Umat Katolik dari sebuah keuskupan di delta Mekong didesak untuk menghayati semangat sinodalitas dengan mengikuti teladan para martir dari abad ke-19.
Uskup Long Xuyen, Mgr. Joseph Tran Van Toan memimpin Misa khusus yang dihadiri oleh 20 imam dan banyak peziarah untuk memperingati 163 tahun kematian Martir Emmanuel Le Van Phung dan Pastor Peter Doan Cong Quy di Gereja Chau Doc, Provinsi An Giang pada 31 Juli.
Prelatus itu mengatakan Santo Phung dan Santo Quy memberikan contoh cemerlang dalam hal berjalan bersama untuk melayani komunitas lokal di tengah penganiayaan agama meskipun mereka sangat berbeda dalam usia, pendidikan dan hierarki di Gereja.
Ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya pada tahun 1858 di Paroki Dau Nuoc, Provinsi An Giang, Pastor Quy dari Paroki Bung, Provinsi Binh Duong berusia 32 tahun, sementara Phung, seorang tokoh awam, berusia 62 tahun.
Uskup Toan mengatakan Phung menggunakan rumahnya untuk menyembunyikan para misionaris asing dan imam pribumi serta mengadakan peribatan bagi umat Katolik selama tahun-tahun penganiayaan.
Dia lebih lanjut menceritakan bagaimana kedua orang itu berkumpul untuk melayani komunitas dan memasuki misteri Paskah Kristus. Keduanya ditangkap pada 7 Januari 1859, dipenjara di Lapas yang sama, dan dibunuh di Chau Doc pada 31 Juli 1859.
“Sementara kita menghayati martabat umat Kristiani dan menjalankan misi para murid Kristus, kita percaya pada kasih dan pemeliharaan Allah Bapa dan kebaikan saudara-saudari kita,” kata Uskup Toan kepada para peziarah dari dua provinsi – An Giang dan Kien Giang, serta Kota Can Tho.
Perwakilan umat Katolik setempat dengan pakaian tradisional dan para imam membawa relikwi para martir itu di sekitar pelataran gereja sebelum Misa khusus.
Pada hari sebelumnya, para peziarah bergegas ke gereja di mana relikwi dua orang kudus itu disimpan untuk berdoa, pengakuan dosa, dan menghadiri Misa.
Uskup Toan meminta orang-orang untuk secara rutin menghadiri Misa dan adorasi Ekaristi.
Sebagai penutup, ketua Komisi Kerasulan Kitab Suci Konferensi Waligereja Vietnam mendesak umat Katolik membina hubungan persahabatan dengan kelompok-kelompok yang kurang beruntung, orang-orang yang rentan dan terpinggirkan, dan penganut agama lain.
“Setiap kunjungan adalah kesempatan untuk bertemu, mendengarkan, dan melihat dalam suasana doa dan pengalaman spiritual,” katanya.
Phung lahir tahun 1796 di Paroki Dau Nuoc dan memiliki sembilan anak. Dia membangun gereja, pastoran, biara dan seminari.
Lahir pada tahun 1826 di Paroki Bung, Quy memiliki lima saudara kandung dan belajar di seminari di Penang, Malaysia, selama 7 tahun sebelum kembali ke Vietnam tahun 1855.
Setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1858, ia menyamar sebagai umat biasa untuk mengunjungi, menghibur dan memberikan sakramen kepada umat beriman.
Setelah 10 hari ditugaskan di Paroki Dau Nuoc, Pastor Quy dan 32 umat Katolik ditangkap ketika mereka berada di rumah Phung pada tahun 1859. Phung dicekik hingga meninggal dan Pastor Quy dipenggal.
Keduanya dibeatifikasi pada tahun 1909 oleh Paus Pius X dan dikanonisasi pada tahun 1988 oleh Paus Yohanes Paulus II.
Sumber: Vietnamese Catholics told to emulate local martyrs