Setiap Sabtu, sekelompok kaum muda Katolik berkeliaran di sekitar stasiun kereta di Seoul mengenakan rompi hijau muda dan membawa kotak-kotak makanan, sambil mencari tunawisma dan orang-orang kelaparan.
Para anggota rombongan yang dikenal dengan nama Milal (Biji Gandum) ini membawa sekitar 50 kotak makan siang selama kunjungan.
Setiap kotak berisi makanan tradisional Korea seperti bulgogi, nasi kari, rebusan tuna kimchi, jajangbap atau saus kacang hitam, dan nasi.
Kelompok relawan awam Katolik Milal itu didirikan pada Mei 2021 di tengah pandemi Covid-19, yang memicu kemiskinan dan kelaparan bagi ribuan orang di ibu kota Korea Selatan itu serta di bagian lain negara itu.
Selama beberapa tahun terakhir, para relawan telah mengumpulkan sumbangan untuk menyiapkan makanan bagi para tunawisma dan kelaparan setiap minggu.
Tindakan amal ini merupakan upaya mempraktikkan ajaran Gereja, kata Stephen Kim Hyeong-seon, 36, ketua kelompok itu.
“Melalui kegiatan Milal, saya dapat mempraktikkan ajaran Gereja, yang hanya saya pelajari,” katanya.
Suster Scholastica Yoon Hye-jeong, seorang biarawati Salesian yang aktif dalam pekerjaan misionaris di kalangan para tunawisma, yang dikenal sebagai Gilbeot, yang berarti seorang teman di jalan.
Suster Yoon bekerja di Komunitas Cinta Gilbeot, yang didirikan oleh Pastor John Lee Jae-eul, ketua Serikat St. Vincentius de Paul dari Keuskupan Agung Seoul, yang juga memiliki relawan kaum muda. Dimulai dengan lima relawan dan kini jumlahnya meningkat menjadi 35 orang.
Awalnya, kelompok ini aktif dua kali sebulan. Sekarang, para relawan bergiliran setiap minggu melayani para tunawisma dan orang-orang yang kelaparan.
Para relawan muda mengatakan semangkuk nasi atau segelas minuman membantu mereka berteman dengan orang miskin di jalanan dan mempelajari dunia orang-orang yang membutuhkan yang berjuang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan.
“Ketika saya bertemu mereka, saya merasa bahwa mereka tidak berbeda dengan saya, melainkan seperti ibu dan ayah saya,” kata Catherine Park Seul-ji, 30.
Relawan lain mengatakan pada awalnya, dia merasa tidak nyaman dan takut berada di jalan dengan membawa makanan. Namun, ia mampu mengatasi rasa takut dan ragu berkat pendampingan Suster Yoon dan relawan lainnya.
Meskipun para tunawisma ini mengkhawatirkan banyak hal dalam hidup mereka, mereka tidak pernah melewatkan ucapan “terima kasih” berulang kali kepada para relawan setelah menerima kotak makan siang.
Terkadang, para relawan dan para tunawisma bergabung dalam pertemuan doa kecil untuk “perdamaian di Semenanjung Korea” dan “perdamaian di Ukraina”.
Sebagai negara maju, Korea Selatan adalah ekonomi terbesar keempat di Asia. Namun, perkiraan resmi menunjukkan sekitar 15 persen dari lebih dari 51,6 juta penduduk negara itu masih hidup dalam kemiskinan.
Susan Yoon Song-hee, 29, mengatakan dia terinspirasi untuk mendukung orang miskin karena mereka akan menjadi yang pertama bertemu Tuhan di “Kerajaan Tuhan.”
“Saya bersyukur atas fakta bahwa Tuhan menggunakan saya sebagai alat untuk menyampaikan cinta kepada mereka yang membutuhkan,” katanya.
Anthony Cheon Seo-yoon, 21, mengatakan dia merasa istimewa karena tumbuh dewasa dengan menjadi relawan dan melayani orang yang kurang mampu.
Pada 25 Maret, Hari Raya Kabar Sukacita, para relawan berkumpul di Katedral St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, yang dikenal sebagai Katedral Myeongdong, di Seoul.
Mereka memperbarui komitmen mereka untuk melayani orang miskin dan hidup sebagai “rasul cinta” di dunia.
Pendamping mereka, Suster Yoon mengatakan tindakan amal membawa pelipur lara bagi kaum muda yang terganggu oleh tantangan sosial-ekonomi.
“Ketika orang-orang muda yang lelah dengan persaingan yang sengit dan cemas secara psikologis, mengalami betapa banyak orang berjuang dengan lebih banyak kesulitan dan merasa menyebarkan kasih sayang kepada mereka, kesembuhan terjadi dan hidup mereka berubah,” kata suster itu.
Kim, ketua kelompok itu, mengatakan tindakan sukarela mereka menanggapi ajakan Tuhan.
“Rasanya seperti berkat bisa membantu orang-orang ini saat dunia mengabaikan. Langkah kecil kami mengungkapkan kasih Tuhan bagi sesama yang miskin,” katanya.
Sumber: Food with love for homeless and hungry Koreans