UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gereja Kamboja ‘bangkit dari penindasan Khmer Merah’

Oktober 28, 2022

Gereja Kamboja ‘bangkit dari penindasan Khmer Merah’

Uskup Enrique Figaredo Alvargonzález, Prefek Apostolik Battambang. (Foto disediakan)

Gereja di Kamboja bangkit dari masa kelam tirani Khmer Merah karena sekarang menikmati kebebasan beragama dan bekerja sama dengan pemerintah, kata salah satu dari tiga uskupnya.

“Kami berada di masa emas saat ini. Pemerintah membantu kami. Kami memiliki kebebasan untuk bekerja dan juga menikmati kebebasan berkeyakinan. Kami tidak menghadapi masalah dari pemerintah,” kata Uskup Enrique Figaredo Alvargonzalez, prefek apostolik Battambang.

Prelatus itu, yang dikenal sebagai “Uskup Kursi Roda” karena pekerjaannya sebagai relawan Jesuit untuk orang-orang cacat, berbicara kepada UCA News saat menghadiri konferensi umum Federasi Konferensi-konferensi Waligereja Asia (FABC) yang berlangsung 12-30 Oktober di Bangkok.

“Saya harus mengatakan bahwa Gereja di Kamboja sedang bangkit dari masa-masa kelamnya,” katanya, seraya mengatakan mereka berada dalam situasi yang lebih baik daripada orang-orang Kristen di negara-negara tetangga.

“Kami tidak memiliki konflik besar, kami damai.”

Dia mengatakan pemerintah Kamboja mengakui kehadiran Gereja dan menghargai kegiatan kemanusiaannya bagi orang miskin.

“Pemerintah tidak hanya menerima kami, tetapi mereka juga menghargai kehadiran kami karena kami memenuhi kebutuhan orang miskin, mereka menghargai bahwa kami terlibat, dan kami tidak seperti LSM yang membuat masalah. Kami benar-benar terlibat dengan masyarakat,” katanya.

Pemerintah juga bekerja sama dengan Gereja Katolik dalam merawat orang sakit. Dengan bantuan Caritas, organisasi pelayanan sosial Gereja mengelola dua rumah sakit – rumah sakit mata dan rumah sakit jiwa.

“Kami memiliki Dr. Bhoomi Kumar dari India. Dia telah berada di Kamboja selama lebih dari 30 tahun. Dia adalah pemimpin kelompok ini untuk kesehatan mental,” katanya.

Rumah Sakit Mata Takeo milik pemerintah, tetapi Caritas adalah mitra. Imam-imam Maryknoll memprakarsainya dengan tujuan mengentaskan kemiskinan dengan mengurangi gangguan penglihatan yang dapat dihindari.

“Ini adalah rumah sakit terbaik untuk perawatan mata di Kamboja,” katanya.

Gereja Kamboja mulai muncul baru tahun 1990-an setelah rezim komunis Khmer Merah (1975-1979) hampir menghancurkan komunitas Katolik yang kecil.

Kamboja adalah rumah bagi 35.000 umat Katolik, hanya 0,2 persen dari populasi 17 juta. Tidak ada keuskupan, tetapi tiga yurisdiksi gerejawi – satu vikariat apostolik dan dua prefektur apostolik.

Hirarki yang didirikan tahun 1990-an terlibat dalam membangun kembali komunitas-komunitas. Pandemi telah menciptakan kesempatan bagi Gereja untuk mengeksplorasi kegiatan baru, kata Uskup Figaredo.

“Sesuatu yang baik telah keluar dari Covid: kami berhubungan dengan masyarakat. Itu memungkinkan kami untuk secara diam-diam menjangkau warga dan orang miskin. Kami ada di sana selama wabah Covid membantu masyarakat sehingga mereka mengenal kami dan pemerintah mengenal kami,” katanya.

Gereja juga bekerja untuk meningkatkan panggilan lokal untuk imamat dan kehidupan religius.
Prefek apostolik baru Kampong-Cham, salah satu dari dua prefektur apostolik, adalah Pastor Pierre Suon Hangly. Dia dilantik pada 1 Oktober. Tiga yurisdiksi gerejawi bersama-sama memiliki sembilan imam Kamboja. Mereka juga memiliki tiga diakon baru.

“Ini adalah panggilan lokal pertama setelah perang dan karena itu juga sangat penting dan bersejarah. Ini menunjukkan bahwa Gereja lokal tumbuh dan mampu mengurus dirinya sendiri,” kata Uskup Figerado.

Ia menambahkan umat Katolik di negara itu tidak banyak terjun ke politik, prelatus itu mencontohkan para pemimpin dari komunitas terbatas pada tingkat lokal.

Uskup Figerado mengatakan Kamboja menikmati perdamaian. Pemerintah telah memasang slogan di mana-mana yang mengatakan: “Terima kasih, damai.”

“Mereka benar. Kami memiliki banyak ketidakadilan dan banyak masalah. Tapi, ‘terima kasih, damai,’ kami bisa menjalankan banyak hal.”

“Saya pikir kami memiliki masa depan yang hebat. Kami sudah mendapatkan hadiah yang bagus,” kata Uskup Figerado.

Sumber: Cambodian church emerging from Khmer rouge oppression

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi