UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Lewat surat gembala Prapaskah, Kardinal Suharyo ajak umat Katolik perangi perdagangan orang

Pebruari 21, 2023

Lewat surat gembala Prapaskah, Kardinal Suharyo ajak umat Katolik perangi perdagangan orang

Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo menyerukan umat Katolik melawan perdagangan orang. (Foto: YouTube)

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo meminta umat Katolik untuk memerangi perdagangan manusia, menyebutnya sebagai tantangan serius saat ini.

Dalam surat gembala menyambut Masa Prapaskah tahun ini, Kardinal mengatakan, perdagangan manusia adalah “satu dari antara kejahatan kemanusiaan yang paling besar, yang langsung berlawanan dengan cita-cita kesejahteraan bersama.”

“Saudari-saudara kita yang paling miskin, rentan dan difabel, serta perempuan dari segala usia dan anak-anak, kaum migran, pengungsi dan saudari-saudara kita yang datang dari keluarga yang tidak harmonis sangat rentan dieksploitasi oleh praktik perdagangan manusia,” katanya dalam surat yang dibacakan sebagai pengganti khotbah selama Misa Hari Minggu 19 Oktober di seluruh keuskupan agung itu.

Kardinal mengatakan, bagi Gereja, perdagangan orang dan penyelundupan migran adalah “kriminal dan dosa berat karena melecehkan serta merusak martabat manusia.”

Ia juga mengutip Pesan Paus Fransiskus di hadapan peserta Konferensi Internasional Melawan Perdagangan Manusia, 10 April 2014, yang menyebut “praktik perdagangan orang sebagai luka serius dalam masyarakat dan Gereja sebagai Tubuh Kristus.”

Kardinal juga menyinggung data dan laporan media terkait perdanganan manusia, termasuk penangkapan empat orang terduga pelaku perdagangan orang di sebuah apartemen di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada bulan lalu.

Ia juga menyebut masalah perdagangan orang “yang banyak menyerang saudari-saudara kita pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri.”

“Kasus tindak pidana perdagangan orang ada di sekitar kita, namun tidak selalu jelas terlihat, karena para penjual manusia bekerja secara sembunyi-sembunyi dan rapi,” katanya.

Ia kemudian mengajak umatnya bersama-sama melawan kejahatan ini dan menekankan bahwa “motif ekonomi biasanya menjadi penyebab orang terperangkap menjadi korban perdagangan orang.”

Ia meminta umat Katolik untuk melakukan upaya-upaya konkret “untuk membantu saudari-saudara kita yang kurang beruntung.”

“Misalnya [membantu mere] mendapatkan pekerjaan formal atau informal, membantu saudari-saudara kita itu dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah, memberi bantuan teknis ketrampilan, permodalan dan pemasaran, menciptakan lapangan kerja baru, serta penyadaran dan sosialisasi tentang bahaya perdagangan orang dalam keluarga dan lingkungan sekitar,” katanya.

Pernyataan kardinal itu disampaikan setelah pada akhir Desember lalu, ia bertemu dengan para pastor, suster dan aktivis dari Zero Human Trafficking Network (ZHTN), yang meminta perhartian khususnya bagi masalah perdagangan manusia.

Gabriel Goa Sola dari ZHTN yang ikut dalam pertemuan itu mengatakan sangat gembira karena kardinal akhirnya menyuarakan masalah ini.

Ia mengatakan, suara kardinal itu menjadi penting karena adanya upaya intimidasi terhadap mereka yang melawan perdagangan orang, seperti yang dialami Romo Crisanctus Paschalis Saturnus, Ketua Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau, Keuskupan Pangkalpinang yang baru-baru ini dilapor ke polisi oleh seorang pejabat negara karena tudingan pencemaran nama baik.

“Surat gembala kardinal itu membuat pejuang kemanusiaan melawan mafia perdagangan orang semakin berani dalam aksi nyata Prapaskah,” katanya.

Gabriel mengatakan, ia juga berharap suara kardinal bisa membuka mata dan nurani tokoh-tokoh agama lain di Indonesia untuk bersama-sama berbelarasa membela korban dan melakukan aksi nyata.

Salah satu hal yang perlu didorong, kata Gabriel, adalah menangkap dan memproses hukum oknum-oknum pejabat yang menjadi beking mafia perdagangan orang dan pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Selain itu, kata dia, adalah mendesak pemerintah dan DPR RI segera merevisi UU No.21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang yang saat ini hanya menyasar pelaku lapangan, bukan menyasar beking.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kasus perdagangan manusia meningkat tajam dari 213 pada 2019 menjadi 400 pada 2020.

Sementara itu, International Organization for Migration (IOM) Indonesia mencatat 154 kasus perdagangan manusia pada 2020 dan korbannya sebagian besar remaja.

Meski demikian, menurut para aktivis, jumlah kasus riil bisa jauh lebih banyak dari itu.

Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang mayoritas Kristen, menjadi penyumbang terbanyak bagi korban perdagangan manusia, yang seringkali menjadi pekerja di luar negeri melalui jalur ilegal.

Badan Penempatan dan Perlindungan Buruh Migran Indonesia (BP2MI) Provinsi NTT  mencatat sejak 2018 hingga Mei 2022, total PMI asal provinsi itu yang meninggal dunia di luar negeri adalah 480 orang, di mana hanya 17 orang yang berstatus legal.

Sumber: Indonesian cardinal wants Catholics to fight trafficking during lent

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi