja Katolik.”

Orang-orang Katolik, termasuk para imam terjun ke media sosial seperti Twitter, melancarkan kritik kepada kementerian itu.

Cuitan dari seorang imam Katolik, Pastor Stephanus Sigit Pranoto, SCJ langsung mendapat tanggapan dari kementerian yang berjanji melakukan revisi buku itu.

PGI menulis surat resmi yang meminta Menteri Pendidikan mencabut buku itu dan meminta melibatkan lembaga agama resmi untuk turut menelisik revisi buku itu.

Pastor Vinsensius Darmin Mbula, OFM, Ketua Majelis Nasional Pendidikan Katolik mengatakan, mereka semula berencana ikut mengirim surat kepada kementerian, namun batal setelah kementerian mengontak KWI untuk mendiskusikan masalah ini.

“Kami ikut serta menyiapkan usulan perbaikannya dengan melibatkan teolog,” katanya kepada UCA News.

Revisi itu, kata dia, selain menjelaskan soal Trinitas dengan benar, juga menjabarkan soal lain, seperti sumber ajaran iman Katolik.

Pastor Andreas Atawolo, OFM, dosen teologi dogmatik di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, yang ikut memberikan pandangan untuk revisi itu mengatakan isi buku itu “sungguh salah dan sesat.”

Ia mengatakan, rumusan yang benar adalah Katolik “mengimani Allah Trinitas: Bapa, Putra, dan Roh Kudus.”

Ia menambahkan, umat Kristen Protestan pada umumnya tidak mengakui sosok Bunda Maria.

“Dan mereka itu pasti dengan keras menolak pernyataan bahwa Bunda Maria itu Tuhan, seperti dikatakan penulis buku ini, dan lebih keras lagi menolak pernyataan bahwa Bunda Maria itu salah satu Pribadi Ilahi dari Allah Trinitas,” jelasnya lewat uraian di blog pribadinya.

Ia menambahkan, “tidak benar pula menyatakan bahwa orang Katolik mengakui Bunda Maria sebagai Tuhan. Ini sesat!”

“Bunda Maria dihormati umat Katolik sebagai Bunda Allah dan tidak pernah menjadikannya Tuhan, seperti yang sering dituduhkan oleh pihak tertentu. Orang Katolik mengadakan devosi kepada Bunda Maria, bukan menyembahnya,” katanya.

Baca Juga: Indonesia revokes textbook containing ‘heretical’ Christian teachings

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi